makasih mba arlita
belum pernah baca kok.......tp tau ada penulis namanya faiz.....
thanks
----- Original Message ----- 
From: "Noni Mira Timotius" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Thursday, May 18, 2006 1:53 PM
Subject: Spam:Re: [balita-anda] OOT: Kita Memang Berbeda, Cinta


> nice reading, mbak arlita!
> thanks!
>
>
> ----- Original Message ----- 
> From: "Arlita Soedjito" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <balita-anda@balita-anda.com>
> Sent: Thursday, May 18, 2006 1:33 PM
> Subject: [balita-anda] OOT: Kita Memang Berbeda, Cinta
>
>
>
> Maaf, kalo udah pernah dapet..
>
> ====================
> Buat yang belum tahu :
> - Faiz adalah penulis puisi cilik yang puisi2nya sudah dibukukan..
> - Ibunya Helvi Tiana Rosa adalah penulis yang biasa menulis untuk kolom2
> surat kabar.
>
>
>  Kita Memang Berbeda, Cinta
>  Pena Kecil Helvy Tiana Rosa
>
>
>  "Ayah bunda lucu deh," kata anak kami Faiz, pada suatu hari yang
>  gerimis.
>
>  Saya mengerutkan kening sambil tersenyum. "Lucu? Lucu apanya
>  sayang?"
>
>  "Orangnya bertolak belakang! He he he...."
>
>  Saya tersentak sesaat. Faiz, anak kami yang belum berusia 10
>  tahun dan suka menulis puisi, "membaca" kami sedalam itu.
>
>  Saya manggut-manggut. "Hmmm, lalu apanya yang salah?"
>
>  Dia mengerling menggoda. "Tidak ada. Ayah Bunda pasangan yang
>  unik!"
>
>  Saya dekatkan wajah saya pada Faiz dan menyentuh lembut
>  hidungnya.
>
>  "Aku mencatat beberapa contoh. Bunda suka durian, ayah anti
>  durian. Bunda periang, ayah pendiam. Bunda humoris, ayah sangat
>  serius. Hmmm, apalagi ya? Ayah menganalisa, bunda sensitif. Ayah
>  itu detail, bunda tidak. Ayah dan bunda memandang persoalan
>  dengan cara berbeda. Menyelesaikan persoalan dengan berbeda
>  pula!"
>
>  Saya bengong.
>
>  "Bunda romantis tapi ayah tidak. Kalau aku romantis!" katanya
>  setengah berbisik, lalu tertawa.
>
>  Saya tambah bengong! Tahu apa anak itu tentang romantisme?
>
>  Faiz terus nyerocos. Ia pun bercerita, tentang percakapan di
>  sekolah dengan teman-temannya. Anak-anak SD Kelas IV itu
>  ternyata sudah berpikir, kelak kalau menikah harus mencari
>  pasangan yang sifatnya sama! "Kalau  tidak nanti bisa cerai!"
>
>  What? Saya garuk-garuk kepala.
>
>  "Aku saja yang tidak begitu setuju, Bunda. Aku bilang pada
>  teman-teman, justru karena ayah bunda berbeda, jadinya malah
>  asyik lho!"
>
>  Saya geleng-geleng kepala lagi, sambil mengulum senyum. Ah,
>  tahukah para orangtua mereka bahwa anak-anak mereka kadang tahu
>  lebih banyak dari yang kita pikir?
>
>  Tak lama Faiz sudah asyik dengan bacaannya di kamar.  Di ruang
>  kerja saya, tiba-tiba wajah beberapa teman lama melintas.
>
>  A memilih bercerai karena setelah menikah 10 tahun dan punya 2
>  anak kemudian merasa ia dan suami sama sekali tak cocok!
>
>  B  menjalani kehidupan rumah tangganya dengan perasaan hampa
>  karena tak kunjung merasa cocok dengan suaminya, setelah menikah
>  belasan tahun.
>
>  C selalu berkomunikasi dengan suaminya tentang berbagai hal,
>  tapi terpaksa cekcok hampir setiap hari karena tak kunjung
>  sampai pada sesuatu bernama kesamaan.
>
>  D tak lagi peduli pada indahnya jalan pernikahan dan sekadar
>  menjaga keutuhan rumah tangga sampai akhir hayat.
>
>  Di antara mereka ada yang seperti saya, menikah karena
>  dijodohkan sahabat atau ustadz. Ada pula yang menikah setelah
>  melalui pacaran lebih dahulu bertahun-tahun. Dan atas nama
>  "ketidakcocokan" itulah yang terjadi.
>
>  Saya akui, pengamatan Faiz jeli. Saya dan Mas Tomi memang sangat
>  berbeda. Sebelas tahun kami bersama dan berupaya mencari titik
>  temu. Tak selalu berhasil. "We are the odd couple!" kelakar
>  kami.
>
>  Tapi alhamdulillah, di tengah-tengah segala perbedaan itu, kami
>  berusaha untuk tak berhenti berkomunikasi. Saya mencoba memilih
>  waktu yang tepat, yang menyenangkan untuk bicara berdua. Begitu
>  juga Mas. Kami membicarakan perbedaan kami di saat dan di tempat
>  yang nyaman dan menyenangkan.
>
>  Kadang tak semua perlu dibicarakan. Mas menunjukkan dengan sikap
>  apa yang ia inginkan dari saya. Kadang saat saya lelah, tanpa
>  harus terucap kata "saya capek," Mas memijat pundak dan punggung
>  saya. Saya tahu, saya menangkap, Mas akan senang kalau saya
>  perlakukan demikian pula. Saya selalu memberi kejutan di saat
>  milad, ulang tahun pernikahan, di saat ia meraih kesuksesan atau
>  kapan saja saya mau. Mas menyadari, itu artinya saya pun ingin
>  diperhatikan demikian. Ia mencoba, meski sebelumnya tak ada
>  tradisi itu di keluarga Mas. Saya membuatkannya puisi saat Mas
>  kerap memberi saya data statistik keuangan kami. Mas tahu, saya
>  ingin sesekali diberi puisi sederhana tentang cinta. Saya pun
>  menyadari, Mas ingin saya bisa mencatat semua pemasukan dan
>  pengeluaran rumah tangga dengan rapi. Mas suka makanan tertentu.
>  Dan meski tak suka, saya coba memasaknya. Saya membelikan Mas
>  pakaian yang sedikit modis. Mas nyengir, tapi ia coba
>  memakainya.
>
>  Berupaya untuk memahami dan mengecilkan perbedaan menjadi indah,
>  ketika itu dilakukan dengan senyum dan ketulusan, bukan karena
>  tuntutan atau paksaan terhadap pasangan. Dan kalau dengan
>  berubah kita lantas menjadi lebih baik, kalau berubah itu dalam
>  rangka ibadah, dalam rangka membuat pasangan kita bahagia,
>  mengapa tidak? Kalaupun pasangan kita tidak juga berubah dari
>  karakter semula setelah bertahun-tahun, mengapa kita tak melihat
>  hal itu sebagai keunikan yang makin "mengayakan" kita?
>
>  Di atas itu semua, sebenarnya semua perbedaan bisa saja seolah
>  lebur saat suami istri menyadari persamaan utama mereka, yaitu
>  keinginan menjadi abdi illahi sejati! Cinta karena dan untukNya,
>  menjadikan sifat dan karakter yang paling berbeda sekalipun,
>  bersimpuh atas namaNya. Perbedaan justru menjadi masalah serius
>  ketika masing-masing pribadi memang tidak menempatkan ridho
>  Allah sebagai tujuan utama dalam biduk rumah tangga mereka.
>
>  Di luar, hujan mulai reda. Sayup-sayup saya dengar suara Faiz di
>  telpon. Rupanya ia sedang bercakap dengan salah satu temannya.
>  "Apa? Ayah bundamu bertengkar? Sudah, jangan menangis. Cinta
>  yang besar kepada Allah, akan selalu menyatukan mereka!"
>
>  Saya nyengir. Sejak kapan anak itu menjadi konsultan ya?
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> FAQ milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
> --------------------------------------------------------------------------
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> FAQ milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>



--------------------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
FAQ milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke