MITOS-MITOS MENYUSUI

MENYUSUI MERUBAH BENTUK BUAH DADA WANITA

TIDAK BENAR Mitos atau pendapat yang mengatakan bahwa menyusui dapat
mempengaruhi atau merubah bentuk payudara secara permanen. Sebenarnya yang
merubah bentuk payudara adalah kehamilan, bukan menyusui. Kehamilan
menyebabkan dikeluarkannya hormon-hormon dan menyebabkan terbentuknya
air susu yang mengisi payudara. Payudara yang sudah terisi air susu tentu
akan berbeda bentuknya dengan payudara yang belulm terisi oleh air susu.
Jadi yang menyebabkan perubahan bentuk payudara adalah kehamilan bukan
menyusuinya. Besarnya perubahan bentuk payudara sangat tergantung dari
turunan (herediter), usia dan juga oleh penambahan berat badan pada waktu
kehamilan.

MENYUSUI MENYEBABKAN KESUKARAN MENURUNKAN BERAT BADAN

TIDAK BENAR. Data membuktikan bahwa menyusui dapat membantu ibu menurunkan
berat badan lebih cepat daripada yang tidak memberikan ASI secara ekslusif.
Sebab dengan menyusui timbunan lemak yang terjadi pada waktu hamil akan
dipergunakan dalam proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak
menyusui akan sukar menghilangkan timbunan lemak yang memang khsusus
dipersiapkan oleh tubuh untuk menyusui ini.

ASI BELUM KELUAR PADA HARI-HARI PERTAMA SEHINGGA PERLU DITAMBAH SUSU FORMULA

Pada hari pertama sebenarnya bayi belum memerlukan cairan atau makanan,
sehingga tidak atau belum diperlukan pemberian susu formula ataupun cairan
lain (Cairan Prelactal feeding), sebelum ASI keluar "cukup" . Bayi pada usia
30 menit harus disusukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi,
tetapi untuk belajar menyusui atau membiasakan menghisap puting susu dan
juga guna mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI. Gerakan reflek
untuk menghisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu
berusai 20-30 menit, sehingga apabila terlambat menyusui, reflek ini
akan berkurang dan tidak akan kuat lagi sampai beberapa jam kemudian.

Pemberian prelactal feeding sebetulnya tidak diperlukan karena hanya akan
merugikan ibu, yaitu ASI ibu akan lebih lambat terbentuk karena bayi tidak
cukup kuat menghisap, dan merugikan bayi sebab bayi akan kurang mendapat
kolostrum. Bila bayi kurang atau tidak mendapat kolostrum, akan lebih
sering menderita mencret atau penyakit lain, terutama bila susu formula atau
cairan prelactal/lainnya tercemar. Selain itu, bila cairan prelactal
diberikan dengan dot, kemungkinan bayi akan mengalami kesukaran minum pada
puting susu ibunya atau bingung puting (nipple confusion).

IBU BEKERJA TIDAK DAPAT MEMBERIKAN ASI EKSLUSIF 6BULAN

TIDAK BENAR. Banyak ibu-ibu bekerja yang telah berhasil memberikan ASI
ekslusif pada bayinya selama 6bulan. Bahkan ibu bekerja tidak memerlukan
tambahan pada cuti hamil 3 bulannya untuk dapat tetap memberikan ASI
ekslusif sampai 6 bulan. Pada ibu bekerja, cara lain untuk tetap dapat
memberikan ASI ekslusif pada bayinya adalah dengan memberikan ASI peras
atau perahnya pada bayi selama ibu bekerja. SElama ibu ditempat kerja,
sebaiknya ASI diperah, minimum 4 X 15menit. Memerah ASI sebaiknya hanya
menggunakan jari tangan, tidak menggunakan pompa yang berbentuk terompet.
ASI perah tahan 6-8 jam di udara luar, 24 jam di dalam termos es berisi es
batu, 48 jam dalam lemari es dan 3 bulan apabila berada dalam freezer.
Dengan bantuan "Tempat Kerja Sayang Ibu", yaitu tempat kerja yang
memungkinkan karyawati menyusui secara ekslusif, keberhasilan ibu bekerja
untuk memberikan ASI ekslusif akan menjadi lebih besar lagi.

PAYUDARA SAYA KECIL TIDAK MENGHASILKAN CUKUP ASI

TIDAK BENAR. Besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak atau sedikitnya
produksi ASI, karena payudara yang besar hanya mengandung lebih banyak
jaringan lemak dibandingkan dengan payudara yang kecil. ASI dibentuk oleh
jaringan kelenjar pembentuk air susu (alveoli) dan bukan jaringan lemak.
Jadi, besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak sedikitnya produksi
ASI.

ASI YANG PERTAMA KALI KELUAR HARUS DI BUANG KARENA KOTOR

ASI yang keluar pada hari 1 sampai dengan hari ke 5 s/d hari ke 7, dinamakan
kolostrum, atau susu jolong. Cairan jernih kekuningan itu mengandung zat
putih telur atau protein dalam kadar yang tinggi, zat anti infeksi atau zat
daya tahan tubuh (immunoglobulin) dalam kadar yang lebih tinggi daripada
susu mature, disamping itu juga mengandung laktosa atau
hidrat arang dan lemak dalam kadar yang rendah sehingga mudah dicerna.

Volume kolostrum bervariasi antara 10 ccf - 100 ccf per hari. Volume yang
rendah ini memberikan beban yang minimal bagi ginjal bayi yang belum matang.
Selain sebagai nutrisi kolostrum melindungi bayi terhadap penyakit-penyakit
infeksi. Dalam penelitian, kolostrum terbukti sangat bermanfaat bagi bayi
premature dan bayi sakit. Apabila kolostrum dibuang,
maka bayi akan kurang atau tidak mendapatkan zat-zat pelindung terhadap
penyakit infeksi. Tak dapat disangkal lagi bahwa kolostrum sangat berguna
bagi bayi untuk melindunginya dari infeksi. Walaupun saat ini telah
diketahui bahwa kolostrum sangat dibutuhkan oleh bayi, namun masih banyak
praktek-praktek yang menyebabkan bayi kekurangan kolostrum yang kaya dengan
nutrien berguna ini. Misalnya, antara lain, dengan masih memberikan
prelactal feeding.

ASI IBU KURANG GIZI, KUALITASNYA TIDAK BAIK

Bayi dan ASI sebenarnya bersifat parasit bagi ibu. Sampai dengan batas
keadaan tertentu, kualitas dan kuantitas ASI akan tetap dipertahankan,
walaupun harus dengan mengorbankan gizi si ibu sendiri. Kualitas ASI baru
berkurang apabila ibu menderita kekurangan gizi tingkat ke-3, bahkan
sering kali kualitas ASI masih tetap dipertahankan sampai tingkat
kekurangan gizi ibu lebih dari derajat ini.

"ASI SAYA TIDAK CUKUP", "ASI SAYA KERING", "BAYI TIDAK CUKUP DAPAT ASI
KARENA RAKUS/ MINUMNYA BANYAK"

Dari sebuah penelitian didapatkan data bahwa 98 rbu dari 100 ribu ibu-ibu
yang mengatakan produksi ASInya kurang, sebebarnya mempunyai cukup ASI,
tetapi kurang mendapat informasi tentang manajemen laktasi yang benar,
posisi menyusui yang tepat, serta terpengaruh mitos-mitos tentang menyusui,
yang umumnya dapat menghambat produksi ASI. Umumnya apabila seorang bayi
kurang mendapat ASI atau kurang minum, sebenarnya bukan ibunya yang tidak
dapat memproduksi ASI sebanyak yang diperlukannya. Hal ini bisa disebabkan
oleh berbagai hal, misalnya karena posisi menyusui yang tidak benar. Posisi
yang dimaksud di sini adalah posisi mulut bayi
terhadap putting ibu, bukannya posisi badan bayi terhadap badan ibu.
Produksi ASI dirangsang oleh pengosongan payudara, berlaku prinsip supply
and demand, sehingga semakin banyak ASI dikeluarkan, maka akan semakin
banyak pula ASI diproduksi. ASI diproduksi sesuai dengan jumlah permintaan
dan kebutuhan bayi. Selama bayi masih melanjutkan permintaannya akan ASI,
dengan masih menghisap ASI, selama itu payudara ibu akan tetap melakukan
produksinya. Apabila bayi berhenti meminta ASI, dengan cara berhenti
menghisap maka payudara ibu pun akan berhenti memproduksi ASI.

Bila ASI mengandung Residu Pestisida (Dioxin, DDT, PCBs) dan bahan beracun,
sejauh mana bahayanya bagi bayi?

Banyak ibu-ibu yang gelisah dengan adanya laporan yang menakutkan tentang
tercemarnya selain susu sapi juga ASI oleh zat beracun seperti diozin atau
logam berat yang berbahaya yang akan membahayakan kesehatan bayinya.
Sebenarnya tidak ditemukan bukti-bukti secara kedokteran adanya bayi yang
sakit karena disusui oleh ibu yang mengandung zat-zat beracun ini.

Para ahli yang mempelajari hal ini, termasuk antara lain Ketua Persatuan
Dokter Anak Amerika Serikat, berulang-ulang meyakinkan masyarakat bahwa
keuntungan menyusui jauh melebihi bahaya menyusui dengan ASI yang tercemar
oleh zat-zat racun ini. Sehingga pemberian ASI tetap dianjurkan dalam
keadaaan seperti ini.

Racun-racun ini sebenarnya lebih berbahaya pada masa kehamilan terutama pada
bulan ke-6 sampai ke-8 dibandingkan dengan pada waktu menyusui. Jadi bila
didapatkan racun pada bayi, kemungkinan bayi mendapatkan racun ini sewaktu
dalam kandungan lebih banyak dari pada dari ASI. Didapatkan bukti
bahwa menyusui mungkin bahkan dapat memberikan perlindungan terhadap zat
kimia yang beracun tertentu. Pada kecelakaan kebocoran reactor di Chernobyl,
didapatkan bahwa kada zat radio aktif dalam ASI jauh lebih sedikit dari
kadar ini dalam tubuh ibu. Keadaan ini membuat para ahli berkesimpulan,
adanya suatu mekanisme tubuh tertentu yang menyaring racun
sehingga didapatkan konsentrasi yang rendah dalam ASI.

Apa yang harus dikerjakan Ibu untuk mengurangi kontaminasi ASInya dengan zat
beracun?

Ibu hamil atau menyusui, sebaiknya:

1. Tidak memakan ikan air tawar yang diketahui terkontaminasi
2. Kupas dan cucilah dengan benar buah-buahan dan    sayur-sayuran terutama
untuk menghindari akibat terkontaminasi residu pestisida
3. Buang bagian lemak dari daging, ayam dan ikan, karena bahan kimia
berbahaya umumnya melekat pada lemak
4. Hindari produk-produk makanan yang banyak mengandung lemak mentega
5. Jangan melakukan diet berat selama kehamilan dan menyusui, karena
penurunan berat badan secara tiba-tiba dapat memobilisasi sel lemak dan
melepaskan zat kimia berbahaya yang umumnya terikat pada lemak, sehingga
mungkin akan mencapai tubuh bayi.
6. Hindari pemakaian pestisida dan hindari tempat-tempat dimana diperkirakan
banyak pestisida digunakan.

Menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu
kepada bayinya. Dalam keadaan sakit atau kurang gizi, menyusui mungkin
merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Dalam
kemiskinan menyusui mungkin merupakan pemberian satu-satunya.



------------------------------

Kirim email ke