Subject: Re: [balita-anda] Tentang test masuk SD
To: kakekne...@hotmail.com; yuli.aja...@gmail.com
CC: ifj....@gmail.com
From: bejanakasihkaru...@gmail.com
Date: Tue, 9 Nov 2010 03:27:20 +0000







Dear Bu Yuli,
Aku coba jawab ya pertanyaannya.

Masalah kesiapan anak masuk SD dalam hal baca tulis sering menjadi "momok" 
banyak orang tua.

Sayangnya memang di pendidikan anak usia dini diatur agar anak tidak dipaksa 
bisa membaca, tapi di SD kebanyakan sekolah mensyaratkan sudah bisa membaca dan 
menulis.

Ini salah satu kondisi yang harus diantisipasi dan menjadi PR Diknas.

Di Singapura memang anak TK sudah harus bisa membaca dan menulis scr umum.

Di Australia tidak diharuskan, baru dikenalkan.

Yang membedakan, tidak ada "gap" dari TK dan SD hee hee

Sebagai pengelola sekolah yang pernah mengurus PAUD Intl (S'pore), aku rasa 
masalahnya bukan boleh atau tidak untuk mengajarkan anak menulis dan membaca. 
Tapi yang perlu dilihat adalah, "Bagaimana cara mengajarnya?"

Langsung gabruk atau bertahap? Pake drilling keras atau games.

Membaca dan menulis termasuk keterampilan. Karena itu memang tidak cukup kalau 
hanya belajar 1-2 jam disekolah. 

Sebaiknya dirumah juga dikembangkan kesukaan dan keterampilan ini.

Misalnya membaca cerita bersama.

Latihan menulisnya bisa diganti dengan melatih motorik anak dengan mewarnai, 
atau latihan pakai sumpit makan kacang hee hee main playdough juga menolong. 
Atau mencorat-coret dengan kapur dihalaman. Hmmm dulu saya pakai lidi hee hee 
soalnya pekarangan masih tanah. Semua ini u mematangkan motorik halus anak 
untuk siap menulis.

Main gunting kertas juga OK lho. Sekalian melatih koordinasi mata dan tangan.


Latihan membacanya ya dengan aneka kegiatan membaca. Biasanya ada buku 
anak-anak dalam bahasa Inggris yang ceritanya hanya dari 3 huruf semua seperti 
cat sat on a map ......

Anak jadi merasa percaya diri dia mampu membaca. Dan jadi semangat deh.

Atau latihan menebak huruf yang ditulis di punggung secara bergantian. Kalau 
sudah jago, bisa gabungan 1-3 huruf misalnya MA

Pantangan: (dibatasi) jangan terlalu banyak TV. Biarkan anak banyak main tanpa 
TV.

Begitu otak terpaku pada TV/komputer dan tinggal terima dan dengar, sedikit 
banyak akan buat anak malas u "melatih" otak tuk berpikir dan belajar termasuk 
mengingat pelajaran.

Dari pengalaman, walau banyak prog TV dan edu software, kalau anak belum bisa 
baca dan tulis, sebaiknya batasi seminimal mungkin exposures 2 perangkat ini. 

Kalau dah kebanyakan TV hee hee semakin berat "menggiring" anak belajar membaca 
dan menulis.

Setelah lancar baca tulis, sebaiknya waktu menonton TV-nya tetap dibatasi sih. 

Agak teknis u penjelasan kenapanya, karena berhubungan dengan gelombang, kerja 
otak etc.

Tidak ada salahnya mencari bimbel atau mengikutkan anak pada kursus calistung. 
Hanya dipastikan saja metodenya sesuai umur anak dan menyenangkan anak. Dan 
pihak kursus juga komunikatif dengan ortu.

Mengikutkan anak pada klub membaca juga bisa menjadi pertimbangan

Hahaha ada tahap walaupun suasana dan metode sudah baik, tetap ada masa yang 
mungkin anak "malas" karena harus latihan, fokus etc. Yah, orang dewasa juga 
ada masa malas kan? -ni normal dan anak harus secara konsisten dibesarkan 
hatinya tuk terus mencoba dan berlatih. Menangis dan ngambek tidak akan 
menolong. So, anak wajib "ikhlas" dan "pasrah" tuk mencoba dan berlatih!

Ini sih berlaku u semua bidang kehidupan.

Belajar wajib dibuat suasana menyenangkan. Namun tetap ada bagian yang harus 
dilakukan dengan rela oleh si pembelajar. Kalau tidak, semenyenangkan apapun 
pelajarannya, tetap aja dirasa memberatkan hahaha

Yang harus dipertimbangkan adalah SD seperti apa yang akan dimasuki? Apakah 
menggunakan bahasa pengantar Inggris? Bahasa Indonesia? Maka belajar membacanya 
disesuaikan.

Dari pengalaman, lebih baik belajar membaca dan menulis dengan sistem fonetik 
(phonic) dan dalam bahasa Inggris. Karena menyesuaikan dalam bahasa 
Indonesianya lebih mudah karena banyaknya materi dan "exposures" bahasa 
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Hal lain yang perlu disadari, masalah belajar adalah hukum untuk hidup. Bukan 
masalah olah otak kanan kiri tengah depan belakang ataupun "teknologi" cerdas 
lainnya, tapi latihan terus-menerus.

Seperti halnya membaca, belajar dan pendidikan adalah suatu sarana atau alat. 
Bukan tujuan dari hidup itu sendiri.

Untuk test SD, tidak ada salahnya Ibu minta contoh atau gambaran test. 
Membacanya serumit apa? Apakah hanya aku suka baca (baru bunyi gabungan dua 
huruf)

Atau

Paman sayang keluarga (sudah ada bunyi dari gabungan tiga huruf atau lebih)

Lalu test masuk ini untuk menentukan anak cukup pandai atau semacam kesiapan 
anak atau apa? Tujuannya apa? Atau untuk tahu nih anak genius, dapat beasiswa 
deh.

Kalau u mengetahu apakah anak sudah bisa baca tulis, ternyata belum memenuhi 
standar sekolah tsb, apakah ada solusi semacam kelas persiapan? 

Salah satu kur SD yang bersifat akselerasi sesuai kecepatan dan kemampuan anak 
adalah kurikulum SOT. Ada beberapa sekolah di Jakarta yang menerapkan metode 
ini. Dimana anak diuji bukan untuk menentukan apakah diterima atau tidak. Pasti 
diterima. Tapi untuk menentukan tingkat materi atau buku untuk anak tersebut 
mulai. Biar pas. Gak terlalu mudah atau sulit. Istilahnya Individualized 
Learning.

Yang pasti, Ibu teliti dan gali informasi sebanyak-banyaknya untuk dapat yang 
paling tepat.

Mudah-mudahan penjelasan ini menolong ya. Selamat berlatih! Sungguh beruntung 
anak Bu Yuli memiliki Bunda yang kritis dan mencari informasi 
sebanyak-banyaknya dalam hal pendidikan anak.

Sukses ya, Bu!

Salam,

JentiSent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSATFrom:  Mei Mei <kakekne...@hotmail.com>
Date: Mon, 8 Nov 2010 16:14:35 +0700To: <bejanakasihkaru...@gmail.com>; 
<yuli.aja...@gmail.com>Subject: FW: [balita-anda] Tentang test masuk SD

Dear Bu Jenti,

Mungkin bisa dibantu jawab.. :)
Thank You..

Rgrds,
Mei


> Date: Mon, 8 Nov 2010 16:03:07 +0700
> From: yuli.aja...@gmail.com
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Subject: [balita-anda] Tentang test masuk SD
> 
> Dear teman,
> 
> Mau tanya & mohon sharingnya, sebelumnya mohon maaf kalau sudah pernah
> dibahas.
> 
> Bagaimana kesiapan anak utk menghadapi test masuk SD kalau anak tsb blm
> lancar membaca ?
> Mengenal huruf sudah, tapi baru bisa baca bbrp kata saja.
> 1. Apakah perlu tambahan les membaca?
> 2. Seharusnya memang tes masuk SD tdk ada baca tulis, tapi kenyataannya
> tetep ada baca tulis. Apakah normal anak laki2 usia 5 thn
>     lebih blm lancar baca?
> 3. Bagaimana merangsang anak agar mau belajar, terutama kalau di rumah ?
> 
> Mohon sharingnya
> 
> Terima kasih
                                          

Kirim email ke