Saya mempunyai kebiasaan selalu menyedot lubang telinga anak (13 bl)saya setiap 
selesai memandikannya supaya jk ada air yang masuk ketelinganya saat madi dpt keluar.
Apakah ini berbahaya ? Mohon sharingnya dari rekans....

Indri
--

On Fri, 11 Oct 2002 09:01:22  
 HARTINI GUSTIANI wrote:
>Dear rekans....
>
>
>Setelah aku baca wacana "Bahaya Membersihkan Telinga" Aku mau sharing
>pengalaman ......
>
>Begini kira-kira 1,5 bulan yang lalu anakku Nisa (19 bulan) panas tinggi
>..sampai 40 derajat. Naik turun sampai 3 hari dan akhirnya di test ke
>laboratorium RS International Bintaro.
>Dari hasil analisa terdapat suatu infeksi  dalam tubuh anakku.  Dianalisa
>oleh DSA RS tsb, kemungkinan gejala typus. Tapi hati Saya ini rasanya gak
>percaya kalo anak sekecil itu sudah punya sakit gejala typus. Walaupun obat
>yang diberikan hanya obat penurun panas dan infeksi. Tapi sampai hari ke -6
>anakku gak sembuh juga....Akhirnya, anakku diopname. Anakku harus diimpus.
>
>Hati Aku juga masih khawatir karena takut obat gejala typus yang dimasukkan
>ke tubuh anakku lewat impusan. Akhirnya Saya beranikan diri untuk minta ke
>susternya agar jangan dulu dimasukkan obat gejala typus sebelum analisanya
>mantap. Kemudian Aku minta agar didatangkan DS THT saat itu Dr. Citta.
>AKhirnya didapatlah bahwa anakku terdapat infeksi di Telinga sampai
>tenggorokan.
>
>Anakku diobati obat THT dan gak panas lagi. Berangsur-angsur anakku sembuh
>dengan diopname sampai 4 hari.
>
>Akhirnya .....sebelum anakku diperbolehkan pulang, Aku ditanya sama dr
>Citta, " Berapa lama sekali telinga anak ibu dibersihkan....? " Aku jawab
>"sebulan bisa 2 kali". Akhirnya Aku dikasih penjelasan seberti wacana
>dibawah. Bahwa menurutnya anak sampai umur 3 tahun, telinganya dibersihkan
>harus 6 bulan sekali. Karena proteksi penyakit itu lebih banyak lewat
>telinga kalo sering-sering dibersihkan bulu-bulu di dalam telinga bisa
>rontok.
>
>Begitu sharing dari Aku. Sorry kalo kepanjangan.
>
>Ibunya Nisa
>
>
>
>
>----- Original Message -----
>From: "Arif Wibowo" <[EMAIL PROTECTED]>
>To: <[EMAIL PROTECTED]>
>Sent: Wednesday, October 09, 2002 12:07 PM
>Subject: [balita-anda] Bahaya Membersihkan Telinga
>
>
>Dear netters, sekedar sharing informasi yang saya dapatkan dari rekan
>sekantor saya...
>Maaf bagi yang sudah pernah membaca
>
>Jangan Sembarang Bersihkan Telinga
>
>Media Indonesia
>
>Ny WATI kaget ketika ia dihardik oleh suaminya saat sedang membersihkan
>telinga Wahyu, putra mereka yang baru berusia dua tahun. "Apa yang salah
>dengan membersihkan telinga anak?" ujar Ny Wati, "Setiap pagi saya bersihkan
>telinga si Wahyu." Mendengar pengakuan itu, sang suami makin berang. "Sering
>dibersihkan, justru memberi peluang penyakit masuk!" ujar suaminya.
>
>Boleh jadi, bukan hanya Ny Wati, banyak para ibu yang suka membersihkan
>telinga anaknya. Dengan harapan agar telinga sang anak selalu bersih. Tapi,
>tahukan Anda. Bahwa tahi telinga berupa minyak yang berada di seputar liang
>telinga itu justru melindungi telinga dari kemungkinan penyakit yang masuk.
>
>Dari sekian banyak kasus infeksi telinga pada anak, sebagian disebabkan oleh
>keteledoran orang tua si anak itu sendiri. "Membersihkan kotoran telinga
>sebenarnya cukup sebatas daun telinga saja, tidak perlu sampai ke dalam
>liang telinga," ujar dr Entjep Hadjar, seorang ahli telinga, hidung,
>tenggorokan (THT) dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
>
>Bila kita amati, pada sekitar sepertiga bagian luar liang telinga selalu
>tampak basah oleh sejenis minyak atau serumen. Serumen ini sebenarnya bagian
>dari sistem telinga kita dalam mempertahankan diri dari masuknya kotoran,
>debu, bahkan serangga kecil seperti nyamuk.
>
>Kulit liang telinga luar itu terus-terusan memproduksi serumen, berwarna
>kuning kecokelatan. Cairannya kadang mengalir tanpa terasa ke cekungan di
>daun telinga bagian bawah. Itu mudah dibersihkan ketika kita mandi.
>
>Celakanya, orang sering cenderung membersihkan liang telinga hingga ke
>bagian dalamnya dengan berbagai alat yang sangat beragam. Dari berupa cotton
>bud, korek kuping, hingga ada juga yang menggunakan bulu unggas dan bahkan
>bagian bawah peniti.
>
>Bagi telinga orang dewasa, mungkin tidak terlalu mengandung risiko karena
>telinga orang dewasa cenderung lebih 'dalam'. Tapi untuk bocah balita,
>apalagi bayi, ini memberi risiko yang sangat besar.
>
>Pertama, pembersihan dengan apa pun akan menimbulkan rangsangan kuat pada
>kulit liang telinga, karena di sana terdapat saraf-saraf rasa yang peka.
>Rangsangan tersebut justru akan mendorong kelenjar serumen berproduksi lebih
>banyak, dan ini justru akan mengakibatkan gangguan yang kurang baik bagi
>telinga.
>
>Saat membersihkan liang telinga, tidak jarang kotoran berupa minyak yang
>telah bercampur dengan debu yang 'ditangkapnya' justru akan terdorong masuk
>ke bagian yang lebih dalam di sekitar gendang telinga. Dengan frekuensi yang
>berulang, kotoran itu kemudian terkumpul dan membatu, dan dalam kondisi
>tertentu justru dapat menutup dan menghalangi gendang telinga untuk
>menangkap getaran suara dari luar.
>
>Dalam kondisi itu, anak biasanya akan merasa terganggu pendengarannya.
>Telinga pun terasa gatal, dan anak cenderung mengorek sendiri telinganya.
>Karena tidak mengerti, cara itu malah bisa melukai gendang telinga dan
>menimbulkan infeksi sampai bernanah alias congek yang dikenal dengan istilah
>otitis media.
>
>Pada kasus ini, bila telinga tersumbat sebelah bisa mengakibatkan pusing,
>kepala serasa berputar, dan vertigo.
>
>Langkah terbaik apabila ada kotoran mengeras di liang telinga, segera bawa
>ke dokter. Umumnya, dokter akan memberi obat tetes pemecah kotoran berupa
>karbol gliserin 10%. Kemudian, kotoran disemprot agar keluar. Biasanya
>disertai dengan pemberian antibiotika untuk mencegah bakteri yang mungkin
>menghuni luka akibat iritasi.
>
>Didominasi anak-anak
>
>Penyebab sakit telinga lainnya adalah berupa infeksi yang disebabkan jamur
>atau bakteri. Angka kasus didominasi oleh anak-anak balita antara usia dua
>hingga 10 tahun. Atau karena kelainan kulit di belakang telinga karena
>reaksi alergi.
>
>Perlu diperhatikan bila anak-anak menunjukkan tanda-tanda seperti telinga
>agak berwarna kemerahan, seperti terjadi pembengkakan. Mereka biasanya
>mengeluh sakit yang amat sangat saat rahang mereka digerakkan untuk
>mengunyah makanan, atau saat daun telinga ditarik atau ditekan di sekitar
>daun telinganya.
>
>
>
>Penyakit telinga umumnya disebabkan oleh bakteri Pneumococcus haemophilus.
>Anak-anak sangat mudah diserang bakteri ini karena pipa eustachinya (yang
>menghubungkan tenggorokan dengan bagian telinga tengah) lebih pendek
>dibandingkan dengan orang dewasa.
>
>Gejala yang paling jelas adalah keluarnya cairan kental berwarna kekuningan.
>Itu menunjukkan bahwa telah terjadi infeksi di dalam telinganya. Kemungkinan
>besar, gendang telinganya telah sobek. Dalam kondisi ini, amatlah salah
>apabila melakukan pembersihan sampai ke dalam. Mestinya Anda beruntung,
>karena cairan mengalir keluar, dan jangan justru sampai terdorong kembali ke
>dalam saat Anda membersihkannya.
>
>Jadi, jangan terlalu khawatir apabila menemukan ada telinganya mengeluarkan
>congek. Gendang telinga yang sobek pada anak akibat infeksi biasanya sembuh
>kembali, dengan pertolongan (operasi) dokter. Tapi, langkah pengobatan ke
>dokter jangan dilakukan pada saat kondisi sudah terlalu parah karena bisa
>mengakibatkan tuli permanen, atau sampai pada kondisi terjadi peradangan
>tulang belakang telinga (mastoiditis), bahkan infeksi menjalar ke selaput
>otak (meningitis).
>
>Sekali ini terjadi, sang anak akan sulit untuk bisa berprestasi, karena
>telinga vital dalam proses anak menerima pelajaran dari sekolah, maupun
>dalam pergaulannya.
>
>Infeksi yang terjadi di rongga telinga tengah bisa juga merupakan komplikasi
>dari gangguan kesehatan lain, seperti batuk-pilek atau infeksi saluran
>pernapasan bagian atas pada anak-anak. Virus atau bakteri dari hidung dan
>tenggorokan bisa mencapai rongga telinga tengah melalui saluran kecil yang
>disebut pipa eustachi, dan kemudian menghuni di sana, menyebabkan infeksi.
>
>Penyakit pilek terkadang mengganggu telinga karena pipa eustachi yang
>menghubungkan tenggorok, telinga tengah, dan hidungnya mengalami peradangan
>dan terjadi penyumbatan. Karena itu, saat menderita pilek berat sebaiknya
>menghindari kondisi-kondisi di mana penyakit telinga berpotensi untuk
>progresif.
>
>Misalnya berenang, apalagi menyelam, karena tekanan air terhadap atmosfir di
>dalam rongga telinga bisa mengakibatkan tekanan yang menyebabkan pecahnya
>gendang telinga yang sudah terinfeksi. Sebaiknya juga mencegah perjalanan
>lewat udara, karena di ketinggian tertentu terjadi tekanan yang lebih kuat
>pada rongga telinga.
>
>Kasus penyakit telinga lainnya adalah akibat masuknya benda asing ke dalam
>saluran pendengaran. Karena itu, para orang tua disarankan untuk tidak
>membiarkan anak mereka bermain dengan benda-benda kecil seperti biji-bijian,
>kelereng berukuran kecil, atau peluru pistol-pistolan yang bisa saja secara
>sengaja atau tidak masuk ke liang telinga mereka.
>
>Benda-benda semacam itu bisa menyebabkan dorongan pada gendang telinga bila
>terlanjur masuk dan bahkan terdesak lebih dalam ketika anak tersebut, bahkan
>orang tuanya, berusaha mengeluarkannya. Atau, bisa pula benda itu menekan
>kedudukan tulang pendengaran. Segera hubungi dokter bila hal itu terjadi.
>
>Jenis penyakit telinga lain yang paling ditakuti adalah tuli mendadak.
>Diakibatkan oleh serangan virus yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
>ke organ-organ pendengaran.
>
>Dalam orasi ilmiahnya di Jakarta beberapa pekan lalu, guru besar FKUI bidang
>THT, Hendarto Hendarmin, mengungkapkan bahwa hingga 1996 belum ada angka
>jumlah kasus masalah pendengaran di Indonesia. Selain itu, juga belum ada
>program pemerintah yang signifikan dalam menunjang kesehatan telinga bagi
>seluruh rakyat Indonesia. Memang, pernah ada program Upaya Kesehatan Telinga
>dan Pencegahan Gangguan Pendengaran (UKT-PGP) pada 1998, tapi kurang
>memasyarakat.
>
>Hendarto sendiri pernah melakukan survei mengenai masalah kesehatan organ
>pendengaran ini terhadap tujuh provinsi seperti di Sumatra Barat, Sumatra
>Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan
>Sulawesi Utara. Survei yang dilakukan selama tiga tahun (1994-1996) tersebut
>meliput sebanyak 19.375 responden di 140 desa pada 70 kecamatan di 35
>kabupaten.
>
>Berdasarkan survei tersebut diperoleh angka prevalensi morbiditas THT
>sebesar 38,6%, dengan kasus telinga 18,5%, hidung 12,1%, tenggorokan 7,9%,
>dan lain-lain 0,1%.
>
>Khusus mengenai prevalensi morbiditas masalah pendengaran, diperoleh angka
>penyakit telinga luar 6,8%, telinga tengah 3,9%, presbikusis 2,6%, tuli
>ototoksik 0,3%, tuli mendadak 0,2%, dan tuli kongenital sebesar 0,1%. Plus
>data gangguan kehilangan pendengaran total 16,8% dan ketulian sebesar 0,4%.
>
>Yang paling memprihatinkan, sebagian besar masyarakat rata-rata masih
>sedikit sekali pengetahuannya tentang kesehatan telinga, karena memang belum
>pernah ada langkah penyuluhan atau kampanye pengenai kesehatan telinga.
>
>Misalnya, Bu Mimin, seorang penduduk Desa Cipetir, Kab Bogor, tidak merasa
>penting untuk membawa segera ke dokter anaknya yang berusia tiga tahun yang
>menderita congek. "Nanti juga sembuh sendiri, kakak-kakaknya juga dulu
>begitu," katanya. Nah!
>
>Berdasarkan survei pihak Depkes 1993-1999 di tujuh provinsi, Dr dr Jenny
>Bashiruddin SpTHT mengungkapan bahwa angka kesakitan telinga hidung
>tenggorokan (THT) mencapai 36,8%. "Penyakit telinganya mencapai 18,5%,"
>jelasnya.
>
>Dari penyakit gangguan telinga, tertinggi adalah gangguan pendengaran yang
>tercatat sebesar 16,8%, sedangkan hasil survei ketulian tercatat 0,4%.
>Dokter spesialis THT yang praktik di RS Khusus THT Proklamasi ini
>menambahkan penyakit telinga dibagi lagi ke dalam tiga kelompok. Penyakit
>telinga bagian luar sebesar 6,8%, penyakit telinga tengah 3,9%, gangguan
>pendengaran pada usia tua 2,6%, sedangkan penyakit telinga disebabkan
>lainnya mencapai 0,3%. (Usp/berbagai sumber)
>
>---------------------------------------------------------------------
>>> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik,
>http://www.indokado.com/
>>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>---------------------------------------------------------------------

>>> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik, 
>http://www.indokado.com/

>>> Info balita, http://www.balita-anda.com

>>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

>
>


____________________________________________________________
Watch a championship game with Elway or McGwire.
Enter Now at http://champions.lycos.com 

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik, 
>http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke