Thanks for share cik susan :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Susan RFP™" <jacq.n.j...@gmail.com>
Date: Mon, 4 Jun 2012 05:13:18 
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Reply-To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Ia Bukan Anak Favoritku

Ini aku repost dr milis sebelah. Baguuus banget buat direnungin. Waktu baca ini 
langsung aku merasa tertegur




IA BUKAN ANAK FAVORITKU

Seorang ibu menceritakan pengalamannya pada saya. Ia mempunyai 3 orang anak 
tetapi ia paling merasa tidak cocok dengan putri bungsunya. ”Entahlah kenapa, 
tapi aku benar-benar tidak suka dengan sifat pemberontaknya. Dan beberapa tahun 
lalu, seorang pintar pernah mengatakan bahwa aku dan putri bungsuku memang 
tidak cocok. Ciong!” Kata ibu itu.
 
”Mulanya aku percaya dengan perkataan bahwa aku tidak cocok dengan putri 
bungsuku. Tapi suatu kali, ketika aku sedang membereskan kamar anak-anak, aku 
membaca buku harian si bungsu. Ia menulis: Sebentar lagi mama ulang tahun, 
kakak-kakakku sudah punya kado untuk diberikan pada mama, aku belum.. Aku takut 
kalau aku salah beli kado lalu mama membuang kadoku, lalu mama marah padaku, 
lalu... Ah! Tidak dapat aku bayangkan. Orang itu bilang aku memang tidak akan 
pernah cocok sama mama, itu mungkin berarti, apa pun yang akan kulakukan untuk 
membuat mama senang, pasti akan berakhir buruk. Aku sedih sekali. Bahkan, 
anak-anak yang dibuang oleh orangtuanya saja, mereka masih punya sedikit 
harapan untuk suatu waktu boleh bertemu dengan orangtuanya. Sedangkan aku? Aku 
seperti terlahir mempunyai mama yang salah, kemana aku harus mencari mama yang 
benar? Mengapa Tuhan memberikan aku mama yang salah?” Papar sang ibu.
 
”Setelah membaca buku harian anakku itu, aku pun akhirnya bertanya, mungkinkan 
Tuhan salah memasangkan aku dan anakku? Tidak mungkin, pikirku. Tuhan itu maha 
baik, maha benar, tidak mungkin IA membuat kesalahan seperti itu. Sore harinya, 
aku putuskan untuk pergi berdua saja dengan si bungsu... Mengajaknya saja, 
hatiku sudah berat sekali, mengingat mimik mukanya yang selalu cemberut, 
jawaban-jawaban singkatnya yang selalu sinis, kecenderungan-kecenderungan ia 
selalu mau melawanku. Dan benar, ketika hendak berangkat saja, ia memang sudah 
berulah. Aku mencoba diam, tidak marah-marah seperti biasanya. Di Food Court, 
aku mencoba lebih banyak tersenyum mendengarkan dia bercerita tentang hal yang 
sebenarnya tidak menarik. Berbeda sekali dengan kedua anakku lainnya, mereka 
selalu punya topik lucu dan ceria yang mudah membuat aku tertawa. Aku 
menawarinya untuk membeli baju, pilihan-pilihan bajunya pun, kurasakan norak, 
tapi aku tetap mencoba memahaminya... Ketika sampai di rumah, anakku berkata, 
”Mama, hari ini aku senang pergi dengan mama. Tadinya aku takut pergi dengan 
mama, takut kita bertengkar lagi, makanya tadi aku melawan supaya tidak jadi 
pergi.” katanya.
 
”Hari itu aku belajar untuk memahami orang lain, hari itu aku belajar menerima 
bahwa hidup ini tidak selalu untuk menyenangkan diri sendiri. Kedua anakku, 
memang pandai merebut hatiku. Tapi seorang darah dagingku yang satu ini, adalah 
titipan Tuhan yang membuat aku belajar untuk melihat hidup tidak hanya dari 
satu sisi saja. Ternyata, memahami hidup dari berbagai sisi, sungguhlah indah.”
 
 
PRUDENTIAL??? ASK ME 08159117983 MYPIN 28BEB6EE

Kirim email ke