Antibiotik merupakan salah satu obat terpenting yang pernah diciptakan manusia 
karena antibiotik membantu kita berperang melawan infeksi kuman/bakteri, 
sehingga menjadi penyelamat jiwa. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, 
keampuhan antibiotik semakin memudar.
 
 
Apa yang telah terjadi?Ternyata penggunaan antibiotik yang membabi buta 
menyebabkan obat ini kehilangan pamornya sebagai obat “istimewa”. Saat ini di 
seluruh belahan dunia, sebagian besar kuman penyebab infeksi serius sudah 
resisten (kebal) terhadap antibiotik. Kuman yang resisten ini disebut sebagai 
“superbugs.”
 
 
Menurut Dr. Purnamawati S Pujiarto, Sp.Ak, MMPed, dokter spesialis anak dari 
Yayasan Orangtua Peduli (YOP) yang juga pengasuh milis sehat, penggunaan 
antibiotik yang tidak rasional bukan hanya “merugikan” pasien terutama pasien 
anak-anak, tapi juga lingkungan sekitarnya. Lingkungan akan menjadi potensial 
terinfeksi oleh kuman yang sudah resisten antibiotik.
 
 
Kamis, 30 November 2006 lalu, di Ahmad Bakrie Hall- Klub Rasuna Jakarta, 
Majalah Ayahbunda mengadakan Jumpa Pakar Ayahbunda yang terakhir di penghujung 
tahun 2006. Seminar dengan tema “Bijak Menggunakan Antibiotik Pada Balita” ini 
dimoderatori oleh artis cantik yang baru 50 hari melahirkan putra kedua yaitu 
Moza Pramita.
 
 
Masalah superbugs ini sudah menjadi keprihatinan seluruh dunia seperti yang 
dinyatakan Ikatan Dokter Amerika, The American Medical Association (AMA) pada 
tahun 1995. “Seluruh dunia dihadapkan pada semakin maraknya kuman-kuman yang 
telah menjadi resisten/kebal terhadap semua antibiotik yang ada. Hal ini 
menimbulkan krisis luar biasa terhadap kesehatan masyarakat.”
 
 
Pembicara yang akrab disapa Bunda Wati mengungkapkan banyak kelirumologi yang 
berkembang di masyarakat seperti: “kuman itu jahat jadi perlu makan antibiotik” 
atau “untuk demam, batuk pilek, & diare juga perlu makan antibiotik,” dan 
lain-lain.
 
 
“Padahal sakit pada anak merupakan pembelajaran antibodi,” jelas Bunda Wati. 
Alam sudah membekali tubuh si kecil dengan sistem kekebalan yang dapat 
membantunya menghalau serangan kuman penyakit.
 
 Hidup Bersama Bakteri 
 
 
Disamping itu, bakteri & jamur adalah kawan kita sehari-hari. Bakteri jumlahnya 
trilyunan dan terdapat di udara, tanah, laut, pepohonan, makanan dan sebagian 
besar permukaan yang kita sentuh tiap hari. “Manusia tidak menjadi sakit karena 
tidak semua bakteri berbahaya,” ungkap Bunda Wati. 
 
 
Mayoritas bakteri tidak jahat, bahkan menguntungkan. Kita dan tubuh kita justru 
membutuhkan bakteri karena membantu kesehatan kita. Saluran pencernaan kita 
“penuh” dengan bakteri (kurang lebih 500 jenis bakteri) yang berperan penting 
dalam sistem pencernaan kita.
 
 
Bakteri di usus berfungsi memperbaiki sel dinding usus yang sudah tua dan 
rusak, mengubah apa yang kita makan menjadi nutrisi yang dibutuhkan tubuh, 
memproduksi vitamin B & K, merangsang gerakan peristaltis usus sehingga tidak 
mudah mengalami konstipasi, serta menghambat berkembangbiaknya bakteri jahat 
dan secara tidak langsung mencegah tubuh kita tidak terinfeksi bakteri jahat.
 
 
Secara garis besar bakteri dapat digolongkan sebagai bakteri gram positif dan 
bakteri gram negatif. Bakteri gram positif umumnya menyebabkan infeksi di 
bagian atas diafragma dan lebih mudah dilawan dibandingkan bakteri gram negatif 
yang menyebabkan infeksi di bawah diafragma. 
 
 Kapan Butuh Antibiotik?
 
 
Antibiotik pun digolongkan menjadi dua, yaitu narrow spectrum (spektrum sempit) 
dan broad spectrum (spektrum luas). Narrow spectrum untuk membunuh bakteri yang 
sudah diketahui, sedangkan broad spectrum adalah antibiotik yang lebih kuat dan 
diperuntukan bakteri yang belum diketahui.
 
 “Konsumen harus mengetahui kapan butuh antibiotik dan kapan jangan mengonsumsi 
antibiotik,“ sambung Bunda Wati. Antibiotik tidak bekerja pada colds & flu, 
sebagian besar batuk atau bronchitis, sebagian besar radang tenggorokan (sore 
throat), sebagian besar infeksi telinga dan sinusitas.
 
 Jangan Gunakan Antibiotik
 
 
Menurut penelitian, ada empat kondisi yang umumnya diterapi antibiotik padahal 
tidak perlu, yaitu demam, radang tenggorokan, diare dan batuk.
 
 
Umumnya demam tidak berbahaya. Demam merupakan salah satu usaha tubuh dan 
sistem imun untuk memerangi infeksi. Tingginya demam tidak identik dengan 
beratnya penyakit. Demam bukan penyakit, melainkan gejala dan semacam alarm. 
Kebanyakan demam pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi virus.
 
 
Radang tenggorokan belum tentu infeksi. Radang atau inflamasi adalah merah, 
membengkak dan nyeri. Radang tenggorokan pada bayi dan anak umumnya disebabkan 
oleh virus sehingga tidak memerlukan antibiotik, sedangkan radang yang 
disebabkan kuman streptokokus membutuhkan antibiotik. Radang akibat infeksi 
kuman ini menyerang anak di atas usia 4 tahun. 
 
 
Diare dengan atau tanpa muntah, umumnya akan sembuh sendiri dalam beberapa 
hari. Berikan cairan sesering mungkin agar anak tidak dehidrasi adalah hal yang 
penting. Perlu diketahui bahwa diare merupakan upaya tubuh untuk “membuang” 
segala sesuatu yang tidak berkenan di saluran cerna anak. Diare pada anak & 
bayi pun umumnya disebabkan infeksi virus.
 
 
Bunda Wati menjelaskan, “Batuk itu bukan penyakit.” Batuk merupakan refleks 
untuk membersihkan saluran napas. Kebanyakan batuk diebabkan oleh infeksi 
virus. Seperti penyakit yang sudah disebutkan sebelumnya, jangan meminta obat 
untuk menghentikan penyakit tapi pikirkan penyebabnya.
 
 
Infeksi yang disebabkan oleh virus hanya bisa diatasi dengan kekebalan tubuh. 
Antibiotik tidak berguna karena tidak dapat membunuh virus. Justru antibiotik 
dapat membunuh bakteri baik dalam tubuh kita.
 
 Penggunaan Antibiotik yang Rasional
 
 Berikut ini aturan pemakaian antibiotik yang lebih rasional:

   Seandainya anak kita membutuhkan antibiotik, pilihlah antibiotik yang hanya 
bekerja terhadap bakteri yang dituju. Dalam hal ini, antibiotik yang narrow 
spectrum.
 
   Untuk infeksi bakteri yang “ringan” (infeksi saluran napas atas/infeksi 
telinga dan infeksi sinus) yang memang perlu antibiotik, maka pilihlah yang 
bekerja terhadap bakteri Gram positif.
 
   Untuk infeksi kuman yang berat, seperti infeksi di bawah daerah diafragma 
(infeksi ginjal/saluran kemih, apendisitis, tifus, pneumonia, meningitis 
bakteri), pilihlah antibiotik yang juga membunuh kuman Gram negatif.
 
   Hindari pemakaian lebih dari satu antibiotik kecuali TBC atau infeksi berat 
di rumah sakit.
 
   Hindari pemakaian salep antibiotik kecuali untuk infeksi mata.

 
 Tanyakan penyebabnya
 
 Dengan demikian, bila anak kita sakit, tanyakanlah penyebab semua gejala yang 
dialami oleh anak. Ingatlah bahwa demam, batuk, pilek, diare, muntah, radang 
tenggorokan merupakan gejala, bukan penyakit. Tanyakan, apakah penyebabnya 
infeksi atau bukan. Kalau infeksi, apakah disebabkan oleh virus atau kuman. 
Kemudian tanyakan apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.
 
 
Penggunaan antibiotik yang berlebihan akan merugikan, bahkan bisa membahayakan. 
Pasien dirugikan karena:

   Semakin sering mengonsumsi antibiotik, semakin sering kita jatuh sakit.
 
   Antibiotik merupakan karunia Tuhan yang tidak ternilai. Mari kita jaga dan 
lindungi karunia ini dengan cara penggunaan yang bijak dan rasional, agar dunia 
tidak “kehabisan” antibiotik. Jangan biarkan anak cucu kita menderita akibat 
ulah kita yang tidak bijak.
 
   Sakit semakin parah, semakin lama, angka kematian meningkat.
 
   Pemborosan, baik pasien, unit layanan kesehatan, dan negara. Penggunaan 
antibiotik yang berlebihan merugikan 3P, yaitu Planet, Patient dan Pocket. 

       
---------------------------------
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers

Kirim email ke