Thank you bangets pencerahannya mbak Sylvia. Mungkin tipe anak beda-beda ya, anak saya yang pertama (Marcel, 6 years) dulu gak terlalu picky eater seperti ini.
Sepertinya saya mesti lebih extra kreatif lagi ya mba, dan gak bosen-bosen mencoba sesuatu yang baru buat anak saya. Dan memang tadinya dia masih saya kasih bubur karena pernah ada pengalaman diare waktu 8 bulan.Tapi dikasih nasi + lauk juga gak mau :( Anyway, thanks so much mba Sylvia. Cheers, Imelda S ________________________________ Dari: Sylvia Radjawane <sylvia.radjaw...@gmail.com> Kepada: balita-anda@balita-anda.com Terkirim: Jum, 5 Agustus, 2011 12:31:39 Judul: Re: [balita-anda] Mohon advisenya: anakku gak mau makan samsek hi mbak Imel, Saya sendiri belum pernah ngalamin anak 'ogah' makan seharian atau sampai berhari2, tapi yang mungkin bisa saya share, deal dengan kondisi seperti ini memang perlu 'lebih extra' kreatif lagi :) Lebih enak lagi kalau bisa menemukan cara kreatif yang 'FUN' buat kedua belah pihak (anaknya jadi nggak tambah 'ogah' and also keeps us sane! :)) Kalau mbak bekerja di luar rumah, mungkin bisa spesialkan waktu weekend besok ini untuk mulai terapkan cara kreatif tadi (kalau di rumah, lebih gampang lagi, bisa mulai dari sekarang :)) Tidak saja dalam hal 'meal-time', saya kadang pakai 'siasat' memanfaatkan hobby/kesenangan/kebiasaan favorit anak2 saya di usia mereka saat saya ingin menerapkan sesuatu dalam daily life mereka. Saya selalu sempatkan lihat website _www.babycentre.co.uk_ dan search tahap development yang dibuat rinci per-minggu/bulan usia anak (pastinya banyak panduan seperti ini dari website/buku/info lainnya) Kalau kebetulan cocok dengan 'trend' yang dilakukan anak saya, saya pakai deh untuk jadi salah satu 'amunisi' cara kreatif saya deal dengan dia ... mostly works very well :) Contohnya: usia Maleakhi 18 bulanan. Di website tsb. disebutkan anak usia 18 bulanan salah satu cirinya: 'on the move' (skill motorik kasar lagi heboh banget), kemampuan mengingat dan imajinasinya berkembang pesat, punya favorite 'things' (mainan, buku, movie, etc.) untuk membuat dia nyaman. Mungkin ada juga 'hobby' Maleakhi yang lain. Nah, mbak Imel coba sisipkan 'kegiatan makan' dalam agenda 'kesenangan' nya dia. Satu lagi, mereka sudah mulai paham tentang 'reward the good behavior', waktu ia tahu bahwa 'makan' itu kebiasaan baik dan ada reward (yang sudah mbak cari dan sesuaikan dengan trend hoby/favorite things nya dia), mungkin itu bisa jadi salah satu jalan keluar masalah yang ada. Hehe ... anak2 kita sudah cerdas pada dasarnya, tinggal kasih 'trigger' yang tepat untuk itu. Saya pernah pakai cara 'bermain sepak bola' di ruang tengah untuk Luigi, si 'on the move' boy. Setiap kali dia membuat 'gol' dapat 1 suapan makan (saya belajar dari respon-nya, bukan karena suapan jenis makanannya yang sebetulnya nggak jauh beda dengan hari sebelumnya tapi karena dia merasa 'asyik' ada 'selingan' gol sebelum 'buka mulut dan mungkin happy juga main sama papanya yang pura2 jadi the miserable goal keeper hehe) Atau tipe 'curious' kayak Jovan, jadi saya perlu menerangkan (panjang x lebar x tinggi) untuk issue 'kenapa kita harus makan?' (typical him, dentist-nya pun harus menerangkan kepada dia lebih dulu 'kenapa harus bersihkan plaque', 'kenapa gigi dicabut kalau gigi tetap sudah tumbuh' dll sebelum beliau menjalankan tugasnya ;)) Atau tipe Aleta, yang kalau baru sembuh sakit selalu 'wanti2' bilang, 'aku maunya makan sedikit2' dan ended up dengan emaknya harus sediakan baki di meja makan berisi camilan sehat untuk kepeluan dia 'nibble dan harus 'sabar' nunggu selera makannya pulih kembali :) Atau tipe Rena .... hmm .. believe or not, dia nggak pernah lewati fase 'picky eater' dari bayi sampai mau 6 tahun sampai sekarang (phiew ... cukup mengurangi tugas saya hehe) Anyway, untuk kasus-nya si kecil, kalau boleh kasih masukan: * Memang masih batuk dan pilek? Kalau iya, baru sekarang kah dia menolak makan saat batuk pilek? Kadang infeksi seperti ini memang buat nggak nyaman, tapi kalau dia masih suka bermain dan aktif otomatis tubuhnya perlu energi lagi untuk ganti yang sudah ke luar dan bentuknya adalah 'minta makan/ bilang lapar' Sudah dari dokter, kelihatannya sudah ada konfirmasi juga bahwa dia nggak sedang sariawan atau tumbuh gigi. Artinya, nggak ada 'hambatan' di area mulut/pencernaan yang buat dia 'ogah' makan. * Susu dan teh manis saja sehari2 otomatis nggak mencukup untuk kebutuhan nutrisinya. Coba diobserve, jumlah susunya dan tehnya. Apa 'sangat sering' dan 'sangat banyak' (karena asumsi: daripada nggak masuk makanan apa2), akhirnya dia tetap merasa 'kenyang' dengan stok susu dan tehnya. Akhirnya malah dia beranggapan nggak perlu makan yang 'merepotkan' lagi, toh susu dan teh sudah buat dia kenyang. Coba untuk kurangi, kasih kesempatan tubuhnya 'lapar', meanwhile terapkan cara 'kreatif' tadi untuk menawarkan makanan ke dia :) Please not, ukuran lambung dia tidak 'sebesar' yang kita kira (kalau nggak salah ya seukuran kepalan tangannya sendiri), so frekuensi susu & tehnya sudah lebih dari cukup untuk buat dia kenyang (yang menurut kita masih takaran susu/teh yang nggak banyak sebenarnya) * Untuk konsumsi obat, saya pribadi melihat kasusnya Maleakhi nggak perlu lagi 'dibebani' dengan rangkaian obat2 untuk common cold seperti ini, tapi kalau mbak masih memberikannya, dan dia 'antusias' dengan jadwal konsumsi obatnya, bisa bilang ke dia untuk 'harus makan dulu' sebelum minum obat (dan biasanya memang harus begitu kan, ya? :)) * Bikin janji dengan sepupu sebayanya (lebih bagus lagi yang sedang doyan makan), ajak makan bersama di weekend ini (kalau perlu cari 'ruang makan' baru, di rumah sepupunya atau di rumah makan, etc.) dan lihat reaksinya. * Anak usia segini, they learn by coping us. Mungkin dia lebih suka makan dalam suasana orang tua dan kakak/adiknya makan bersama dibandingkan hanya berhadapan dengan kita yang hanya menunjukkan semangkuk piring makanan di depan matanya dan memperdengarkan suara2 yang familiar sekarang2 ini, 'ayo .. dimakan, nak' hehe Gimana dengan menunya? Kalau masih 'berbeda' dengan orang dewasa, mungkin saatnya ganti dan kenalkan makanan mbak (yang nggak spicy tapinya) dan makan or saling suap sama2. * Kalau dia senang dengan buku/gambar/dengar cerita, bisa juga cari di majalah atau lihat di internet jenis makanan yang diusahakan sama dengan makanan di piringnya. Bisa sambil tunjuk lauk di buku/internet samakan dengan lauk di piring lalu mulai deh 'ngarang' cerita tentang lauk tsb. Pasti makan waktu agak lama untuk habis, tapi kalau lihat dia tertarik untuk menyimak atau menunjuk (lebih bagus lagi tertarik untuk buka mulut), hasil 'jerih payah' kita terbayar sudah hehe OK, mbak ... tidak akan seterusnya Maleakhi melakukan gerakan tutup mulut untuk makan :) Belajar deal dengan fase ini, ya mbak. Saya tahu akan banyak hal yang kita bisa pelajari dari anak kita saat deal dengan kondisi ini :) Good luck! mbak .. Sylvia - mum to Jovan, Rena, Aleta & Luigi 2011/8/5 imel frista <imel_mar...@yahoo.co.id> > Dear BAers, > > Mungkin sudah sering di share ya beberapa kali, tapi saat ini anak saya > sedang > mengalaminya, dan saya bingung juga m'hadapinya. > > Ini hari ke 4 dia gak mau menyentuh makanan sama sekali, sudah dicoba > berbagai > alternatif makanan, jadi gak muluk nasi tetep aja mulutnya bungkam dan jika > berhasil masuk, pasti dilepehin lagi. > > Anak saya umurnya 1,5 tahun, dan 2 hari yang lalu sudah saya bawa ke DSA > katanya > karena pilek dan batuknya, tapi tidak radang. Dan akhirnya diresepin obat > anti > virus, racikan batpil dan racikan obat napsu makan. > > Saya mohon banget sharingnya, apa yang harus saya lakukan? Apakah hanya > dengan > minum susu atau pun teh manis saja (cuma itu yang bisa masuk) gizinya > tercukupi? > > Dan apakah benar hanya karena pilek dan batuknya, anak jadi sama sekali gak > mau > makan ya? > > Jika ada Mom or Dad, yang pernah ngalamin seperti saya, mohon sekali > disharing > pengalamannya. Japri juga gak papa kok. > > Terimakasih banyak sebelumnya, > Imelda > Mother of Maleakhi (1,5 years)