(di kutip dari milis sebelah) 

Dinda di Mana... 
Author: Abu Aufa* 
*Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) wilayah Jepang 

Gelap masih menyelimuti lelap, bergelayut manja di 
pelupuk mata. Pulas, karena lelah lembur seharian 
mengalahkan dingin yang menelusup dari celah dinding. 
Hening, diselingi dengkuran halus yang silih berganti 
mengisi sunyi. 

"Uwaaa... uwaaa...," tangisan si kecil memecah sepi. 
Kaget! Mata mengerjap, perasaan pun masih mengawang. 
Aah, si kecil ngompol rupanya. Popoknya sudah basah, 
pingin diganti. 

"Ma... ma... si kecil ngompol nih," berbisik perlahan, 
sambil tangan membangunkan istri yang tampak sangat 
lelah. 

Uwaaa... uwaaa... lebih kencang. 
"Ma, bangun dong digantiin dulu tuh popoknya!" lebih 
keras. 
Sedikit menggeliat, alhamdulillah... akhirnya bangun 
juga, "Bibik...!!!" 
Lho??? 
***** 

Terlalu lama tinggal di Perumahan Mertua Indah kadang 
membuat sebuah keluarga susah mandiri. Dari suami 
selaku kepala rumah tangga yang kadang sulit mengambil 
keputusan sendiri, atau istri yang tidak terlatih. 
Seiring bergulirnya waktu, syukurlah rezeki semakin 
bertambah, akhirnya ngontrak rumah. Gak terlalu besar, 
tapi cukup untuk sebuah pasangan muda. 

Kebahagiaan pun semakin bertambah, si kecil lahir di 
sela-sela kesibukan kita yang sama-sama bekerja. 
Kesibukan istri di sebuah perusahaan swasta pun 
berganti dengan rutinitas seorang ibu muda. Cuti 
melahirkan selesai, ia balik lagi dengan kesibukan 
rapat dan kerja, maklum wanita karir. 

"Pa, cari pembantu ya, masa' setiap hari harus nitip 
anak ke ibu," pintanya suatu saat. 
Seorang perempuan berumur, yang selalu berjilbab 
panjang warna pudar itu akhirnya menetap di rumah. 

"Bik, bisa tuh kerja dengan baju panjang seperti itu?" 
tanya istriku sangsi, di suatu hari. 
"Insya Allah bisa Non," sahutnya sopan. 

Entahlah, mungkin karena sikapnya yang penuh santun, 
atau pekerjaan yang selalu beres membuat kami betah 
memperkerjakannya di rumah. Istriku pun senang, lalu 
semakin larut waktu demi waktu dengan kesibukan 
mengejar impian. 
***** 

Uwaaa... uwaaa... 
Kembali tangisan si kecil membuyarkan lamunanku, 
aah... dinda, dimanakah kau berada? 

Kesibukan siang malam melarutkan kewajibanmu, duhai 
adinda. Entah apa yang engkau kejar, status atau 
kedudukan-kah? 
Rasanya sudah cukup rezeki dari gajiku selama ini, 
entahlah, mungkin kau akan malu dengan status ibu 
rumah tangga karena dirimu adalah seorang sarjana. 
Lulus dengan IPK tertinggi, pujian karena ketekunan 
dan kepintaran membuatmu semakin melupakan risalah 
mulia sebagai wanita. 

Bukan... bukan aku melarang, karena syariat pun 
membolehkan, tapi tidakkah kau merasakan hausnya kasih 
sayang buah hati kita akan peluk cium seorang ibunda? 
Tidakkah kau ingin menjadikan dirimu madrasah sehingga 
kelak dari keluarga kita akan lahir jundullah? 
Betapa kubutuh dirimu dinda, marilah bersama mengayuh 
bahtera. 
***** 

"Mama pulang...!!!" teriak si kecil sambil berlari 
memeluk tubuh mamanya. 
Tampak binar kerinduan yang membuncah di mata, sambil 
tak lupa menagih oleh-oleh yang entah keberapa kali 
selalu diterimanya. 
Tak lama boneka Winnie The Pooh-pun dipeluknya, "Ma 
kasih ma..." hanya sesaat, dan dengan langkah kecilnya 
kencang berlari ke dapur dengan raut wajah gembira. 

"Bibik, dibeliin mama boneka!!!" teriaknya, sambil 
bergelayut manja. 
Tak lama bibir mungil itu bercerita dengan logat 
cadelnya tentang beruang madu dan sahabat-sahabatnya, 
berceloteh penuh semangat diselingi tawa kecilnya. 
Begitu mesra. 

Deg!!! 
Dari balik pintu sepasang mata memandang dengan sedih, 
tanpa sadar mata yang selalu penuh semangat saat 
memimpin rapat itu pun berkaca-kaca. Hatinya perih 
setiap kali adegan itu terjadi. 
Kelebat jeritan rintih menyeruak dari relung jiwa 
wanita muda tersebut, "Ia anakku, bukan anak perempuan 
itu!!!" 
Pedih, batinnya menjerit. 

Tubuh yang selalu bergelora mengejar impian itu 
mendadak ringkih, jiwa goncang, dan berbalik menatapku 
yang sedari tadi memperhatikan dari kejauhan. Wajah 
penuh airmata, melunturkan make-up yang selalu setia 
menghiasinya. Kupapah istriku tanpa berkata apa-apa. 
Mungkinkah do'a yang selama ini terhatur kepada-Nya 
akan segera terjawab? 
***** 

Uwaaa... uwaaa... 
Lho, dinda di mana? 
Aaah... ternyata ia belum juga berubah, buruk sangka. 
Apakah aku lupa kalau ia kembali ada rapat kerja? 

Uwaaa... uwaaa... lebih kencang. 
Duh dinda, dimanakah kau berada? 

Terdengar langkah tergopoh-gopoh menghampiri, "Cup... 
cup sayang. Ini mama nih, maaf ya tadi lagi sholat 
malam." 
Ia membungkuk, lalu mengangkat si kecil yang tadi 
terbangun karena mimpi ke dalam dekapannya, memeluk 
dengan selimut kasih sayang, menepuk-nepuk lembut 
punggungnya hingga si kecil pun kembali terlelap. 

Aku menatapnya dengan bahagia, ia pun tersenyum di 
balik mukena, dan kulihat wajahnya begitu bercahaya. 


*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA* 
Al-Hubb FiLLAH wa LiLLAH, 

Abu Aufa 
(Buat para dinda di seluruh dunia, bekerjalah, namun 
jangan lupakan risalah mulia) 

Kirim email ke