Nih ada artikel yg bagus nich...

Ketika Itu, 20 Oktober
Mengenang Keikhlasan BJH
Oleh : Asro Kamal Rokan



Rabu, 20 Oktober 2004, insya Allah, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf
Kalla akan dilantik sebagai presiden dan wapres RI. Lima tahun lalu,
pada hari dan tanggal yang sama, tepatnya Rabu 20 Oktober 1999 pukul
08.40, Bacharuddin Jusuf Habibie (BJH)--dengan wajah cerah dan penuh
senyum--menyampaikan pernyataan penting.


Inilah pernyataan itu: Wakil-wakil rakyat telah menyimpulkan, saya tidak
mampu melaksanakan tugas yang diberikan. Sehubungan dengan itu, saya
Bacharuddin Jusuf Habibie menyatakan bahwa saya tidak menyanggupi
menerima pencalonan saya sebagai presiden masa bakti 1999-2004.


Suasana di ruang belakang rumah Pak BJH mendadak sunyi, tapi setiap hati
tentulah berbicara. Ia melanjutkan, ''Saya menyerukan kepada
saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air, untuk tetap menjaga
ketenteraman dan ketenangan, serta menghindarkan diri dari tindak
kekerasan, yang dapat mengganggu sendi-sendi persatuan dan kesatuan
bangsa dan terselenggaranya berbagai agenda reformasi.''


Saya tak dapat melupakan saat penting itu. Selasa (19/10) malam, pidato
pertanggungjawaban BJH ditolak MPR dengan selisih hanya 33 suara, dari
total 690 suara. Ketika Ketua MPR Amien Rais mengumumkan hasil voting,
para pemenang--termasuk anggota Golkar, partai yang ikut dibesarkannya
dan resmi mencalonkannya--bertepuk tangan. Mereka girang. Bahkan ada
yang berteriak, ''Hidup Megawati ...!''


Dini hari 20 Oktober itu, beberapa tokoh berkumpul di rumah Pak BJH.
Beberapa di antaranya meminta BJH tetap maju karena konstitusi tak
melarangnya. Namun, Pak BJH tetap tak bersedia. Ia tahu etika. Dan, Rabu
pagi, Pak BJH dengan sangat tenang mengumumkan pernyataan menolak
dicalonkan. Ia tak kecewa, karena, ''Saya telah berusaha. Allah yang
menentukannya.''


Sidang Umum MPR itu sesungguhnya pembantaian. Para politisi kasak-kusuk
mempermalukan Pak BJH. Bahkan mereka menolak berdiri saat Pak BJH masuk
ke ruang sidang paripurna. Alasan mereka, posisi MPR lebih tinggi dari
presiden. Saya tak tahu apakah mereka kini merasa malu dengan sikap
kekanak-kanakan itu, sebab setelah Pak BJH jatuh, mereka kembali
berdiri.


Tapi Pak BJH tidak marah. Ia justru mengajarkan etika. Ia melangkah
tenang dan menyatakan terima kasih pada MPR dan mengucapkan selamat
kepada presiden terpilih Abdurrahman Wahid dan wapres Megawati.


Usai serah terima jabatan, di pintu keluar gedung Nusantara V, saya
salami Pak BJH dan menyampaikan perasaan hati saya. Pak BJH justru
tenang. ''Gus Dur dan Megawati dipilih secara demokratis. Dukunglah
mereka, saya percaya mereka akan membawa kemajuan bangsa ini,'' katanya
singkat dan sangat merdu didengar.


Saya mengenal Pak BJH sejak menjadi menristek/kepala BPPT. Kami
berkali-kali berbincang soal politik di ruangannya yang penuh replika
pesawat. Dari situ saya tahu raut wajahnya saat marah atau senang. Malam
itu, usai serah terima jabatan dan plat mobil RI-1 dicopot, pengawalan
tidak lagi ketat, wajah Pak BJH terlihat cerah. Ia ikhlas. Sambil
berlalu, terngiang di telinga saya ucapannya dahulu: Saya ini
tertendang-tendang di dunia politik.


Pak BJH adalah korban para petualang politik. Mereka tidak peduli atas
sukses BJH untuk kepentingan rakyat: Dalam waktu 512 hari, angka inflasi
turun, posisi rupiah kuat dari Rp 15.000 menjadi Rp 6.500 (sampai saat
ini angka itu tidak lagi tercapai), pemilu berlangsung demokratis
setelah 1955, pers bebas, hak bersuara bebas, hak berserikat bebas, dan
status Timtim terselesaikan. BJH dikecam karena Timtim lepas, namun
pemerintah berikutnya menikmati keputusan yang dianggap salah itu.


Pak BJH tidak marah apalagi mutung. Kini ia menghabiskan masa tuanya
bersama istrinya tercinta, Ibu Hasri Ainun. Mendirikan Habibie Center
untuk kepentingan demokrasi. BJH tenang karena dia negarawan. Saat-saat
peralihan kekuasaan sekarang ini, saya terkenang keikhlasan Pak BJH.
Keikhlasan membuat lelaki bertubuh kecil itu begitu besar dan gagah saat
melangkah meninggalkan kekuasaan. Ia tahu kekuasaan ibarat pilot
pesawat, yang pada saatnya harus turun dan diganti. Lalu, untuk apa
ditangisi?


Kekuasaan sering sekali berubah menjadi berhala. Mereka memuja dan
tunduk pada kehendaknya. Ketika kekuasaan lepas, mereka merasa
terpelanting di sudut gelap dan sempit, merasa tidak lagi dipedulikan,
dikhianati, dan diperlakukan tidak adil. Mereka lupa, kekuasaan adalah
ruang terbuka, yang setiap orang dapat melihat dan memberikan penilaian.
Orang ikhlas tidak menyalahkan orang lain, apalagi merasa dikhianati.
Peribahasa Melayu sangat bijak mengatakan: Awak tak pandai menari,
jangan lantai disalahkan.


Pak BJH telah memberikan teladan, yang mengajarkan kepada kita bahwa
kekuasaan dapat menjadi berhala dan itu artinya menduakan Allah, pemilik
kekuasaan sesungguhnya. Tak banyak orang seikhlas BJH, dan karena
itu--di saat peralihan kekuasaan sekarang ini--banyak orang mengenang
dan merindukannya. Seorang negarawan akan tetap dihormati, dikenang, dan
dirindukan.
------------------------------------------------------------------------
----









---------------------------------------------------------------------

DUKUNG situs Balita-Anda.Com sebagai Situs Terbaik Wanita & Anak 2004-2005 versi 
Majalah Komputer Aktif, dengan ketik: POLL ST WAN 2
ke nomor 8811, selama 16 Okt sd. 30 Nov. 2004.
Raih sebuah ponsel SonyEricsson K500i, dua buah ponsel Nokia 3100 dan 10 paket 
merchandise komputerakt!f bagi para peserta polling yang beruntung. Satu nomor ponsel 
hanya berhak memberikan satu suara dukungan untuk tiap kategorinya. Polling ini 
berlaku untuk pelanggan Telkomsel, Indosat maupun Excelcom dengan tarif Rp 1.500. 

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke