Happy mother day.........

Dalam rangka Hari Ibu 22 Desember 2005


Izinkan Aku Menciummu, Ibu *
Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia
selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan
mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku 'dipaksa' membantunya
memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang
sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah
dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring
bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua
beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu
bersungut-sungut.
  Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua.
Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari
anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku
dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari
suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.
  Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang
mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu.
Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku
tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang
menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu.
Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.
  Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain
bersama
teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika
ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi
orang
dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.
  Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan
bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi
dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja
mendahuluinya
berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang
bersamanya.
  Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah
memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi
perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus
agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa
uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh
kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat
tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat
saat aku menangis.
  Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi.
Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan
berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan
hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung
antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala
tuntutan keperluan kampus lainnya.
  Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak
berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang
mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi
do'a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang
sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.
  Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan
bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu.
Sesaat
kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan
senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh
di
kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan
kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.
  Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi
menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang
shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku
pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa
segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding
kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat
cinta dan kasihmu kepadaku.

  (Untuk Semua Ibu Di Seluruh Dunia)

*) dikutip dari milist alumni13 by "zainal masri" 21/12/05







    
----------------------------------------------------
EMAIL DISCLAIMER
    
This email and any files transmitted with it is 
confidential and intended solely for the use of
the individual or entity to whom it is addressed.
Any personal views or opinions stated are solely 
those of the author and do not necessarily 
represent those of the company.
   
If you have received this email in error 
please notify the sender immediately. 
Please also delete this message and 
attachments if any from your computer.


================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke