Dari milis tetangga........

Sekedar mengingat kembali asal usul nama Indonesia...
Selamat merayakan 60 tahun Indonesia merdeka!


======================

Asal Usul Nama Indonesia
Oleh IRFAN ANSHORY

PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama.
Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai *Nan-hai*
(Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai
kepulauan ini *
Dwipant ara* (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata
Sansekerta *dwipa*  (pulau) dan *antara* (luar, seberang). Kisah
Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan
pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke
*Suwarnadwipa* (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di
Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita *Jaza'ir al-Jawi* (Kepulauan Jawa).
Nama Latin untuk kemenyan adalah *benzoe*, berasal dari bahasa Arab
*luban jawi*(kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh
kemenyan dari batangpohon *Styrax sumatrana* yang dahulu hanya tumbuh di
Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa"
oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah,
Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)"
kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatang an orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa
yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari
Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas
antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia
Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai
"Hindia Belakang".
Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (*Indische
Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien*) atau "Hindia Timur"
*(Oost Indie, East Indies, Indes Orientales)*. Nama lain yang juga
dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (*Maleische Archipel, Malay
Archipelago, l'Archipel Malais*).

Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang
digunakan adalah *Nederlandsch-Indie* (Hindia Belanda), sedangkan
pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah *To-Indo* (Hindia
Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama
samara n Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk
menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu *Insulinde*, yang artinya
juga "Kepulauan Hindia" (bahasa
Latin*insula* berarti pulau). Tetapi rupanya nama *Insulinde* ini kurang
populer.
Bagi orang Bandung, *Insulinde* mungkin cuma dikenal sebagai nama toko
buku yang pernah ada di Jalan Otista.

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950),
yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik
Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak
mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara,
suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi
mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang
ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A.
Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Namun perlu dicatat  bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi
jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa
Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa
(antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan
dari *Jawadwipa*(Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa
dari Gajah Mada,*"Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa"
*(Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati
istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang
berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan
mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti
yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga
Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah
nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya
sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampa i hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan
wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi
bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari
mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan,
*Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia* (JIAEA), yang
dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang
meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun
1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl
(1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel
*On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and
Malay-Polynesian Nations*. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa
sudah tiba saatnya bagi penduduk  Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu
untuk memiliki nama khas (*a distinctive name*), sebab nama Hindia
tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl
mengajukan dua pilihan nama: *Indunesia*atau *Malayunesia* (*nesos*
dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71artikelnya itu
tertulis: *... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan
Archipelago would become respectively Indunesians or
Malayunesians.*

Earl sendiri menyatakan memilih nama *Malayunesia* (Kepulauan Melayu)
daripada *Indunesia* (Kepulauan Hindia), sebab *Malayunesia* sangat
tepat untuk ras Melayu, sedangkan *Indunesia* bisa juga digunakan untuk
Ceylon
(Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah
bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu
Earl memang menggunakan istilah *Malayunesia* dan tidak memakai istilah
*Indunesia*.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga , halaman 252-347, James Richardson Logan
menulis artikel *The Ethnology of the Indian Archipelago.* Pada awal
tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah
air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan
membingungkan.
Logan memungut nama *Indunesia* yang dibuang Earl, dan huruf u
digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah
istilah Indonesia. Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia
dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: *Mr. Earl suggests
the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of
Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is
merely a shorter synonym for theIndian Islands or the Indian
Archipelago.* Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak
menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan
negara yang jumlah penduduknya peringkat  keempat t erbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam
tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini
menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada
tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf
Bastian (1826-1905) menerbitkan buku *Indonesien oder die Inseln des
MalayischenArchipel*sebanyak lima volume, yang memuat hasil
penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai
1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di
kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul  anggapan bahwa istilah
"Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara
lain tercantum dalam *Encyclopedie van Nederlandsch-Indie*tahun 1918.
Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan
Logan.

Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia " adalah
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri
Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama
*Indonesische
Pers-bureau.*

Makna politis

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah
dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan
kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki
makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan
kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada
terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa
*Handels
Hoogeschool* (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar
dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan
nama *Indische Vereeniging*) berubah nama menjadi *Indonesische
Vereeniging* atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah m ereka, Hindia Poetra,
berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang
akan datang (*de toekomstige vrije Indonesische staat*) mustahil disebut
"Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan
kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan
suatu tujuan politik (*een politiek doel*), karena melambangkan dan
mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya
tiap orang Indonesia
(*Indonesier*) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan *Indonesische Studie
Club*pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindiaberganti
nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 *Jong
Islamieten Bond* membentuk kepanduan *Nationaal Indonesische
Padvinderij*(Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang
mula- mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia"
dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut
Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota *Volksraad* (Dewan Rakyat;
DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan
Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar
nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie".
Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.

Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke
tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda"
untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat
rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia.

Dirgahayu Indonesiaku!***

*Penulis,* *Direktur Pendidikan "Ganesha Operat ion"*







AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke