Ii ada artikel dari majalah Ummi, semoga bisa memperjelas tentang, Makhluk
Ghaib.
http://www.ummigroup.co.id/cetak.php?id=77
Ustadz Hasan Bisri, Lc:

Makhluk ghaib telah terlalu lama dan terlalu sering disikapi secara
berlebihan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Ada leluhur-leluhur yang
minta disajeni, ada barang sakti yang harus dirawat bak anak sendiri, ada
kyai-kyai yang mampu mengunci para hantu di dalam botol, hingga isu kolor
ijo yang mampu menebar teror penduduk berkampung-kampung.

Ustadz Hasan Bisri, Lc, sarjana ilmu syariah dari LIPIA yang juga merupakan
tim ruqyah dari Majalah Ghaib mencoba meluruskan beberapa penyimpangan
berkaitan dengan persoalan alam ghaib ini agar keimanan kita kepada yang
ghaib tidak terkotori dengan noda-noda syirik.

Apa itu makhluk ghaib?
Secara bahasa, makhluk ghaib adalah segala makhluk yang tidak bisa kita
lihat dengan panca indera kita, dengan mata kita. Secara syariat, yang
dimaksud ghaib itu adalah sesuatu yang ada di dalam Al Quran, maupun Hadits,
tetapi kita sebagai manusia tidak dapat melihatnya. Di antara yang ghaib
adalah surga, neraka, azab kubur, hari kiamat termasuk pula jin. Dan untuk
soal ini, kita harus percaya, kita harus mengimani, walaupun kita tidak
pernah melihat keberadaan makhluk itu.

Adapun kuntilanak, genderuwo, atau pocong, itu semua adalah
penampakan-penampakan dari setan, kalau memang benar itu ada. Dan itu pun
bukan berarti Allah menciptakan kuntilanak, tuyul, dan sebagainya. Semua itu
hanyalah jelmaan, penampakan yang dilakukan setan kepada manusia.

Apakah kehadiran makhluk ghaib bisa dideteksi?
Jin, setan, tidak bisa kita rasakan kehadirannya, karena memang tidak
dijelaskan oleh Allah, apakah mereka mempunyai bau yang khas ataupun
tanda-tanda seperti adanya hawa dingin atau hawa panas, misalnya.

Kehadiran mereka hanya bisa dilihat melalui perubahan dalam sikap atau
perilaku seseorang yang diganggu, yang tidak sewajarnya sebagai manusia atau
punya sifat-sifat buruk yang identik dengan sifat-sifat setan, seperti suka
marah, atau terlihat melakukan gerakan-gerakan diluar batas manusia.

Bila ini terlihat, kita katakan bahwa dia teridentifikasi terkena gangguan
setan. Tapi bukan berarti kita menjustifikasi atau memvonisnya terkena jin.

Bagaimana dengan orang yang mengaku melihat penampakan-penampakan?
Sebagai seorang mukmin, ketika berbicara soal keghaiban, terutama yang
berkaitan dengan kehidupan jin ini, kita tidak bisa memberi pernyataan
kecuali kalau memang hal itu dijelaskan dalam Al Quran dan Hadist. Dalam
surat Al-A?Raf ayat 27 dijelaskan bahwa kita tidak bisa melihat jin,
sementara mereka bisa melihat kita. Itulah kondisi normalnya.

Namun, jin diberi keistimewaan oleh Allah untuk bisa menampakkan diri
menyerupai apapun, kecuali menyerupai diri Rasulullah. Sekali lagi, ini
bukan berarti seseorang itu mampu melihat eksistensi jin, tetapi jin itulah
yang akan menampakkan diri. Dan itu beberapa kali terjadi pada jaman
Rasulullah. Tetapi kalau mereka tengah berada dalam wujud aslinya, kita
sebagai manusia tidak bisa melihat mereka.

Dalam hadist Riwayat Imam Muslim dijelaskan, sewaktu Rasulullah shalat,
ifrit?dari golongan jin juga?menampakkan diri, menganggu shalat Rasulullah,
kemudian ditangkap oleh Rasulullah. Begitu juga, Abu Hurairah ketika sedang
menjaga harta zakat fitrah melihat sosok jin yang tengah menampakkan diri
dan mencuri harta zakat itu.

Jin ini pun bisa ditangkap oleh Abu Hurairah.
Persoalannya, yang kita lihat di TV atau media elektronik, penggambaran soal
penampakan jin ini tidak sesuai dengan syariat Islam. Misalnya ada adegan,
ketika ada jin yang menampakkan diri kepada manusia, walaupun mungkin itu
rekayasa saja, atau mungkin juga beneran, lalu akan dilawan, seakan-akan jin
itu tidak tersentuh.

Ketika jin itu dilempar sesuatu, seperti melempar pada ruang hampa udara.
Padahal sebagaimana diriwayatkan dalam salah satu hadist ada seorang pemuda
yang bertemu ular, yang sesungguhnya adalah penampakkan sesosok jin,
kemudian ular itu dibunuh maka jin itu pun mati.
Dari sini kita mengambil kesimpulan, ketika jin menampakkan diri, misalnya
sebagai manusia, maka berlakulah hukum manusia. Kalau kita tembak ia akan
bisa mati, kita lempar akan kena, bukan tembus, seperti yang digambarkan di
media selama ini.

Menurut Imam Mutawali Sya?rowi, jin yang tengah menampakkan diri, berada
dalam kondisi lemah, ibarat ikan yang keluar dari air. Saat jin menampakkan
diri, ia tengah keluar dari komunitas aslinya yang tidak bisa dilihat, maka
posisinya lemah sekali. Karena itu mereka juga tidak akan menampakkan
dirinya terus menerus atau dalam waktu yang lama, dan bila saat itu ada yang
membunuh, dia akan mati.

Alasan jin menampakkan diri?
Dari kasus-kasus yang kita hadapi di lapangan, terhadap pasien yang
berkonsultasi sebelum kita terapi ruqyah di majalah Ghoib, kita bisa
menyimpulkan bahwa jin ketika menampakkan diri memang mempunyai misi utama
yaitu untuk menyesatkan kita.

Misal sering kita dengar, ketika ada orang yang meninggal secara tidak
wajar, hampir selalu diidentikkan akan ada penampakan, entah dikatakan
rohnya pulang, dan sebagainya. Padahal itu adalah penampakan yang dilakukan
oleh setan.
Bila kasus semacam itu terjadi, pihak keluarga si mayit mungkin melakukan
ritual yang menyimpang, datang ke kuburan, ngasih sesajen, memintanya supaya
tidak mengganggu keluarganya. Inilah misi jin atau setan yaitu berusaha agar
manusia mengambil sikap yang salah dalam menghadapi fenomena penampakan.

Lantas, bagaimana dengan orang-orang yang mengaku punya kemampuan bisa
melihat jin?
Ada beberapa kemungkinan. Pertama, orang yang mengaku itu, berbohong,
sekedar mencari sensasi saja, padahal sesungguhnya dia tidak melihat.

Kedua, orang tersebut tengah berada dalam kondisi lemah, dalam artian
ketaatan dan imannya sedang berkurang. Jin ingin mempermainkan dia dengan
penampakan itu, agar orang yang tengah lemah iman ini salah dalam bersikap.

Ketiga, yang dilihat itu sesungguhnya sekedar halusinasi saja. Orang yang
jiwanya tidak stabil, misalnya, mudah melihat sesuatu tidak seperti
hakekatnya. Melihat daun bergoyang saja, dikira orang melambai-lambai.

Keempat, orang tersebut memang mempunyai ilmu sihir, yang berarti dia memang
berkolaborasi dengan setan, dengan ritual-ritual yang menyimpang dari
syariat Islam, hingga bisa berkomunikasi atau melihat keberadaan setan.


Banyak dari orang yang mengaku mampu melihat jin membawa simbol-simbol
Islam, seperti mengenakan sorban, membaca ayat-ayat, dan lain-lain...
Di situlah kita sangat menyesalkan. Masyarakat masih sering tertipu dengan
penampilan seseorang, ataupun atribut yang dipakai oleh seseorang, sehingga
tidak melihat substansi apa yang dilakukan, sesuai syariah atau tidak. Untuk
bisa menilai apakah yang mereka lakukan itu sesuai syariah atau tidak, lihat
saja apakah ada tuntunan dari Al Quran dan hadits.

Rasulullah dalam hadits riwayat Imam Bukhari, dengan sederhana sekali
memberitahukan kepada kita tips untuk mengusir setan dari rumah, yaitu
dengan membaca surat Al Baqarah dari awal sampai akhir. Jadi, tidak ada
istilah dikejar, kemudian ditangkap, dan dimasukkan ke botol. Jadi, itu
semua adalah cara-cara perdukunan, meskipun yang melakukan itu berpenampilan
ustadz.

Apa sebenarnya ilmu sihir itu?
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, mendefinisikan ilmu sihir sebagai ilmu yang
melibatkan kekuatan-kekuatan alam dan kekuatan makhluk halus, yaitu setan,
untuk mengelabui atau menipu seseorang.
Jadi kalau seseorang itu tersihir, dia melihat sesuatu tidak seperti
hakekatnya, atau merasakan sesuatu tidak seperti aslinya. Ketika Nabi Musa
berhadapan dengan tukang-tukang sihir Firaun, kemudian tukang sihir itu
melemparkan tali dan tongkat mereka, massa yang hadir melihat tali-tali dan
tongkat itu berubah menjadi ular, tapi bagi tukang-tukang sihir itu tetap
terlihat sebagai tali.

Makanya ketika Nabi Musa melemparkan tongkatnya dan berubah jadi ular
beneran, tukang-tukang sihir itu kaget, terperangah, dan langsung mengimani
apa yang dibawa oleh Nabi Musa, yaitu beriman kepada Allah.

Bagaimana hubungan yang terjadi antara manusia dan makhluk ghaib?
Sebetulnya kita diciptakan Allah di alam masing-masing. Kita mempunyai alam
sendiri, mereka mempunyai alam sendiri. Kita tidak ada urusan dengan
kehidupan mereka, karena memang kita tidak diperintahkan oleh Allah untuk
berinteraksi dengan mereka.

Sayang, banyak orang tertipu. Ketika berusaha interaksi dengan jin atau
setan, setan itu akan tampil sebagai sosok jin muslim, atau mengaku sebagai
kyai atau ustadz, padahal mereka itu setan, musuh kita. Mereka bisa saja
tampil sebagai sosok Syeh Abdul Qodir Djailani, atau bahkan sosok Jibril,
padahal bukan. Meski demikian, toh ada saja orang yang mau terpedaya dan
ingin menggunakan kekuatan jin dengan ilmu sihir.

Tapi perlu dicatat baik-baik, jin tidak pernah membantu manusia tanpa
kompensasi. Dan kompensasi yang paling diincar adalah aqidah atau sejauhmana
orang itu bisa dibawa pada syirik pada Allah, kafir pada Allah. Dalam dunia
perdukunan berlaku hukum, semakin kufur seorang dukun kepada Allah, maka
semakin kuatlah daya kekuatan perdukunannya itu. Kenapa? karena akan semakin
banyak setan yang membantunya.

Bagi manusia yang menjalin hubungan dengan makhluk ghaib ini, bagaimana
prosesnya?
Ada ritualnya. Tentu saja ritual menyimpang, entah itu memberikan sesajen,
menyembelih binatang tertentu sebagai tumbal, atau cara-cara lain seperti
melecehkan Al Quran. Misalnya saja, ada seorang dukun yang butuh bantuan,
dia diminta mengambil mushaf lalu dikencingi, atau membuang kotoran di atas
mushaf itu. Itu adalah kompensasi yang diminta oleh jin.

Ketika orang itu kufur kepada Allah, maka setanlah yang menjadi temannya.
Itu sudah dijelaskan oleh Allah dalam surat Az-Zukhruf ayat 36.
Akibatnya ketergantungannya kini tidak kepada Allah, tetapi kepada jin atau
setan. Dan inilah misi yang diemban oleh jin, berusaha menggelincirkan
manusia kepada kesyirikan, memalingkan manusia dari Allah SWT.
Kini kita lihat, banyak sekali cara-cara mendatangkan setan. Yang populer di
kalangan anak muda misalnya main jailangkung. Padahal, setan itu, tanpa
diundang, memang akan selalu hadir untuk menggoda kita. Apalagi kalau
diundang.

Apakah jin memang bisa dipelihara?
Bisa. Dan jin itu senang karena apa yang dia lakukan berarti membantu
manusia lupa dari Allah, serta menggelincirkan manusia dari tauhid,
sesuailah dengan misinya.

Sementara bagi manusia yang berkolaborasi dengan jin, ia merasa mendapat
keuntungan, karena jin memang mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki
manusia, misalnya bisa bergerak cepat.

Bagaimana seharusnya kita menyikapi persoalan makhluk ghaib ini?
Sebagai mukmin kita harus mengikuti rambu-rambu yang diperintahkan oleh
Allah dalam Al Quran. Dalam surat Al-Baqarah ayat 1-5, Allah SWT
menjelaskan, termasuk ciri orang muttaqin adalah beriman pada alam ghaib.
Tapi kita tidak boleh berbicara atau mengulas apapun yang berkaitan dengan
alam ghaib ini, kecuali yang sesuai dengan Al Quran dan hadits.

Dalam surat Al-Jinn ayat 26-27, Allah menyatakan, yang mengetahui hal yang
ghaib hanyalah Allah dan Allah tidak menampakkan yang ghaib kepada
seorangpun, kecuali kepada RasulNya. Berarti, ada keghaiban yang memang
diberitahukan kepada RasulNya. Karena itu sejauh yang diberikan kepada
RasulNya, hanya itulah yang harus kita ambil. Kalau tidak ada dalam Al
Qur?an dan hadits, kita ucapkan ?wallahu a?lam?.

Kalau ada orang yang terkena gangguan setan, bagaimana mengatasinya?
Ruqyah adalah cara yang telah dicontohkan Rasulullah untuk mengusir gangguan
setan pada diri seseorang. Perlu diketahui, gangguan setan tidak hanya
berwujud fisik, yang membuat orang menjadi seperti orang gila atau stres.
Tapi banyak juga dijumpai gangguan nonfisik dalam diri kita, seperti muncul
kesombongan, iri, dengki. Itu semua adalah penyakit-penyakit yang
dihembuskan setan kepada kita.

Di sini harus kita pahami bahwa gangguan itu tidak hanya soal fisik seperti
kesurupan. Termasuk gangguan setan juga adalah menghalangi seseorang dari
kemauan menutup aurat, atau tidak rajin shalat. Hanya saja kebanyakan orang
tidak merasa kalau diganggu. (Zif /Laporan Rahmi)


http://www.ummigroup.co.id/?pilih=lihat&id=76
Misi Setan Menyesatkan Manusia
Jumat, 04 Februari 05 - oleh : admin

Bumi bukanlah tempat ekslusif milik makhluk manusia. Ada hewan, tumbuhan,
serta makhluk-makhluk ghaib yang tak tampak secara kasat mata ikut tinggal
dan berbagi tempat. Namun, tak seperti hewan dan tumbuhan yang menempati
lahan alam yang sama, bagi makhluk ghaib ini telah disediakan alam khusus
sebagai wilayah hidup komunitas mereka sendiri.


Di sana sini ada setan
Keberadaan makhluk ghaib tegas diakui secara syariat. Bahkan, sebagai umat
Islam, mengimani yang ghaib adalah sebuah kewajiban. Surat Al Baqoroh ayat
1-5 juga menunjukkan bahwa mengimani yang ghaib, entah itu malaikat, hari
akhir, surga, neraka, termasuk jin dan setan adalah salah satu ciri orang
yang bertaqwa. Namun, mencari-cari tahu urusan makhluk ghaib ini secara
lebih detil justru terlarang.

?Soal-soal ghaib adalah otoritas mutlak Allah. Tidaklah dijelaskan kepada
RasulNya kecuali sedikit. Karena itu, kewajiban kita hanya mengimani dan
mengetahui yang sedikit itu. Jangan mencari-cari lebih detilnya. Tidak ada
manfaatnya dan memang tidak ada yang lebih mengetahuinya kecuali Allah,?
tegas Ustadz Hasan Bisri, Lc., salah seorang anggota tim ruqyah Majalah
Ghoib.

Secara eksplisit, Qur?an surat Al A?raf ayat 16-17 juga menyebutkan sumpah
iblis untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah melalui bantuan
tentara-tentaranya yang berwujud setan. Setan-setan ini akan mencoba segala
jalan kesesatan dari arah kanan-kiri, depan maupun belakang. Karenanya, tak
perlu heran, juga tak perlu takut, karena sepanjang hidup kita dunia memang
?dipenuhi? setan yang terus menerus mencoba menjerumuskan manusia pada
kesesatan dari jalan Allah.

Penampakan setan sesuai misi
Makhluk ghaib ditakdirkan Allah punya ?kelebihan? atas manusia. Mereka bisa
melihat manusia sementara manusia tak bisa melihat mereka (dalam wujud
aslinya). Mereka mudah berpindah alam, dapat menembus bumi, menyelami lautan
atau menjelajahi langit dan mereka pun sanggup mengubah wujud dalam
penampakan-penampakan berwujud makhluk lain.

Namun, setiap makhluk ghaib akan menjalani sunatullahnya sendiri-sendiri.
Malaikat sebagai makhluk yang selalu tunduk kepada Allah, tak akan mewujud
dalam penampakan yang berekses negatif pada manusia. Sementara setan
sebaliknya, ia akan melakukan penampakan justru dalam rangka melakukan misi
penyesatan aqidah manusia.

Gangguan setan dalam wujud penampakan, gangguan fisik,
penyimpangan-penyimpangan hukum alam, konspirasi sihir dengan manusia, tak
lain dan tak bukan adalah upaya setan untuk membuat manusia percaya akan
kekuatannya, takut kepadanya lalu memohon bantuan atau perlindungan sesuai
dengan cara-cara yang dimintanya. Sekali manusia menuruti kehendak setan, ia
akan terus menjadi temannya sampai manusia itu bertaubat dan kembali ke
jalanNya. (zif)


Siapa Paling Mudah Diganggu?

Orang yang tengah lalai terhadap Allah. Al Qur?an surat Az-Zukhruf ayat 36
menyebutkan barangsiapa yang berpaling dari mengingat Allah, maka akan Allah
adakan baginya setan yang mengajaknya pada kesesatan dan syetan itu kemudian
akan menjadi teman yang selalu menyertainya.

Banyak jalan membawa manusia menuju lalai kepada Allah, hingga ia menjadi
lemah iman, dan mudah diganggu setan. Diantaranya adalah;
1.Manusia yang berada dalam keadaan marah berlebihan
Marah sesungguhnya adalah perkara manusiawi. Namun, marah untuk perkara yang
tepat, di saat yang tepat dan dengan cara yang tepat tidak selalu mudah
untuk dilakukan. Seorang mukmin diberi tuntunan untuk selalu dapat
mengendalikan marahnya hingga marahnya adalah karena menemui kezaliman, dan
diungkapkan dengan tidak meninggalkan keadilan. Sementara marah yang
dibiarkan meluap murka berasal dari godaan setan yang bila dituruti akan
menjauhkan seseorang dari mengingat tuntunan Allah dan RasulNya. Bila ini
terjadi, setan lebih mudah mengganggunya, mengajaknya pada kesesatan bahkan
kemudian menjadi sahabatnya.

2.Seseorang yang tengah larut dalam kesedihan mendalam
Larut dalam kesedihan berpotensi besar membuat orang lalai bahkan ingkar
kepada Allah. Pikiran bahwa dirinya sedang mengalami kesialan, nestapa tak
berujung, hingga merasa tak adanya keadilan Allah, adalah pintu-pintu
masuknya gangguan setan secara lebih mudah. Karena itu, sekeras apapun
musibah menimpakan nyeri hati dan sedih ingatlah itu sebagai ujian Allah dan
Allah akan selalu mengiringi kesulitan kita dengan kemudahan.

3.Seseorang yang sedang larut dalam kesenangan memabukkan
Kesenangan tak selalu membawa keberkahan, apalagi bila datangnya kesenangan
selalu disikapi sebagai hasil kerja keras diri sendiri, keluarga sendiri
atau kerja tim sendiri dan direguk sepuas-puasnya demi kenikmatan sesaat.
Campur tangan Allah pun menjadi terabaikan dan jatuhlah manusia pada
kelalaian. Pada saat ini terjadi, celah setan untuk mengganggu manusia
semakin terbuka lebar, entah untuk memupuk kesombongan, memudahkan manusia
berbuat maksiat atau menjauhkan manusia dari ketaatan beribadah kepadaNya.
Tak heran, bahkan dalam melakukan hubungan suami isteri pun, salah satu
tuntunan Islam adalah memanjatkan doa kepada Allah agar dijauhkan dari
gangguan setan. (zif)

Khawatir Gangguan Setan?

Setiap setan memang selalu berupaya mengganggu manusia, terutama mereka yang
dalam kondisi lemah emosi, mental apalagi iman. Tapi, jangan takut, siapkan
perisai yang akan menolak gangguan setan;
1.Perbanyak doa dan dzikir kepada Allah, karena doa dan dzikir akan selalu
menentramkan jiwa dan membawa kesadaran manusia bahwa hidup ini berada dalam
genggamanNya. Tuntunan doa dan dzikir terbaik, tentulah doa dan dzikir yang
telah dicontohkan Rasulullah Saw. Karena itu, membiasakan membaca dzikir Al
Matsurat pagi dan petang, misalnya akan mampu mencegah gangguan setan. Mana
mampu setan menggoda manusia yang menjadikan aktivitas hariannya senantiasa
berada dalam lingkaran dzikrullah?

2.Gangguan setan bisa banyak macamnya. Baik berupa penampakan fisik setan
dalam wujud-wujud tertentu ataupun gangguan terhadap diri sehingga
menimbulkan penyimpangan-penyimpangan perilaku. Bila merasakan ada gangguan
setan di rumah kita, tak usah panik, apalagi sampai mengontak para pemburu
hantu. Bacakan saja surat AlBaqarah dari ayat pertama hingga penghabisan
surat sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah r.a., ?Sesungguhnya setan akan pergi dari rumah yang
didalamnya dibacakan surat Al Baqarah. (HR Muslim)

3.Membaca ayat kursi juga termasuk salah satu upaya mencegah diri dari
gangguan setan. Hal ini terungkap dalam hadits Rasulullah Saw yang
menyatakan, Apalagi kamu hendak tidur di pembaringan, bacalah ayat kursi
sampai tuntas. Niscaya Allah senantiasa menjagamu dan setan tak akan
mendekatimu sampai pagi. (HR Bukhari, dari Abu Hurairah r.a.)

4.Jangan meremehkan lantunan adzan dan menganggapnya tidak penting atau
bahkan bisa mengganggu lingkungan. Justru demi mendengar adzanlah setan akan
menjauhkan diri dari lingkungan kita, karena adzan adalah sebuah refleksi
dzikir dan ajakan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah. Kalau ada yang
tidak senang mendengar suara adzan, bukan tak mungkin itu terjadi karena
setan telah menelusup ke dalam sanubarinya dan mengganggunya. (zif)

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke