Tks Mba Uci n Mba Sylvy...atas sharingnya
Ntar aku sampaikan artikelnya ke sodaraku. Dia sekarang juga baru
mencari second opinion ke DSA lain. 

Wati-bundasasha


-----Original Message-----
From: Mama Kavindra [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, July 10, 2006 12:10 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Re: tanya bayi hampir 40 hari masih kuning


Dear Mbak Wati...
Sependek pengetahuan aku bayi kuning bisa dideteksi
orang tua lewat warna mata bayi. Yang perlu  dipahami,
 kuningnya  karena  fisiologis atau akibat penyakit.

So,klo emg 40 harian masih aja kuning bisa dibawa ke
dokter lain aja Mbak.. 2nd opinion .. takutnya klo ada
apa2..

Berikut aku sampaikan artikel ttg bahaya bayikuning
yah..
Smoga membantu!

Uci mamaKavin+
http://oetjipop.multiply.com

BAHAYA BAYI KUNING
Fr: NAKITA

Jangan anggap remeh, ya, Bu-Pak. Segera konsultasikan
ke dokter agar tak
berakibat fatal. Sekitar 40-50 persen bayi lahir cukup
bulan,jelas
dr.Purnamawati S. Pujiarto, SpA(K), MMPaed., mengalami
kuning. "Biasanya
kuningnya itu disebut kuning fisiologis alias bukan
karena kelainan atau
penyakit melainkan fungsi organnya, yaitu hati, belum
matang." Yang seperti
ini, lanjutnya, biasanya tak berbahaya karena akan
cepat teratasi
dengan berjalannya waktu.

Bayi kuning, ungkap spesialis anak dari Bagian
Hepatologi Anak RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta ini, disebabkan meningkatnya
kadar bilirubin dalam
darah. Normalnya, secara berkala sel darah merahnya
akan dipecah. Nah,
kandungan "sampah" dari proses pemecahan itu disebut
bilirubin indirek.
Semasa janin, bilirubin indirek ini akan dibuang oleh
plasenta dan masuk ke
hati ibu untuk selanjutnya diproses di hati menjadi
bilirubin direk dan
dibuang tinja. Bilirubin indirek memang harus dibuang
karena dalam kadar
tinggi dapat bersifat sebagai racun.

Segera setelah lahir, bayi harus mengolah sendiri
bilirubin indirek di
hatinya. Tapi karena fungsi hatinya belum sempurna
lantaran belum matang,
"Proses penghancuran dan pembuangan bilirubin jadi
lambat, hingga bilirubin
indireknya tetap tinggi. Fungsi tersebut baru bisa
berlangsung normal bila
organ hatinya sudah matang, yakni sekitar 3-
4 hari setelah lahir." Saat itu hati sudah mampu
mengubah bilirubin indirek
menjadi bilirubin direk, sekaligus membuangnya.
Makanya, bayi kuning
fisiologis biasanya akan mulai terlihat di hari kedua
dan akan mencapai
puncaknya pada hari ketiga sesudah lahir. "Mulanya
kuning di sekitar wajah
lalu menjalar ke tubuh. Bayinya, sih, tetap
terlihat aktif dan sehat. Menyusu dan tangisnya juga
kuat." Melewati hari
ketiga, kadar bilirubin pelan-pelan menurun dan
umumnya di hari ke-7 bayi
tak kuning lagi.


PATOKAN PENTING
Bayi kuning sebetulnya bisa dideteksi orang tua lewat
warna mata bayi. Yang
perlu  dipahami,  kuningnya  karena  fisiologis atau
akibat penyakit. Untuk
itu,
ada sejumlah patokan yang patut dipelajari:
.  Jika  kuningnya  timbul  dalam  24 jam pertama
setelah Jika dalam sehari
kadar
bilirubin meningkat secara pesat atau progresif.
. Jika bayi tampak tidak aktif, tak mau menyusu,
cenderung lebih banyak
tidur, disertai suhu tubuh yang mungkin meningkat atau
malah turun.
. Jika bayi kuning lebih dari dua minggu.
. Jika air kencingnya berwarna tua seperti air teh.


Nah, bila itu yang terjadi, jangan buang waktu, segera
bawa anak ke dokter
agar tak berakibat fatal. Sebab, seperti dijelaskan
Wati, "Kadar bilirubin
indirek  yang  terlalu  tinggi  dapat  merusak 
sel-sel  otak  hingga  bayi
mengalami
kejang-kejang dan di kemudian hari
bisa memunculkan kelainan neurologis." Dalam keadaan
sehat dan normal, otak
memiliki  pelindung  hingga  tak  sembarang zat bisa
menembusnya. Sementara
pada
bayi yang sakit berat, pelindung tadi ikut terganggu
fungsinya. Akibatnya,
zat-zat yang bersifat toksik atau racun, termasuk
bilirubin indirek, bisa
menembus dan masuk ke sel-sel otak. Dampak jangka
pendek, bayi akan
mengalami  kejang-kejang.  Sementara  jangka  panjang,
 anak bisa mengalami
cacat
neurologis. Jadi, penting sekali mewaspadai keadaan
umum si bayi. Kalau
kondisinya baik, tetap aktif, orang tua tak perlu
cemas. Lain halnya bila
bayinya tidur terus, emoh menyusu, sering muntah,
pasif, suhunya berubah
(panas atau dingin), "Bayi harus terus dimonitor
secara ketat."


AKIBAT KOLESTASIS
Bilirubin direk juga bisa menyebabkan bayi kuning
akibat organ hati
berkelainan/sakit.  Kolestasis;  apa  pun  kelainan 
pada  hati atau sistem
empedu
ini, jelas Wati, menyebabkan terganggunya proses
pembuangan semua bahan
toksik yang seharusnya dibuang oleh hati dan saluran
empedu ke tinja.
Akibatnya,   bahan  beracun  tersebut  menumpuk  di 
hati  dan  menyebabkan
kerusakan
sel-sel hati. "Bila keadaan ini berlangsung lama dan
terus-menerus, satu
saat hati mengalami komplikasi berat yang disebut
sirosis. Dalam hal ini
sel-sel hati diganti oleh jaringan ikat hingga hati
menciut, keras, dan tak
dapat lagi menjalankan fungsinya yang sangat vital
bagi kehidupan si
individu.
Sekilas, gejala kolestasis sama dengan kuning
fisiologis. "Tapi pada
kolestasis,  umumnya  air  seni  berwarna  gelap
akibat keluarnya bilirubin
direk
di urin. Yang jelas, penyakit ini perlu segera
ditangani dokter.
Ketidaktahuan, kesalahan, atau keterlambatan diagnosa
dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan bayi, penyakit hati yang
berlangsung kronis, dan
berkomplikasi sirosis yang ujungnya berakhir dengan
kematian."
Secara garis besar, kolestasis dibagi dua, yakni,
akibat kelainan di dalam
hati, atau akibat kelainan saluran empedu di luar
hati.


Penyebab kolestasis di dalam hati dibagi dua yaitu:
. Akibat infeksi virus, kuman/bakteri, parasit. Semua
infeksi berat di mana
mikroorganisme tadi sudah memasuki peredaran darah,
dapat menyebabkan
kolestasis, karena dibawa oleh darah ke hati dan
merusak sel-sel hati.
Sebagian  besar  kolestasis  pada  bayi  baru lahir
yang disebabkan infeksi
virus
akan berakhir dengan kesembuhan.
Sedangkan yang diakibatkan infeksi berat (sepsis),
memerlukan terapi
antibiotik yang tepat.


. Bukan disebabkan infeksi. Penyebabnya, antara lain,
penyakit akibat
gangguan metabolisme (bisa karbohidrat, protein atau
lemak maupun gangguan
metabolisme asam empedu). Penyebab lainnya adalah
kelainan
bawaan/kongenital, gangguan pembentukan saluran empedu
di dalam hati,
kerusakan hati akibat obat, sindrom down, atau
kelainan
hormonal seperti hipotiroid, dan sebagainya. Sementara
gejala klinisnya,
antara lain, air seni berwarna cokelat atau kuning
tua, warna tinja amat
pucat atau selang-seling dengan warna kuning. Umumnya
terjadi gangguan
pertumbuhan sejak bayi lahir
(berat lahir kurang). Menurut Wati, sepertiga dari
kolestatis memerlukan
upaya operasi, yang dilakukan sebelum bayi berusia 2
bulan agar hasilnya
optimal.


Kuning Yang Berisiko
Berikut faktor penyebab munculnya kuning yang bukan
fisiologis dan berisiko
membahayakan bayi.
. Infeksi berat :   Infeksi yang berat dapat
meningkatkan proses pemecahan
sel darah merah hingga bayi tampak kuning. Infeksi
berat yang dimaksud
adalah infeksi di mana kuman atau mikroorganisme
penyebab infeksi tersebut
sudah menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Jadi, bukan infeksi
yang terbatas di satu area saja, semisal di
tenggorokan atau telinga.
. Kekurangan enzim G 6 PD (glukosa-6-fosfat
dehidrogenase):
Enzim ini dibutuhkan oleh rangkaian reaksi yang
berfungsi menghasilkan
sumber energi bagi sel darah merah agar bisa
menjalankan fungsi
metabolismenya. Bila sel darah merah kekurangan enzim
ini, energi pun
berkurang. Akibatnya, sel darah merah akan mudah pecah
atau rusak.


. Beda golongan darah dengan ibu :
Ketidakcocokan golongan darah dapat terjadi bila ibu
rhesus negatif dan
anaknya rhesus positif atau bila ibu golongan darah O
dengan bayi golongan
darah non-O. Namun demikian biasanya perbedaan ini
sudah sejak awal
diketahui   dokter   kandungan   hingga  dapat 
dilakukan  antisipasi  yang
diperlukan
guna  mencegah  terjadinya  peningkatan  bilirubin
indirek yang drastis. Di
lain
pihak, pada ketidakcocokan golongan darah O, bila
perlu dokter
mempertimbangkan transfusi tukar/ganti darah (exchange
transfusion).


. Penyakit genetik :   Ada beberapa penyakit karena
genetik di mana organ
hati tak punya enzim untuk mengubah bilirubin indirek
menjadi bilirubin
direk. Namun kondisi seperti ini relatif jarang
terjadi.


Batas Normal Bilirubin dan Terapi

Pada bayi baru lahir, jelas Wati, pemeriksaan
bilirubin umumnya sudah
termasuk dalam pemeriksaan rutin bayi baru lahir.
"Dalam sekali pengambilan
darah, umumnya sudah termasuk untuk memeriksa golongan
darah, hormon tiroid
gondok, dan enzim tertentu di darah yang biasa disebut
G-6-PD.

Wati  juga  menyebutkan,  batas  normal bilirubin bayi
baru lahir tak lebih
dari
10 mg/dl. Lebih dari itu, biasanya akan diberi terapi
sinar (blue light)
saat berada di rumah sakit. Terapi ini bertujuan
mengubah bilirubin indirek
yang toksik menjadi zat yang tidak toksik.
Lama-sebentarnya penyinaran
berbeda pada setiap bayi. Pada bayi kuning fisiologis
yang lahir cukup
bulan, dengan terapi sinar sehari saja kadar
bilirubinnya sudah turun.
Sementara bayi lahir prematur mungkin perlu waktu
lebih lama lagi untuk
menurunkan kadar bilirubinnya. Bayi prematur memang
termasuk rentan
mengalami kuning karena organ tubuhnya belum tumbuh
sempurna. Sementara
mengurangi kuning pada bayi dengan cara menjemurnya di
matahari pagi,
menurut Wati, sudah harus ditinggalkan karena
fungsinya ternyata memang
bukan membantu mengubah bilirubin indirek.
"Boleh-boleh saja menjemurnya di
matahari pagi. Namun tujuannya semata agar bayi kena
sinar matahari,
terutama  untuk  vitamin  D  yang diperlukan tulang.
Sebaiknya lakukan pagi
hari
dan tak perlu lama-lama."

RAGAM TERAPI UNTUK BAYI KUNING
  
Re: [balita-anda] Tanya : Bayi Bilirubin Tinggi 14 ?
Software_Tjiwi
Thu, 10 Nov 2005 22:48:25 -0800






Ini saya ada artikel mungkin bisa membantu ...

Devi, mama Gabby


Penelitian menunjukkan sekitar 70 persen bayi baru
lahir mengalami kuning.
Meskipun dikategorikan wajar, orang tua tetap harus
waspada.

"Bayi ibu kuning? Alaaa itu biasa, kok. Jemur saja di
bawah sinar matahari
tiap pagi. Nanti juga baik sendiri." Saran seperti itu
kerap diberikan
kepada ibu bila bayi yang baru dilahirkannya
dinyatakan kuning.

Cara mengetahui kadar bilirubin bayi baru lahir adalah
dengan pemantauan.
Bayi "kuning", yang dalam istilah medis disebut
ikterus neonatus, terjadi
karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah hingga
melebihi ambang
batas normal. Gejalanya, kulit dan bagian putih mata
bayi tampak kuning
tapi suhu badannya normal.

Namun, tidak semua bayi kuning bisa diobati hanya
dengan menjemurnya di
bawah sinar matahari pagi. Ada juga yang perlu dirawat
inap di rumah sakit
untuk menjalani beberapa terapi. Menurut dr. Dewi
Murniati, Sp.A.,
rekomendasi dirawat inap akan diberikan bila bayi
terdeteksi memiliki kadar
bilirubin di atas ambang normal.

Mengapa sinar matahari yang merupakan sinar
ultra-violet dianggap kurang
efektif? Padahal sinar ini memang bisa membantu
memecahkan kadar bilirubin
dalam darah bayi. Seperti diketahui sinar surya yang
efektif untuk
mengurangi kadar bilirubin adalah saat jam 07.00
sampai 09.00. Ini berarti
bayi tak bisa sepanjang waktu disinari, sehingga
penurunan kadar
bilirubinnya akan lama.

Cuaca yang mendung bahkan hujan juga dapat mengganggu
proses penyinaran.
Selain itu, merawat bayi kuning di rumah berisiko
terhadap keterlambatan
deteksi peningkatan kadar bilirubin. Beda kalau bayi
dirawat di rumah
sakit, ia akan terpantau oleh dokter dari waktu ke
waktu.

KAPAN BAYI DINYATAKAN KUNING
Untuk bayi yang lahir cukup bulan, batas aman kadar
bilirubinnya adalah
12,5 mg/dl (miligram perdesiliter darah). Sedangkan
bayi yang lahir kurang
bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl.
"Jika kemudian kadar
bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut,
maka ia dikategorikan
hiperbilirubin," papar Dewi.
Lalu bagaimana bayi baru lahir bisa mengalami
hiperbilirubin? Bilirubin
merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel
darah merah yang
memungkinkan darah mengangkut oksigen). Hemoglobin
terdapat dalam eritrosit
(sel darah merah) yang dalam waktu tertentu selalu
mengalami destruksi
(pemecahan). Proses pemecahan tersebut menghasilkan
hemeglobin menjadi zat
heme dan globin. Dalam proses berikutnya, zat-zat ini
akan berubah menjadi
bilirubin bebas atau indirect.
Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun;
sulit larut dalam
air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ
hati akan mengubah
bilirubin indirect menjadi direct yang larut dalam
air. Masalahnya, organ
hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi
optimal dalam
mengeluarkan bilirubin bebas tersebut. Barulah setelah
beberapa hari, organ
hati mengalami pematangan dan proses pembuangan
bilirubin bisa berlangsung
lancar.
Masa "matang" organ hati pada setiap bayi tentu
berbeda-beda. Namun
umumnya, pada hari ketujuh organ hati mulai bisa
melakukan fungsinya dengan
baik. Itulah mengapa, setelah berumur 7 hari rata-rata
kadar bilirubin bayi
sudah kembali normal. Tapi ada juga yang menyebutkan
organ hati mulai bisa
berfungsi pada usia 10 hari.

RAGAM TERAPI

Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih
terjadi, maka bayi
harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini
macam-macam, disesuaikan
dengan kadar kelebihan yang ada. Berikut penjelasan
dari Dewi yang
berpraktek di RSIA Hermina Daan Mogot, Jakarta.

1.Terapi Sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya
sampai kadar bilirubin
dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan
fototerapi, bilirubin
dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah
larut dalam air tanpa
harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga
berupaya menjaga kadar
bilirubin agar tak terus meningkat sehingga
menimbulkan risiko yang lebih
fatal.
Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari
sejenis lampu neon dengan
panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan
sekitar 12 buah dan
disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada
sebuah kaca yang disebut
flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar
sehingga intensitasnya
lebih efektif.

Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian
diarahkan pada tubuh bayi.
Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat
kelamin harus ditutup
dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah
efek cahaya
berlebihan dari lampu-lampu tersebut. Seperti
diketahui, pertumbuhan mata
bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan
merusak bagian retinanya.
Begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi
risiko terhadap organ
reproduksi itu, seperti kemandulan.

Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan
diubah-ubah;
telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung
merata. Dokter akan
terus mengontrol apakah kadar bilirubinnya sudah
kembali normal atau belum.
Jika sudah turun dan berada di bawah ambang batas
bahaya, maka terapi bisa
dihentikan. Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si
bayi sudah boleh
dibawa pulang.

Meski relatif efektif, tetaplah waspada terhadap
dampak fototerapi. Ada
kecenderungan bayi yang menjalani proses terapi sinar
mengalami dehidrasi
karena malas minum. Sementara, proses pemecahan
bilirubin justru akan
meningkatkan pengeluarkan cairan empedu ke organ usus.
Alhasil, gerakan
peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare.
Memang tak semua bayi
akan mengalaminya, hanya pada kasus tertentu saja.
Yang pasti, untuk
menghindari terjadinya dehidrasi dan diare, orang tua
mesti tetap
memberikan ASI pada si kecil.

2.Terapi Transfusi

Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan
dan kadar bilirubin
terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih,
maka perlu dilakukan
terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan
bilirubin dapat menimbulkan
kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah
yang harus diwaspadai
karena anak bisa mengalami beberapa gangguan
perkembangan. Misalnya
keterbelakangan mental, cerebral palsy, gangguan
motorik dan bicara, serta
gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah
bayi yang sudah
teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain.

Proses tukar darah akan dilakukan bertahap. Bila
dengan sekali tukar darah,
kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang
menggembirakan, maka terapi
transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka
perlu dilakukan proses
tranfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah
masuknya kuman
penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke
dalam tubuh bayi.
Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk
menurunkan kadar bilirubin
yang tinggi.

3.Terapi Obat-obatan
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya,
obat phenobarbital atau
luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di
sel-sel hati sehingga
bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi
direct. Ada juga
obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang
berguna untuk
mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin
bebas ke organ hati.

Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi
lain, seperti
fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi
obat-obatan ini
dikurangi bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah
mengantuk. Akibatnya,
bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga
dikhawatirkan terjadi
kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu
peningkatan bilirubin.
Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi
pilihan utama untuk
menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan
fototerapi si kecil sudah
bisa ditangani.

4. Menyusui Bayi dengan ASI

Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urin.
Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti
diketahui, ASI memiliki
zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar
buang air besar dan
kecilnya. Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di
bawah pengawasan dokter
karena pada beberapa kasus, ASI justru meningkatkan
kadar bilirubin bayi
(breast milk jaundice). Di dalam ASI memang ada
komponen yang dapat
mempengaruhi kadar bilirubinnya. Sayang, apakah
komponen tersebut belum
diketahui hingga saat ini.

Yang pasti, kejadian ini biasanya muncul di minggu
pertama dan kedua
setelah bayi lahir dan akan berakhir pada minggu ke-3.
Biasanya untuk
sementara ibu tak boleh menyusui bayinya. Setelah
kadar bilirubin bayi
normal, baru boleh disusui lagi.

5. Terapi Sinar Matahari

Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi
tambahan. Biasanya
dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah
sakit. Caranya, bayi
dijemur selama setengah jam dengan posisi yang
berbeda-beda. Seperempat jam
dalam keadaan telentang, misalnya, seperempat jam
kemudian telungkup.
Lakukan antara jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu
dimana sinar surya
efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam
tujuh, sinar ultraviolet
belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan
kekuatannya sudah
terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit.

Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke
matahari karena dapat
merusak matanya. Perhatikan pula situasi di
sekeliling, keadaan udara harus
bersih.

DUA JENIS KUNING

Hiperbilirubin, tutur Dewi, dibagi menjadi dua, yakni
ikterus neonatus
fisiologis dan ikterus neonatus patologis.

1. Ikterus neonatus fisiologis (hiperbilirubin karena
faktor fisiologis)
merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru
lahir. Terjadi pada
2-4 hari setelah bayi lahir, dan akan "sembuh" pada
hari ke-7. Penyebabnya
organ hati yang belum "matang" dalam memproses
bilirubin. Jadi,
hiperbilirubin karena faktor fisiologis hanyalah
gejala biasa. Meski
begitu, orang tua harus tetap waspada. Bisa saja di
balik itu terdapat
suatu penyakit.

2. Ikterus neonatus patologis; hiperbilirubin yang
dikarenakan faktor
penyakit atau infeksi. Misalnya akibat virus
hepatitis, toksoplasma,
sifilis, malaria, penyakit/kelainan di saluran empedu
atau ketidakcocokan
golongan darah (rhesus).
Hiperbilirubin yang disebabkan patologis biasanya
disertai suhu badan yang
tinggi (demam) atau berat badan tak bertambah.
Biasanya bayi kuning
patologis ditandai dengan tingginya kadar bilirubin
walau bayi sudah
berusia 14 hari.

[balita-anda] tanya bayi hampir 40 hari masih kuning
Setiawati
Sun, 09 Jul 2006 21:16:22 -0700



Dear moms n dads, 
Ada titipan dari sepupu aku nih 
Anak pertamanya kan udah berusia  hampir 40 hari tapi
sampe sekarang kok
masih kuning 
Udah di tes bilirubinnnya masih diatas 10 yaitu 13. 
Ga ada tindakan apa2 dari DSAnya katanya suruh
dipantau aja 
Berat badannya dalam sebulan ini udah naik 1,7 kilo
(lahir 3,1 kg)
Sebagai informasi anaknya juga suka rewel 
Kira-kira gejala apa ya? Mohon sharingnya barangkali
ada yang punya
pengalaman ? 


Tks 
Wati-bundasasha 










Uci mamaKavin
http://oetjipop.multiply.com

Send instant messages to your online friends
http://uk.messenger.yahoo.com 

------------------------------------------------------------------------
--
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]


--------------------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
unsubscribe dari milis, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke