Dear Rekan2 Netters sekalian,

Membaca tulisan Mbak Windy, kita beranggapan bahwa seakan-akan pemerintah
yang salah dalam hal ini, kebetulan kemarin saya habis dari rumah seorang
tukang keruk saluran air yang rumahnya tidak jauh dari Kampung Sawah Tanjung
Duren yang terkena gusuran ini. Dari Pak Sap (namanya)saya dan suami
mengetahui bahwa sebenarnya mereka pernah ditawarkan uang penggusuran
sebesar Rp  3 juta namun mereka menolak dan meminta penggantian yang lebih
besar lagi, sampai akhirnya terjadilah penggusuran secara paksa tersebut.
Sebagian besar dari mereka dengan kerelaan hati telah kembali ke kampungnya
masing2 jadi hanya sebagian yang masih bertahan...namun tentu saja Pak Sap
ini tidak mengetahui alasan mereka bertahan. Kalau saya boleh sarankan kalau
memang mereka butuh uang untuk pulang kembali ke kampungnya, apakah tidak
sebaiknya sumbangan diberikan dalam bentuk tiket untuk pulang kampung dan
kita antarkan mereka pulang ke kampungnya misalnya sampai stasiun.
Sebenarnya dalam hal ini siapa yang salah yach...saya juga bingung. Mungkin
setelah mendengar cerita saya ini rekan2 dapat berpendapat lain tentang
korban penggusuran ini. Dan sebaiknya tidak salah dalam memberikan bantuan,
karena yang mereka butuhkan bukan cuma uang semata menurut saya (CMIWW),
karena toh sebelumnya mereka pernah ditawarkan ganti rugi oleh pemerintah.

Gitu dulu informasi dari saya.

Rgrds,
Lilis

-----Original Message-----
From: Windy Widyawati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 16 Oktober 2003 7:49
To: balita
Subject: [balita-anda] FW: OOT/gusur lagi, gusur lagi...




> Sebagian warga korban penggusuran di Kampung Sawah Tanjung Duren Jakarta
> Barta, yang tidak memiliki uang dan famili untuk sekedar menumpang atau
> mengontrak rumah, terpaksa harus mendirikan tenda-tenda di sekitar gedung2
> yang berada di dekat bekas tempat tinggal mereka....
> 
> Lebih dari seminggu, sejak dilakukan penggusuran 2 Oktober lalu, mereka
> harus bertahan di bawah tenda-tenda darurat sambil menunggu uang kerohiman
> - uang ganti rugi dari pemerintah daerah untuk pindah. Hingga kini uang
> yang ditunggu-tunggu itu b elum juga mereka terima. Sementara, musim hujan
> sudah tiba, dan anak-anak balita yang tak tahan cuaca serta debu pun mulai
> terserang penyakit...
> 
> Untuk dapat bertahan hidup, beberapa ibu merelakan anak-anaknya yang tidak
> bersekolah lagi untuk mengamen di sekitar perempatan Tomang guna
> meringankan beban ekonomi rumah tangganya yang sebelumnya juga sudah porak
> poranda akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan...
> 
> Sebenarnya mereka ingin segera meninggalkan tempat penampungan sementara
> yang terbuat dari asbes bekas beratap plastik beralas kardus, karena hidup
> dibawah tenda-tenda masih sering diteror sewaktu-waktu tendanya akan
> digusur pula oleh preman bayaran...
> 
> Mereka berharap cepat menyingkir atau pulang kampung membangun rumah yang
> wajar sebagai tempat hunian. Namun, apa daya untuk makanpun susah. Mereka
> menunggu uluran tangan dari orang-orang yang peduli pada nasib
> sesamanya...
> 
> Tulisan di atas saya ambil dari berita fotografi harian Republika 12
> Oktober lalu...
> Disamping tulisan itu ada beberapa gambar dengan judul :
> - tak ada kasur, karduspun jadi.... sesorang tidur beralaskan kadur
> beratapkan langit biru...
> - dibawah tenda biri,...... seorang nenek, ibu dan bayinya dalam gendongan
> dengan pemandangan baju2 bergelantungan di tali2 tenda
> - mencari harta karus.... seorang ibu dengan menggendong bayinya sedang
> mencari-cari harta bendanya yang masih tersisa...
> 
> Apa ya yang bisa kita perbuat untuk membantu mereka......????
> 

---------------------------------------------------------------------
>> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke