ternyata artikel gue kepanjangan, aku bagi dua ya.

Jeng,

Ini postingan ane di milist sebelah, aye posting lagi di sini ya.
Bisul itu karena bakteri stafilokokus, berikut ini artikelnya (ada
dua). Bisul menular lho, Nayma dua minggu lalu baru ketlaran dari
tetangga. Hati-hati kalau bisulnya di daerah sinus (hidung),
bakterinya bisa menyebar ke otak.

IH, KOK, BISULAN MELULU
Ini hal sepele yang kerap diderita anak tapi sering bikin kita
jengkel. Habis, baru sembuh sebentar, eh sudah muncul lagi.



Pasti anak Ibu banyak makan telur, makanya bisulan." Begitu, kan,
komentar yang sering kita dengar? Padahal, itu sama sekali tak
benar! "Itu cuma mitos," ujar dr. Titi Lestari Sugito, SpKK. "Enggak
ada kaitannya, kok, antara telur dan bisulan," lanjut dokter
spesialis kulit dan kelamin RSUPN Ciptomangunkusumo ini.

Justru telur adalah makanan bergizi. "Telur itu, kan, mengandung
protein. Jadi, boleh diberikan kepada anak," tandas Titi. Bukankah
kecukupan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh menjadi
lebih baik? Lantas, apa, dong, sebenarnya yang membikin bisul?

LINGKUNGAN KURANG BERSIH

Bisul atau bisulan (kalau jumlahnya banyak) yang dalam bahasa
kedokteran disebut furunkel, seperti dituturkan Titi, merupakan
radang atau infeksi yang disebabkan oleh kuman atau bakteri
staphylococcus aureus. "Bisul bisa menyerang siapa saja dan dari
golongan usia berapa saja, namun yang paling sering diserang adalah
bayi dan anak-anak." Lo, kok, begitu?

Seperti kita ketahui, faktor kebersihan memegang peranan penting
dalam terjadi-tidaknya infeksi. Bila lingkungan kurang bersih,
infeksi pun akan mudah terjadi. Sementara yang namanya anak, identik
dengan dunia bermain, termasuk main yang kotor-kotor semisal main
tanah. Belum lagi habis main si anak langsung pegang ini-itu tanpa
cuci tangan lebih dulu. "Nah, kalau kebersihan anak dan bayi tak
dijaga dan diperhatikan oleh orang tua, ya, susah. Itu akan
mempermudah terjadinya bisul," ujar Titi.

Selain itu, anak-anak biasanya sering menggaruk karena rasa gatal
yang ditimbulkan akibat banyak keringat dan biang keringat. Padahal,
terang Titi, garukan tersebut dapat merusak kulit sehingga memudahkan
masuknya kuman dan timbullah infeksi. "Itulah mengapa anak yang
sering berkeringat, apalagi keringat buntet, mudah timbul bisulan."

Umumnya bisulan pada bayi dan anak-anak ditemui di daerah-daerah yang
banyak berkeringat seperti di muka, punggung, lipatan-lipatan paha
dan sebagainya. Dengan demikian, daerah-daerah tersebutlah yang
paling sering digaruk oleh anak atau mendapatkan gesekan, sehingga
pertahanan kulit akan terganggu dan mudah terjadi infeksi. Apalagi
kulit bayi dan anak-anak masih tipis dan cukup rentan.

Namun jangan pula dilupakan faktor gizi. Sebab, seperti dikatakan
Titi, gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi timbulnya
infeksi. "Bila gizi kurang berarti daya tahan tubuh menurun, sehingga
akan mempermudah timbulnya infeksi," jelasnya. Terlebih lagi pada
bayi dan anak-anak, kekebalan tubuhnya memang masih kurang
dibandingkan orang dewasa.

MEMERAH DAN BENGKAK

Orang tua bisanya kurang tanggap terhadap gejala munculnya bisul.
Entah lantaran kurang perhatian atau memang tak tahu seperti apa
gejala bisul. Maklumlah, gejala awalnya hanya terlihat semacam bintil
merah, baru kemudian membesar dan bahkan terkadang ditemui abses atau
bernanah. "Proses membesarnya bisul merupakan proses imflamasi atau
radang. Jadi, ada suatu mekanisme atau reaksi dari tubuh terhadap
adanya kuman di daerah tersebut," jelas Titi.

Warna memerah dan bengkak merupakan tanda bahwa tubuh memberikan
suatu respon dengan berusaha mendatangkan sel-sel radang di
sekitarnya untuk mematikan kuman dan mengeluarkan kuman tersebut.
Lamanya proses membesar tergantung dari respons imunologis yang
dimiliki orang tersebut. Bila responsnya baik, maka makin cepat pula
sembuhnya.

Menurut Titi, sebetulnya gejala bisul tak selalu sampai bernanah.
Kalau toh akhirnya bernanah, itu pertanda bahwa pertahanan tubuh
kurang atau lantaran infeksi tersebut tak segera ditangani. "Tapi
bila pertahanan tubuh baik atau infeksinya segera diobati, misalnya
pemberian antibiotik, maka tak akan sampai abses. Biasanya bisul cuma
memerah dan kemudian mengecil sendiri." Nah, pada anak-anak, karena
pertahanan tubuhnya masih kurang, mau tak mau bisul harus diobati.

Biasanya gejala bisul disertai rasa nyeri akibat radang atau
infeksinya. Apalagi kalau bisul semakin besar. Tubuh yang tak bisa
mengatasi akan mengakibatkan bisul yang timbul menjadi banyak dan
bernanah, sehingga terjadilah penyebaran kuman yang tak hanya di satu
lokasi saja. Penyebarannya juga bisa lewat darah atau kelenjar getah
bening, "Tapi itu jarang sekali terjadi," ujar Titi.

Yang pasti, karena penyebabnya infeksi maka bisul termasuk penyakit
menular. "Menularnya bisa karena garukan tangan, sehingga memindahkan
kumannya dari satu tempat ke tempat lain." Tak heran awam sering
menyebut bisulnya jadi beranak. "Itu menunjukkan daya tahan tubuh
anak kurang sekali."

JANGAN DIPENCET

Seringkali bisul dibiarkan saja, tak segera diobati. Tunggu sampai
istilahnya "matang". Padahal, justru sebetulnya kalau bisa bisul
jangan sampai bernanah, "Karena bisa terjadi kerusakan jaringan yang
lebih parah dan banyak lagi. Kulit bisa berongga," terang Titi.

Jika bisul hanya satu atau beberapa dan masih kecil di permukaan
biasanya bisa disembuhkan dengan salep antibiotik. Pemakaian obat
dalam bentuk salep atau krim yang dioleskan di kulit lebih efektif
ketimbang pengobatan jenis lain. Obat-obatan semacam salep ini sangat
dianjurkan untuk kulit karena dibuat dengan daya serap yang cukup
efektif terhadap kulit. Tapi, jika sudah membesar, agak dalam dan
banyak, anak perlu diberi obat antibiotik yang diminumkan juga.

Penisilin juga merupakan salah satu obat pilihan. Cuma, bakteri
staphylococcus aureus penyebab bisul bisa mengakibatkan resisten
terhadap penisilin, karena kuman tersebut mengeluarkan enzim sehingga
penisilinnya tak berfungsi lagi. Akibatnya banyak yang menjadi
resisten. Karena itu, anjur Titi, lebih baik berikan obat antibiotik
yang tahan terhadap enzim yang dikeluarkan kuman tadi, supaya
efektif. Selain itu, penisilin juga merupakan salah satu obat yang
relatif sering menimbulkan reaksi alergi.

Bila sudah terjadi abses, sebaiknya nanahnya dikeluarkan. Biasanya
dokter akan menginsisi/mengiris dengan pisau tajam sehingga
penyembuhannya akan lebih sempurna. Bila pecah sendiri akan
menimbulkan kerusakan kulit dan akan berbekas. Begitu pula bila
dipaksa dikeluarkan, misalnya dengan dipencet, penyembuhannya akan
menimbulkan bekas yang tak sedap dipandang. "Bekas pada jaringan
kulitnya akan meninggalkan parut, bisa lekukan atau yang lebih tinggi
lagi. Tak mungkin akan normal kembali. Walaupun pada anak kulitnya
masih berkembang, namun tetap saja tak akan normal kembali karena
jaringannya yang rusak akan membekas," jelas Titi.

Memang, sih, kemajuan teknologi kedokteran memungkinkan untuk
mengoreksi bekas luka tersebut dengan operasi. Tapi hal tersebut
sangat tergantung pada jaringan parut yang ditimbulkannya. Disamping
tentunya memerlukan biaya yang cukup mahal dibandingkan dengan
mengobati bisulnya itu sendiri.

Untuk mencegah berulangnya kembali bisul pada anak, dianjurkan agar
selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan diri si anak maupun
lingkungannya. Memang, bila dibandingkan sepuluh tahun lalu, masih
banyak ditemui bisulan pada bayi dan anak-anak. "Sekarang ini sudah
jauh berkurang. Mungkin karena faktor pendidikan, ekonomi dan gizi
yang sudah lebih baik," kata Titi.

Dedeh Kurniasih

Kirim email ke