Mengapa Anak Terus Panas-batuk-pilek? (updated)

Wed Sep 11, 2002

Artikel pendek ini menjelaskan bagaimana Anda bisa mengatasi panas-
batuk-pilek anak Anda berkepanjangan, dengan menghilangkan
kepercayaan terhadap antibiotika yang lebih banyak menimbulkan
masalah daripada manfaat dalam mengobati FLU.

Mengapa anak terus panas-batuk-pilek?

Oleh: Prof.. Iwan Darmansjah

Seorang bayi seharusnya jarang sakit, karena masih ditopang imunitas
tinggi sewaktu dikandung atau menyusu ibunya. Penyakit sehari-hari
seperti flu (yang ditandai panas-batuk-pilek), penyakit virus lain,
atau bahkan infeksi kuman dapat ditolaknya. Sejak lama fakta ini
telah disadari. Coba saja, bila bayi Anda tinggal serumah dengan
seorang penderita campak, maka biasanya ia tidak akan gampang
tertular.

Namun nyatanya, banyak anak dan bayi menjadi pelanggan dokter setiap
2 - 3 minggu karena penyakit yang sama: bolak-balik demam, batuk, dan
pilek. Tentu banyak orang tua bosan. Mereka menggugat, "Mengapa ini
harus terjadi, sedangkan semua kebutuhan anak saya telah dicukupi?"

Pencetus penyakit pada anak memang sulit ditentukan, karena dapat
bermacam-macam, misalnya lingkungan kurang sehat, polusi tinggi, dan
ada perokok di rumah. Penggunaan penyejuk udara (AC) di malam hari
bisa menimbulkan alergi suhu dingin, sehingga hidung anak mampet,
sehingga ia bernafas lewat mulut. Kipas angin dipasang di kamar tidur
yang lalu meniup debu ke segala penjuru kamar.. Belum lagi penularan
virus di sekolah dan tempat ramai seperti mal. Juga perawat yang
sedang batuk - pilek. Tak langka pula kejadian sakit gara-gara anak
mengonsumsi makanan ringan tidak sehat yang membuat tenggorokan
menggelitik.

Batuk - pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 - 12
bulan sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan
bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu selama
bertahun-tahun. Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan
kesalahkaprahan dalam penanganannya.
Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik.
Padahal 95% serangan batuk-pilek dengan atau tanpa demam disebabkan
oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Selain
mubazir, pemberian antibiotik kadang-kadang justru menimbulkan efek
sampingan berbahaya. Kalau dikatakan akan mempercepat penyembuhan pun
tidak, karena penyakit virus memang bakal sembuh dalam beberapa hari,
dengan atau tanpa antibiotik. Hal ini telah dibuktikan dengan studi
terkontrol (membandingkan dengan plasebo, alias obat bohong) berulang
kali sejak ditemukannya antibiotik di tahun 1950 - 1960-an. Hasilnya
selalu sama sehingga tidak perlu diragukan lagi kebenarannya.

Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang
berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat
menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya
tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan
perlu berobat lagi. Orang tuanya lalu langsung membeli antibiotik di
apotik atau pasar hanya karena setiap kali ke dokter mereka diberi
obat tersebut.

Lingkaran setan ini: sakit >> antibiotik >> imunitas menurun >> sakit
lagi >>, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang
tahun, selama bertahun-tahun. Komplikasi juga sering akan terjadi,
yang akhirnya membawa anak itu ke kamar perawatan di rumah sakit.

Pengalaman menunjukkan, bila antibiotik dicoret dari resep (sementara
obat batuk-pilek yang adekuat diberikan), setelah 1 - 3 bulan si anak
tidak akan gampang terserang penyakit flu lagi. Pertumbuhan badannya
pun menjadi lebih baik.

Salah kaprah kedua ialah gejala batuk - pilek yang tidak diobati
secara benar; artinya, siasat pengobatan perlu diubah. Ini lantaran
obat jadi yang dijual di apotek tidak selalu dapat mengatasi masalah
setiap penderita. Bahkan sering terjadi, batuk - pilek malah menjadi
lebih parah dan berkepanjangan.

Suatu perubahan dalam resep, yang mendasar dan individual, perlu
dilakukan untuk memutus lingkaran setan panas-batuk-pilek ini. Yang
utama ialah menghentikan antibiotik, tidak memberikan kortikosteroid
secara terus-menerus, menghentikan pemberian obat penekan batuk dan
menggantinya dengan bronkodilator, serta memberikan campuran obat
pilek yang baru. Efedrin dosis kecil - dicampur dengan antihistamin
yang efektif - merupakan obat pilek terbaik. Pseudo-efedrin,
fenilpropanolamin, atau etilefrin yang lebih sering dijumpai dalam
obat-jadi, tidak lebih baik dari efedrin, walaupun lebih mahal. Semua
obat lain yang ternyata tidak terbukti efektif perlu dihentikan.

Terakhir, yang tidak kalah penting, carilah faktor pencetus yang
dicantumkan di awal tulisan ini. Bila ditemukan, hindarilah. Selamat
mencoba. Semoga anak Anda tidak perlu lagi begitu sering berobat
karena flu!

Pencetus baru telah saya temukan diantara beberapa pasien anak.
Ternyata orang tua jaman ini sering entertain anaknya di Mal. Kasus
pertama, anaknya terus sakit, pun bila sebelumnya sangat sehat.
Berikut ini sms-nya berbunyi setelah saya tanyakan "apa yang terjadi
sebelumnya?" "Nga ada tanda lain.. Tadi siang jam 2 BAB-nya baik, BAK
banyak & kuning tua. Dari jam 11 jalan2 di mal (Pl. Senayan) sampai
jam 4 sore, dia ngekuh pusing & cape". Saya menjawab bahwa Mal bukan
tempat rekreasi yang sehat; pantesan pulang demam tinggi sampai 2
hari. Dengan hanya parasetamol akhirnya panas hilang dan terus
sembuh. Pasien lain cerita hal yang sama, anaknya bermain dengan
ayahnya (ibu di rumah karena banyak kerjaan), namun dari jam 10-an
sampai jam 9 malam. Berapa banyak orang tua di kota Jakarta ini
berbuat demikian untuk 'mengangin2'-kan anaknya? Sebagian besar akan
berakhir dengan panas, batuk, pilek, berak2, dan muntah secara akut.
Jelas Mal bukan tempat rekreasi yang sehat, karena penuh dengan virus
dan kuman.



      
___________________________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke