Senin, 07/05/2007 12:28 WIB  
      Kesehatan
      Pneumokokus, Penjemput Maut Balita      
       

      JAKARTA - Pneumonia menjadi penyebab kematian anak terbanyak di dunia. 
Data WHO pada 2000 menyebutkan, penyakit ini menyebabkan 1,6 juta kematian, 
termasuk 800 ribu anak-anak. 

      Peringatan tersebut diserukan Kepala Eksekutif Meningitis Research 
Foundation Inggris Denise Vaughan, pada Agustus 2006, untuk mewaspadai gejala 
dan penyebaran penyakit pneumokokus, mengingat tidak semua jenis penyakit 
pneumokokus tersedia vaksinnya. Senada dengan Vaughan, Kepala Eksekutif 
Meningitis Trust Philip Kirby mengatakan, penyakit meningitis perlu diwaspadai. 
Vaksinasi adalah satu-satunya jalan untuk mencegah meningitis. 

      "Meningitis adalah penyakit yang mematikan. Pemberian vaksin ini akan 
membantu menyelamatkan hidup kita dan secara signifikan mengurangi beban 
penyakit ini,"ujarnya. 

      Sementara itu, di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam 
kurun waktu 1995-1996 di tiga rumah sakit, yakni RSCM serta RS Fatmawati 
Jakarta dan Tangerang, Banten, ditemukan 37 kasus meningitis yang diderita anak 
usia 42 hari hingga lima tahun. Sebanyak 22 penderita berjenis kelamin 
laki-laki dan 15 perempuan. 

      Dokter di Departemen I Kesehatan Anak FKUI RSCM dr Aman B Pulungan SpA(K) 
menjelaskan, penyakit yang ditimbulkan akibat virus pneumokokus dalam skala 
ringan ini ditandai terjadinya otitis media atau dikenal dengan istilah radang 
telinga tengah. 

      Kemudian, terjadi radang sendi alias athritis dan sinusitis. "Pada skala 
berat, virus ini dapat menyebabkan invasive pneumococcal diseases (IPD). Bagian 
tubuh yang diserang biasanya yaitu sepsis, bakteri dalam darah. Kemudian, 
terjadi radang selaput otak atau dikenal dengan meningitis. Selain itu, 
terjadinya radang paru-paru atau pneumonia," ujar dokter dari Klinik Anakku, 
Cinere, saat tampil sebagai pembicara di acara seminar "Pelangi Buah Hati" yang 
digelar Wyeth Gold Club (WGC) di Kemang, akhir pekan lalu. 

      Aman menuturkan, penularan virus pneumokokus bisa terjadi lewat percikan 
ludah bakteri yang hidup di tenggorokan. Semua bayi usia satu tahun sudah ada 
pneumokokus di tenggorokannya. 

       "Pneumokokus inilah penyebab utama terjadinya sepsis dan meningitis pada 
anak. Saat terkena infeksi virus yang kemudian menyerang darah sepsis dan pada 
tahap lanjutan ke cairan otak meningitis," ungkapnya. Berdasarkan data dari 
American Academy of Pediatrics tahun 2000 diketahui, sebanyak tujuh sampai 10 
dari 100 ribu anak berusia di bawah dua tahun di AS menderita meningitis. 

      Lebih detail lagi dijelaskan, virus pneumokokus pada tingkatan ringan 
atau noninvasive menyebabkan radang telinga atau otitis media. Pada tingkatan 
agak berat dapat menyebabkan radang paru atau pneumonia. Semakin berat lagi 
dapat menimbulkan sepsis. Kemudian, di tingkatan terberat terjadi meningitis. 
Berdasarkan informasi dari www.vic.gov.au, penyakit pneumokokus merupakan 
penyebab rawat inap dan kematian di kalangan anak-anak usia kurang dari lima 
tahun di Australia. 

      Di negeri Kanguru ini, penyakit pneumokokus telah menjadi salah satu dari 
dua penyebab utama meningitis bakteri anak-anak sejak penurunan infeksi 
haemophilus influenza tipe B karena diperkenalkan vaksin HIB pada permulaan 
1990-an. Anak-anak di bawah usia satu tahun berisiko paling tinggi menderita 
meningitis pneumokokus. Meskipun penyakit pneumokokus memuncak pada usia 12 
bulan, kasus ini bisa saja terjadi sejak usia dua bulan. Karenanya, vaksin 
pneumokokus (PCV) penting diberikan sejak dini, mengingat kelompok usia yang 
paling terpengaruh adalah anak kecil. Biasanya, PCV diberikan saat bayi berusia 
dua bulan, empat bulan,dan 13 bulan. Berbagai negara mengampanyekan untuk 
melawan penyakit pneumokokus melalui anjuran bagi para ibu untuk memberikan 
imunisasi. (nuriwan trihendrawan/SINDO/mbs)



      www.okezone.com


     

Kirim email ke