Langkah Mudah Membina Kedekatan Emosi


............

dengan Anak

                

  <http://www.hanyawanita.com/i/art/adved_1083219737.gif> 

Kerapkali, seorang ibu bekerja merasa bersalah karena terlalu lama meninggalkan buah 
hati di rumah hanya bersama pengasuh. Hingga tak sedikit yang akhirnya memilih 
mengundurkan diri dari pekerjaan kantoran, dan memilih menjadi ibu rumah tangga biasa. 
Padahal si ibu tadi merupakan karyawan yang cukup diandalkan di perusahaan tersebut.

        
......................


Pasti di antara Anda ada yang mengalami masalah seperti ini. Tak sederhana memang, dan 
kadang sulit dicari pemecahan atau jalan tengahnya. Sebutlah Sisy (31 tahun), seorang 
karyawan perusahaan consumer goods papan atas di Indonesia, ibu dari dua anak balita 
berusia 5 dan 3 tahun. "Saya harus berangkat kerja jam setengah enam pagi dan pulang 
lagi jam delapan malam. Saat saya berangkat anak belum bangun, dan ketika saya pulang 
mereka sudah jatuh tertidur. Waktu saya bersama anak-anak nyaris tak ada," ujarnya.

Hal yang paling 'mengiris' hatinya adalah manakala si buah hati cenderung lebih dekat 
ke pengasuh ketimbang dirinya. "Bayangkan, saat sakit, anak saya yang nomor dua malah 
makin kenceng nangisnya waktu saya gendong. Giliran digendong si mbak (pengasuh), 
tangisnya berangsur-angsur reda. Apa tidak nelangsa saya?" kata Sisy yang sempat 
berpikir ingin berhenti kerja saja.


......................


Apakah pilihan berhenti kerja adalah pilihan bijak? "Tergantung, apa motifnya ibu ikut 
bekerja kantoran," kata Eileen Rachman, Direktur Experd, lembaga pengembangan kinerja 
eksekutif dalam acara talkshow yang digelar Unilever bertajuk 'Membina Kedekatan Emosi 
Ibu Bekerja dengan Anak' baru-baru ini. 

  <http://www.hanyawanita.com/i/art/adved_1083219753.gif> 


 ......................


Menurut Eileen, jika motivasi ibu bekerja karena ingin membantu menambah penghasilan 
suami yang belum cukup, maka pilihan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan bukan 
pilihan bijak. "Anda bisa memberi pengertian kepada anak dengan jujur kepada mereka, 
bahwa ibu bekerja demi memenuhi kebutuhan mereka juga. Tentu dengan bahasa yang mereka 
mengerti," ujarnya.

Soal masalah kedekatan emosi antara ibu bekerja dan anak-anaknya, sebenarnya bisa 
diatur. "Strategi masing-masing keluarga berbeda. Ada yang bisa pagi hari waktu 
sarapan bersama, atau sore hari dengan membantu mengerjakan PR," kata Eileen, yang 
juga seorang ibu dari dua putra ini.


 ......................


Ada sejumlah cara yang disarankan pakar yang berpengalaman ini untuk membina kedekatan 
hubungan emosi dengan 
anak bagi ibu bekerja, yakni:


:: Manfaatkan fasilitas/teknologi yang ada untuk mengucapkan pesan-pesan   pendek yang 
mesra bernada sayang, seperti I Love You, Mama Sayang Kamu, atau bahasa-bahasa lain 
yang lazim Anda gunakan di keluarga
:: Dengarkan anak bicara, ketahui bagaimana perasaan mereka. Jangan merasa tahu 
perasaan anak dengan cara mengasumsikannya! "Bagaimana harimu, apa yang diajarkan 
bapak-ibu guru hari ini?" kalimat sederhana itu bisa membuatnya bicara dan 
mengekspresikan perasaannya
:: Habiskan waktu bersama mereka, utamakan kualitas bukan kuantitasnya.
:: Biasakan mengekspresikan perasaan, dengan memeluk atau mencium. Anak akan tahu Anda 
amat mencintainya.
:: Usahakan mengetahui apa yang dibutuhkan anak, dengan bertanya kepadanya.
:: Jika anak berbuat salah, jangan bersikap frontal/tegang. Ajak bicara baik-baik, 
minta dia tak mengulang kesalahan sama.

        

......................


Sebenarnya ada banyak lagi cara untuk membina kedekatan hubungan dengan anak, bisa 
sesekali menelpon ke rumah untuk memantau aktivitasnya, atau cara lain yang lazim Anda 
gunakan. Pada dasarnya, setiap keluarga memiliki strategi masing-masing untuk 
meningkatkan kualitas hubungan antar mereka, kata Eileen.

        

Kirim email ke