***********************
No virus was detected in the attachment no filename
No virus was detected in the attachment no filename

Your mail has been scanned by InterScan.
***********-***********


 dari www.kompas.co.id

Pasar Flohmak
Jangan Malu Beli Barang Bekas


R Adhi Kusumaputra

Pasar Flohmak dibuka sejak sebulan terakhir ini di kawasan Granada Square, BSD 
City, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang. Pusat jual beli barang bekas itu 
ternyata diminati. Cukup banyak orang melepas barang-barang mereka di pasar 
yang dibuka setiap Sabtu dan Minggu itu.

Umumnya pembeli puas mendapatkan barang yang masih layak pakai dengan harga 
miring.

Konsep Pasar Flohmak diadopsi oleh pendiri Pasar Flohmak, Winarto A Rasul (51), 
warga Serpong, Tangerang. Winarto yang delapan tahun tinggal di Vienna, 
Austria, itu melihat di sejumlah negara di Eropa pasar jual beli barang bekas 
sangat berkembang.

"Banyak orang bilang tinggal di negara-negara di Eropa sangat mahal, tetapi 
sebetulnya tergantung bagaimana kita mencari barang bagus dengan harga murah," 
papar pria kelahiran Yogyakarta itu.

Mengacu pada konsep fleamarket di sejumlah negara di Eropa (dan juga Amerika 
Serikat), Winarto Rasul yang belum lama kembali ke Indonesia mendirikan PD 
Pasar Flohmak.

Nama Flohmak diadopsinya dari kata Jerman, flöhmark (pasar barang bekas layak 
pakai dan koleksi), namun karena orang Indonesia menyebut flöhmark menjadi 
Flohmak, akhirnya Winarto mengambil nama Flohmak, yang kemudian didaftarkannya 
sebagai hak paten.

Ketika kali pertama Pasar Flohmak dibuka pada 21 dan 22 April 2007, ada 18 
lapak masing-masing berukuran 2 meter x 3 meter yang digelar, mengambil lahan 
parkir Granada Square. Aneka barang bekas dijual mulai dari pakaian, tas, 
sepatu, furnitur, buku, sepeda, lukisan, sampai stik golf.

Setelah sebulan berlalu, Winarto mengaku mulai kewalahan. "Sekarang sudah ada 
54 penyewa lapak. Saya terpaksa menolak karena tempatnya sudah habis," kata 
penulis roman Setangkai Mawar di Donau itu.

Winarto menyewakan setiap lapak seharga Rp 50.000 per hari tanpa mengutip 
persentase barang yang terjual. Karena itulah banyak orang yang antre menyewa 
lapak di Pasar Flohmak. "Bahkan transaksi dilanjutkan di rumah, dan itu milik 
mereka," kata Winarto, yang puas dengan perkembangan Pasar Flohmak.

Ny Evita (49), warga Taman Chrysant 1 BSD, sejak awal menyewa lapak di Pasar 
Flohmak. "Awalnya iseng-iseng untuk mengisi kegiatan pada Sabtu dan Minggu. 
Ternyata barang-barang pribadi yang dijajakan di sini 40 persen sudah terjual. 
Lalu banyak saudara saya yang menitipkan barang-barang mereka untuk dijual di 
sini," cerita Ny Evita, yang hanya melanjutkan usaha menjual barang bekas di 
Pasar Flohmak.

"Saya ditemani putri saya, yang setiap Senin sampai Jumat bekerja di kantor. 
Sedangkan Sabtu dan Minggu dia menemani saya di sini," ungkap Evita, yang 
menjual peralatan rumah tangga dan pakaian.

Pengamatan Kompas, Pasar Flohmak ramai sejak pukul 07.00. Para pembelinya tidak 
hanya warga Serpong, Tangerang, tetapi juga dari berbagai daerah lain di 
Jabodetabek. Penyewa lapak umumnya memiliki mobil. Sebagian warga Serpong, 
tetapi ada juga datang dari Cimanggis, Depok; Lebak Bulus, Jakarta; dan Bekasi. 
Jumlah mobil yang diparkir pun makin banyak.

Seorang penyewa lapak yang punya posisi penting dalam perusahaan pengembang 
besar menjual mebel dengan harga miring, demikian pula pernak-pernik seperti 
ikat pinggang, tas, dan dompet. "Dia menyewa lapak sampai dua bulan ke depan, 
mungkin untuk menghabiskan barang-barang di rumahnya," tutur Winarto.

"Lumayan, saya dapat sofa dan meja mebel bagus, harga per satuannya Rp 
300.000," kata Ida, seorang pembeli di Pasar Flohmak.

Barang-barang yang dijual di Pasar Flohmak ini harganya bervariasi dari Rp 
5.000 sampai puluhan juta untuk barang koleksi. Uniknya, Winarto membuka sesi 
gratis setiap pukul 15.00. Untuk barang-barang tertentu, seperti mainan, 
sepatu, pakaian, dan pernak-pernik diberikan secara gratis kepada masyarakat.

"Tujuannya agar masyarakat sekitar yang kurang mampu dapat juga menikmati 
barang-barang di Pasar Flohmak. Dalam waktu singkat, barang yang digratiskan 
itu sudah habis," tuturnya menambahkan.

Barang yang dijual antara lain lukisan 8 Bidadari seharga Rp 12 juta. "Lukisan 
serupa dipajang di Galeri Maria Theresia, Ratu Austria," kata Winarto.

Ada juga replika pabrik sepeda Alexander Pollock tahun 1883 dijual Rp 1 juta, 
topi yang mengabadikan kemenangan Michael Schumacher yang kali keenam dalam F1 
di Jerman dijual seharga Rp 225.000.

"Saya juga punya koleksi lukisan Jan Mintaraga yang dibuat tahun 1992, 
imajinasinya tentang BSD. Saya jual Rp 9 juta," kata Winarto. Banyak lukisan 
yang dibelinya dari Austria dan negara di Eropa, dijual Winarto sebagai barang 
koleksi seharga jutaan rupiah.

Winarto A Rasul memang serius menekuni Pasar Flohmak. Dia membeli tanah seluas 
250 meter persegi, tak jauh dari lokasi, untuk dijadikannya gudang.

"Kalau ada orang yang mau menitipkan barang-barangnya, saya simpan di gudang 
itu," kata Winarto, yang sudah mematenkan nama Pasar Flohmak.

"Saya akan membuka waralaba Pasar Flohmak. Kalau setiap kabupaten atau kota 
punya satu Pasar Flohmak, ini sangat bagus," katanya yakin. Begitu Pasar 
Flohmak dibuka di Granada Square BSD, Winarto langsung dihubungi pihak Gading 
Serpong agar membuka pasar serupa di kawasan itu.

Winarto melihat berkembangnya Pasar Flohmak karena saat ini masyarakat masih 
menghadapi situasi krisis ekonomi.

"Saya mengutip kata-kata Sri Sultan Hamengku Buwono X agar jangan malu membeli 
barang bekas," kata Winarto yang juga mengaku menjajakan pakaian dan 
barang-barang bekas milik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan permaisurinya, GKR 
Hemas.

Pakaian bekas Sri Sultan HB X dan istrinya itu akan dilelang Winarto pada Juni 
mendatang, dan dibuka dengan harga per potong Rp 450.000. "Saya akan ke Yogya 
dulu, melengkapi koleksi Sri Sultan HB X yang akan dilelang," ungkapnya.

Winarto mengaku, ia beli dari orang dalam Keraton. Sistemnya kalau laku baru 
dibayar.

Kepala Divisi Sarana dan Prasarana Kota Real Estate Indonesia (REI) Ir Dhony 
Rahajoe melihat kehadiran Pasar Flohmak yang digagas warga akan menghidupkan 
sebuah kota karena di sana komunitas terbentuk. "Komunitas seperti inilah yang 
menghidupkan sebuah kota," kata Dhony.

Pasar Flohmak memang mengadopsi fleamarket seperti di Salzburg dan Vienna 
(Austria), Bruges, Brussels, dan Antwerp (Belgia), Zagreb (Kroasia), Copenhagen 
(Denmark), Lille, Paris (Perancis), Muenchen (Jerman), Dublin (Irlandia), 
Amsterdam (Belanda), Lisabon (Portugal), Barcelona, Madrid, dan Sevilla 
(Spanyol), dan banyak negara lainnya.

Antusiasme masyarakat melakukan jual beli di fleamarket sangat besar. Ekonomi 
rakyat pun makin hidup. Jadi, jangan pernah malu membeli barang bekas, apalagi 
menjualnya!

Kirim email ke