Hi mbak Hilda & all,

Daripada japri, saya pikir untuk re-post saja artikel tentang Test untuk
deteksi Tyhpus, karya Prof. Iwan Darmansjah ya.
Semoga jadi tambahan info :)

Selamat merawat orang tua ya, mbak Hilda ... tetap observe kronologis demam
beliau ya :)

cheers,
Sylvia - mum to Jovan, Rena, Aleta & Luigi

---------- Forwarded message ----------
From: Sylvia Radjawane <sylvia.radjaw...@gmail.com>
Date: 2006/10/12
Subject: Re: [balita-anda] Mohon Sharing,anakku kena gejala thypus
To: balita-anda@balita-anda.com
Cc: hesty_d_purwa...@telkomsel.co.id


Hi mbak Hesty,

Saya cuma mau share info tentang typus, mbak.
Kalau memang Sasa didiagnosa (+) Typus,  treatment obat oral yang lumrah
dilakukan memang dengan konsumsi antibiotik (AB), karena memang infeksi
typus disebabkan bakteri Salmonella sp.
Kadar leukosit tinggi juga kadang diindikasikan ada infeksi dalam tubuh,
perlu tidaknya AB tergantung dari penyebab infeksinya, apa karena virus atau
bakteri.
Btw, Sasa sudah pernah dijadwalkan vaksinasi Typhoid? Mungkin dengan ikutan
jadwal ini (untuk usia 2 tahun ke atas), resiko typus seharusnya bisa lebih
diminimalkan.

Mungkin yang perlu dicermati yaitu kronologis demamnya Sasa dan observasi
mbak selama treatment di rumah, karena ini juga jadi dasar DSA Sasa untuk
menegakkan diagnosa.
Demam (tinggi) berhari-hari memang bisa jadi indikasi typus, apalagi kalau
sudah sekitar semingguan, yang kadang buat ahli medis langsung
mengesampingkan kemungkinan DB (yang memang ditunjang hasil test lab DB yang
berbeda juga metodenya).  Itu juga sebabnya penanganan demam di rumah biasa
merujuk ke waktu 3x24 jam (bukan 3 hari) sejak demam pertama kali untuk
menghindari kerancuan diagnosa karena  ya itu .... 'sifat'nya demam  memang
bisa buaanyak banget penyebabnya.

Yang jadi issue utama, mungkin metoda pemeriksaan lab. yang dilakukan untuk
Sasa. Saya coba posting salah satu artikel tentang case ini ya mbak.
Metoda akurat untuk pemeriksaan typus disebut test. gal-culture, bukan test
Widal (yang sejak dulu sering digunakan untuk pemeriksaan darah pasien
(indikasi) typus. Kenapa? karena test Widal itu reaksi imunitas thd kuman
Salmonella, lha di Indonesia ini hampir semua orang 'pernah' terinfeksi or
'cukup familiar' dengan kuman ini, jadi test Widal bisa memberikan hasil (+)
palsu.

Refer to artikel itu juga, memang gal culture test makan waktu lebih lama,
dan sambil nunggu hasilnya, pengobatan bisa dilakukan berdasarkan
pemeriksaan dan penilaian klinis DSA Sasa. Nah, di sini 'seni' nya dokter
untuk memutuskan pengobatan apa yang dipakai, kalau pakai antibiotik jenis
apa yang diresepkan (apa memang harus langsung 'kelas berat'  atau ada
alternatif lain).
Ada juga metode lain pakai alat PCR (Poly Chain Reaction) untuk mendeteksi
Typus. Saya pernah baca di mading-nya salah satu Lab Medis di Jakarta Barat
waktu antar ibu saya general check up.  Saya kurang tahu apa ini juga
termasuk metode yang 'akurat', karena asumsi saya (cmiiw) kalau memang
sampelnya juga dari hasil kultur, mungkin hasil (+) atau (-) typusnya bisa
didapat dengan waktu lebih cepat (dan maybe lebih mahal juga biayanya ;))

Berharap semua hasil observasi mbak sejak Sasa sakit demam yang sudah
dijelaskan lengkap ke DSA cukup jadi bahan masukan berharga buat beliau
untuk melakukan pengobatan.

semoga Sasa cepat pulih ya, mbak.
Sylvia - mum to Jovan & Rena

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Article URL: http://www.iwandarmansjah.web.id/popular.php?id=232

Popular Articles
Category: Advis Medis

SEKALI LAGI MENGENAI TEST WIDAL UNTUK TIFUS

Vignette
Seorang wanita, 13 thn, yang bertubuh besar dan biasanya sehat, datang
dengan demam 6 hari. Demam tidak terlalu tinggi dan datang hilang selama 5
hari dan terukur 39.5° C di kamar praktek. Pasien diantar ayahnya, membawa
hasil laboratorium (inisiatif sendiri), termasuk nilai titer Widal (antara 0
dan 1/160) yang semuanya normal. Ia mengeluh sakit kepala dan mual sebagai
keluhan utama, serta berak encer 1 kali. Wajahnya menunjukkan ia menderita
ringan saja. Saya beri surat periksa labor untuk tes urine lengkap dan
kultur darah, yang hasilnya baru akan diperoleh beberapa hari lagi. Dengan
diagnosis klinis tifus saya beri siprofloksasin dengan pesan tidak boleh
jalan dan istirahat tidur di rumah. Tanggal 14 Des demam naik 40.1°C dan
karena ayah panik, pasien dirawat di RS PI, dimana ia diberi infus
cefotaxime. Tgl 16 Des saya menerima SMS , menyatakan hasil kultur darah
tifus positif.
Apakah Tes Widal harus dilakukan pada semua pasien demam?


Iwan Darmansjah
Sejak beberapa tahun terakhir pemeriksaan tes Widal menjadi rutin men-screen
penderita demam untuk penyakit tifus. Kebiasaan ini hanya terjadi di
Indonesia. Entah asal mulanya dari mana sulit dilacak, karena hampir semua
dokter spesialis dan umum melakukannya secara salah kaprah kolektif. Hal ini
begitu menyolok, sehingga pasien sendiri meminta labor melakukannya bila
demam. Pengelola labor-pun secara tidak etis menawarkan test ini kepada
setiap pasien yang lagi demam. Pada hal, semua dokter harus tahu bahwa nilai
titer Widal tidak bisa dipakai untuk mendiagnosis tifus. Semua buku
kedokteran juga tidak ada yang akan membenarkannya. Sehingga tujuan
komersial oleh para pelaku tidak bisa disingkirkan.

Reaksi Widal merupakan test imunitas yang ditimbulkan oleh kuman Salmonella
typhi / paratyphi, yaitu kuman yang terdapat di minuman dan makanan kita
yang terkontaminasi dengan tinja orang yang sakit tifus. Jakarta dan
Indonesia merupakan reservoir raksaksa kuman salmonella dan lainnya. Semua
manusia di Indonesia pasti pernah kemasukan kuman salmonella melalui
food-chain ini. Bila kebetulan jumlah kuman yang tertelan cukup besar
mungkin akan timbul penyakit tifus yang terutama ditandai oleh demam
berkepanjangan sebagai ciri khas. Namun tidak semua demam adalah tifus.
Tifus perlu dicurigai bila demam berlanjut sedikitnya 6-7 hari. Juga demam
tifus pada hari2 permulaan hanya ringan, tidak konstan, naik-turun, dan
hanya setelah 5-7 hari akan tinggi menetap, disertai badan pegal dan sakit
kepala, serta kadang2 mual dan diare ringan.

Diagnosis tifus bisa dicurigai setelah demam sekitar seminggu ditambah
gejala2 diatas. Secara statistik juga demam tanpa adanya gejala positif yang
mengarah ke penyakit lain, kemungkinan tifus adalah yang paling besar di
Jakarta. Hal ini juga ditopang oleh musim kemarau dan banjir yang membawa
kuman salmonella.

Pemeriksaan labor untuk konfirmasi kecurigaan tadi ialah kultur darah,
dilakukan sewaktu ada demam tinggi yang merupakan pertanda bahwa kuman
sedang menyebar dalam darah (sehingga lebih mudah dikultur). Kultur tidak
bia dilakukan pada hari2 permulaan demam karena cenderung masih
negatif.  Kita harus menunggu hingga demam sudah tinggi dan konstan.
Sayangnya hasil kultur untuk kepastian diagnosanya baru diperoleh setelah
4-6 hari. Namun pengobatan sudah bisa dilakukan atas dasar penilaian klinis,
sambil menunggu hasil kultur.
Test Widal tidak bisa dipercayai karena terlalu banyak test yang false
positif maupun false negative.

Test Widal hanya akan berguna untuk follow-up, terutama jaman dulu waktu
mana belum ada antibiotika dan tifus bisa berlangsung 1 bulan atau lebih. Ia
berguna untuk melihat apakah titernya naik selama penyakit tersebut. Inipun
tidak berguna lagi karena obat antibiotik yang ampuh sudah tersedia dan akan
menyembuhkan tifus dalam 7-10 hari, sehingga tidak perlu follow-up.
Tingginya titer juga sangat individual dan tergantung kemampuan tubuh kita
membuat antibody. Misalnya, saya mempunyai seorang pasien laki, muda yang
selama lebih dari 6 bulan (tanpa demam) diberi antibiotika berganti2 oleh
dokternya hanya karena titer Widalnya sangat tinggi (sekitar 1/8000) dan
tidak mau turun. Tentu hal ini mubazir.

Sekarang musim hujan lagi dan frekuensi tifus akan naik di Jakarta.
Bawalah tulisan ini dan berilah ke dokter anda bila anda disuruh periksa
Widal.
Be a 'smart patient'!
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Original Message -----
From: "Hesty_D_Purwanti" <hesty_d_purwa...@telkomsel.co.id>
To: <balita-anda@balita-anda.com >
Sent: Thursday, October 12, 2006 3:08 PM
Subject: [balita-anda] Mohon Sharing,anakku kena gejala thypus

Anakku Sasa 2 th 9 bulan, numpang curhat ya...hehehe
1. jum'at 6 nov 2006 panas 39,4, batuk, pilek. Spt biasa aku jemur dan
minum yang banyak.
2. hari minggu 8 nov 2006 udah baikan dan main seperti biasa badannya
udah tidak panas lagi tinggal batuk sama pileknya.
3. Senin 9 Nov 2006 anakku sekolah,kebetulan hari itu pelajaran jualan
hasil panen keluar kelas (yang lumayan terik), Sasa sekolah di sekolah
alam ciganjur, akhirnya malemnya panas lagi 39.4
4. seperti sharing2 parents di BA aku treat minum air putih dan jemur
serta obat penurun panas tapi sampai hari rabu tgl 11 Oktober 2006 tidak
turun panasnya. Akhirnya aku bawa ke DSA dan ke LAB dengan hasil :

Thypus-o 1/80
Lekosit diatas rata2 normalnya 6-11, sasa 18,5

Menurut DSA anakku gejala thypus dan lekosit tinggi artinya ada infeksi
dan diberikan obat oleh DSA a/l : Cespam (antibiotic) heheheh ejaan
nggak hafal salah kali ya dan racikan untuk batuk dan pilek.

Sampai saat ini Sasa masih Panas dan saya belum kasih Anti biotiknya,
please sharing donk yang pernah mengalami keaadan serupa :

- haruskah Anti biotic diberikan untuk case anak saya ?
-apakah lekosit tinggi wajib diberikan AB ?

<deleted>

Kirim email ke