Iya.. anaku Kika 3th, udah masuk Playgroup deket rumah sih... dia udh bisa 
alfabet tp sampai huruf2 t'tentu aja.. angka udah bisa 70%... selama ini aku 
sih gak tlalu maksain banget... tapi justru hutuf arab kok dia bisa afal semua 
en cepet lagi, maminya aja kalah :( kadang suka gimana gitu denger tmen yg 
pengen anaknya hebat disegala hal... ada yg anaknya br 4th di TK A mau 
dimasukin Kumon, simpoa sama les bhs inggris.. malah skrg denger mau dimasukin 
sekolah musik... aduuuhhh, kalo anaknya sanggup mah gpp lha, kalo nggak? 

-----Original Message-----
From: Enny Wisnu Anggraheni [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 09 Nopember 2006 14:08
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: RE: [balita-anda] Ajari bayi anda membaca & matematika sambil
bermain! [Virus Checked]


ini dia tulisan beliau.............
maaf kalau sudah pernah diposting....diposting lagi...dan lagi...biar anak2 
kita gak jadi korban.........:)


ANAK-ANAK KARBITAN

Oleh Dewi Utama Faizah*)

*) Dewi Utama Faizah, bekerja di Direktorat pendidikan TK dan SD Ditjen 
Dikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut Pengembangan Pendidikan 
Karakter divisi dari Indonesia Heritage Foundation.

 

Anak-anak yang digegas

Menjadi cepat mekar

Cepat matang

Cepat layu...

 

Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana mana 
orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang 
ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak mereka pelayanan pendidikan 
yang baik. Taman kanak-kanak pun berdiri dengan berbagai rupa, di kota hingga 
ke desa. Kursus-kursus kilat untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai 
tempat. Tawaran berbagai macam bentuk pendidikan ini amat beragam. Mulai dari 
yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya. Dari kursus yang dapat 
membuat otak anak cerdas dan pintar berhitung, cakap berbagai bahasa, hingga 
fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia 
pendidikan saat ini betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh tawaran 
yang menggiurkan yang terkadang menguras isi kantung orangtua ... 

 

Captive market I

Kondisi diatas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kita amati 
lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi di intenet dan lileratur yang 
ada tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usia dini, maka kita akan 
terkejut! Saat ini hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi 
anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Di samping ketidak patutan yang 
dilakukan oleh orang tua akibat ketidaktahuannya!

 

Anak-Anak Yang Digegas...

Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap anak. Di 
antaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan intelektual 
secara dini. Akibatnva bermunculanlah anak-anak ajaib dengan kepintaran 
intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani akselerasi dalam 
pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapan-kecakapan akademik dl dalam 
dan di luar sekolah.

 

Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan ini terjadi 
pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada seorang 
anak yang bernama William James Sidis, putra scorang psikiater. Kecerdasan 
otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupun usianya masih 11 
tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. 
Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang 
terjadi kemudian ? James Thurber seorang wartawan terkemuka. pada suatu hari 
menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. 
Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum 
pada bcberapa waktu silam.

 

Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada 
scorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, dimana seorang 
Ibu yang bemama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimen menyiapkan 
lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif anaknya sejak si anak 
masih benapa janin. Baru saja bayi itu lahir ibunya telah memperdengarkan suara 
musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajak berbicara dengan mcnggunakan 
bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar dan 
kosa kata baru. Hasilnya sungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun Edith telah 
dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun Edith telah 
menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica. Usia 6 tahun ia membaca enam buah 
buku dan Koran New York Times setiap harinya. Usia 12 tahun dia masuk 
universitas. Ketika usianya menginjak 15 lahun la menjadi guru matematika di 
Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius 
karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak berhingga. Namun khabar 
Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia dewasa. Banyak kesuksesan 
yang diraih anak saat ia mcnjadi anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam 
kehidupan anak ketika ia menjadi manusia dewasa.

 

Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang berhasil 
mengguncang dunia 

dengan pcnemuannya. Di saat mereka kecil mereka hanyalah anak-anak biasa yang 
terkadang juga dilabel sebagai murid yang dungu. Seperti halnya Einsten yang 
mengalami kesulitan belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal 
yang suka melamun. 

 

Selama berpuluh-puluh tahun orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di masa 
depan sangat ditentukan oleh faktor kogtutif. Otak memang memiliki kemampuan 
luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu banyak orangtua dan para 
pendidik tergoda untuk melakukan "Early Childhood Training". Era pemberdayaan 
otak mencapai masa keemasanmya. Setiap orangtua dan pendidik berlomba-lomba 
menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super (Superkids). Kurikulum 
pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan 
otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja. 
Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam proses 
pendidikan di sekolah sangat mencolok. Hal ini terjadi sekarang dimana-rnana, 
di Indonesia....

 

"Early Ripe, early Rot...!"

Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun 1960 di 
Amerika. Saat orangtua dan para professional merasakan pentingnya pendidikan 
bagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa apabila mereka tidak segera 
mengajarkan anak-anak mereka berhitung, membaca dan menulis sejak dini maka 
mereka akan kehilangan "peluang emas" bagi anak-anak mereka selanjutnya. Mereka 
memasukkan anak-anak mereka sesegera mungkin ke Taman Kanak­Kanak (Pra 
Sekolah). Taman Kanak-kanak pun dengan senang hati menerima anak-anak yang 
masih berusia di bawah usia 4 tahun. Kepada anak-anak ini gurunya membelajarkan 
membaca dan berhitung secara formal sebagai pemula. 

 

Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amcrika sudah 
dirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Mulailah "Era 
Headstart" merancah dunia pendidikan. Para akademisi begitu optimis untuk 
membelajarkan wins dan matematika kepada anak sebanyak dan sebisa mereka (tiada 
berhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak tentang anak, apa yang mereka 
butuhkan dan inginkan sebagai anak. 

 

Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri dengan pernyataan Jerome Bruner, 
seorang psikolog dari Harvard University yang menulis sebuah buku terkenal " 
The Process of Education" pada lahun 1960, la menyatakan bahwa kompetensi anak 
untuk belajar sangat tidak berhingga. Inilah buku suci pendidikan yang 
mereformasi kurikulum pendidikan di Amerika. "We begin with the hypothesis that 
any subject can be taught effectively in some intellectually honest way to any 
child at any stage of development".

Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang di salahartikan oleh banyak 
pendidik, yang akhirnya menjadi bencana! Pendidikan dilaksanakan dengan cara 
memaksa otak kiri anak sehingga membuat mereka cepat matang dan cepat busuk... 
early ripe, early rot!

 

Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga usia SD. Di 
rumah para orangtua kemudian juga melakukan hal yang sama, yaitu mengajarkan 
sedini mungkin anak-anak mereka membaca ketika Glenn Doman menuliskan kiat-kiat 
praktis membelajarkan bayi membaca.

 

Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan konsep 
"kesiapan-readiness" dalam ilmu psikologi perkembangan temuannya yang mendapat 
banyak decakan kagum. Ia berpendapat tentang "biological limitiions on 
learning'. Untuk itu ia menekankan perlunya dilakukan intervensi dini dan 
rangsangan inlelektual dini kepada anak agar mereka segera siap belajar apapun. 

 

Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di sekolah 
membuat anak­anak menjadi cepat mekar. Anak -anak menjadi "miniature orang 
dewasa ". Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga bertingkah polah sebagaimana 
layaknya orang dewasa. Mereka berpakaian seperti orang dewasa, berlaku pun juga 
seperti orang dewasa. Di sisi lain media pun merangsang anak untuk cepat mekar 
terkait dengan musik, buku, film, televisi, dan internet. Lihatlah maraknya 
program teve yang belum pantas ditonton anak-anak yang ditayangkan di pagi atau 
pun sore hari. Media begitu merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar 
orang dewasa. sebagai seksual promosi yang menyesatkan. Pendek kata media telah 
memekarkan bahasa. berpikir dan perilaku anak lumbuh kembang secara cepat. 

 

Tapi apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak? Apakah faktor 
emosi dan perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan seperti halnya 
kecerdasan? Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu dan ritmenya sendiri 
yang tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa saja anak terlihat berpenampilan 
sebagai layaknya orang dewasa, tetapi perasaan mereka tidak seperti orang 
dewasa. Anak-anak memang terlihat tumbuh cepat di berbagai hal tetapi tidak di 
semua hal. Tumbuh mekarnya emosi sangat berbeda dengan tumbuh mekarnya 
kecerdasan (intelektual) anak. Oleh karena perkembangan emosi lebih rumit dan 
sukar, terkait dengan berbagai keadaan, Cobalah perhatikan, khususnva saat 
perilaku anak menampilkan gaya "kedewasaan ", sementara perasaannya menangis 
berteriak sebagai "anak".

 

Seperti sebuah lagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas seorang anak 
laki-laki "Heintje" di era tahun 70-an... I'm Nobody'S Child

I'M NOBODY'S CHILD   

I'M nobody's child I'm nobodys child

Just like aflower I'm growing wild

No mommies kisses 

and no daddv's smile           

Nobody's louch me I'm nobody's child

 

Dampak Berikutnya Terjadi... ketika anak memasuki usia remaja

Akibat negatif lainnya dari anak-anak karbitan terlihat ketika ia memasuki usia 
remaja. Mereka tidak segan-segan mempertontonkan berbagai macam perilaku yang 
tidak patut. Patricia 0' Brien menamakannya sebagai "The Shrinking of 
Childhood'. " Lu belum tahu ya... bahwa gue telah melakukan segalanya", begitu 
pengakuan seorang remaja pria berusia 12 tahun kepada teman-temannya. "Gue tahu 
apa itu minuman keras, drug, dan seks " serunya bangga.

 

Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan memperlihatkan bagaimana 
pengaruh tekanan dini pada anak akan menyebabkan berbagai gangguan kepribadian 
dan emosi pada anak. Oleh karena ketika semua menjadi cepat mekar.... kebutuhan 
emosi dan sosial anak jadi tak dipedulikan! Sementara anak sendiri membutuhkan 
waktu untuk tumbuh, untuk belajar dan untuk berkembang, .... sebuah proses 
dalam kehidupannya !

 

Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisan menengah ke atas yang 
berkarier di luar rumah tidak menuliki waktu banyak dengan anak-anak mereka. 
Atau pun jika si ibu berkarier di dalam rumah, ia lebih mengandalkan tenaga 
"baby sitter" sebagai pengasuh anak-anaknva. Colette Dowling menamakan ibu-ibu 
muda kelompok ini sebagai "Cinderella Syndrome" yang senang window shopping, 
ikut arisan, ke salon memanjakan diri, atau menonton telenovela atau buku 
romantis. Sebagai bentuk ilusi rnenghindari kehidupan nyata vang mereka jalani.

 

Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak mereka bersekolah di lembaga 
pendidikan yang mahal, ikut berbagai kegiatan kurikuler, ikut berbagai Ies, dan 
mengikuti berbagai arena, seperti lomba penyanyi cilik, lomba model ini dan 
itu. Para orangtua ini juga sangat bangga jika anak-anak mereka superior di 
segala bidang, bukan hanya di sekolah. Sementara orangtua yang sibuk juga 
mewakilkan diri mereka kepada baby sitter terhadap pengasuhan dan pendidikan 
anak­-anak mereka. Tidak jarang para baby sitter ini mengikuti pendidikan 
parenting di Iembaga pendidikan eksekutif sebagai wakil dari orang tua.

 

ERA SUPERKIDS

Kecenderungan orangtua menjadikan anaknva "be special " daripada "be average or 
normal sernakin marak terlihat. Orangtua sangat ingin anak-anak mereka menjadi 
"to exel to be the best". Sebetulnya tidak ada yang salah. Nanun ketika 
anak-anak mereka digegas untuk mulai mengikuti berbagai kepentingan orangtua 
untuk menyuruh anak mereka mengikuti beragam kegiatan, seperti kegiatan mental 
aritmatik, sempoa, renang, basket, balet, tari ball, piano, biola, melukis, dan 
banyak lagi lainnya...maka lahirlah anak-anak super---"SUPERKIDS'". Cost 
merawat anak supcrkids ini sangat mahal.

 

Era Superkids berorientasi kepada "Competent Child". Orangtua saling 
berkompetisi dalam mendidik anak karena mereka percaya "earlier is better". 
Semakin dini dan cepat dalam menginvestasikan beragam pengetahuan ke dalam diri 
anak mereka, maka itu akan semakin baik. Neil Posmant seorang sosiolog Amerika 
pada tahun 80-an meramalkan bahwa jika anak-anak tercabut dari masa 
kanak-kanaknya, maka lihatlah...ketika anak-anak itu menjadi dewasa, maka ia 
akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan!

 

BERBAGAI GAYA ORANGTUA

Kondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak ini telah melahirkan berbagai 
gaya orangtua (Parenting Style) yang melakukan kesalahan -"miseducation" 
terhadap pengasuhan pendidikan anak-anaknya.

Elkind (1989) mengelompokkan berbagai gaya orangtua dalam pengasuhan, antara 
lain:  

 

Gourmet Parents-- (ORTU B0RJU)

Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Memiliki rumah bagus, mobil 
mewah, liburan ke tempat-tempat yang eksotis di dunia, dengan gaya hidup 
kebarat-baratan. Apabila menjadi orangtua maka mereka akan cenderung merawat 
anak-anaknya seperti halnya merawat karier dan harta mereka. Penuh dengan 
ambisi! Berbagai macam buku akan dibaca karena ingin tahu isu-isu mutakhir 
tentang cara mengasuh anak. Mereka sangat percaya bahwa tugas pengasuhan yang 
baik seperti halnya membangun karier, maka "superkids" merupakan bukti dari 
kehebatan mereka sebagai orangtua.

 

Orangtua kelompok ini memakaikan anak-anaknva baju-baju mahal bermerek 
terkenal, memasukkannya ke dalam program-program eksklusif yang prestisius. 
Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah diajak tamasya 
keliling dunia mendampingi orangtuanya. Jika suatu saat kita melihat sebuah 
sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek mobil terkenal, 
maka itulah sekolah dimana banyak kelompok orangtua "gourmet " atau- kelompok 
borju menyekolahkan anak-anaknya.

 

 

College Degree Parents --- (ORTU INTELEK)

Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah ke atas. 
Mereka sangat pcduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sering melibatkan diri 
dalam barbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya membantu membuat majalah 
dinding, dan kegiatan ekstra kurikular lainnya. Mereka percaya pendidikan yang 
baik merupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadang mereka juga tergiur 
menjadikan anak-anak mereka "Superkids ", Apabila si anak memperlihatkan 
kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang mereka juga memasukkan anak-anaknya 
ke sekolah mahal yang prestisius sebagai buku bahwa mereka mampu dan percaya 
bahwa pendidikan yang baik tentu juga harus dibayar dengan pantas.

Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum yang 
dilaksanakan di sekolah anak anaknya. Dan dalam banyak hal mereka banyak 
membantu dan peduli dengan kondisi sekolah,

 

 

Gold Medal Parents --(ORTU SELEBRITIS)

Kelompok ini adalah kelompok orangtua Yang menginginkan anak-anaknya menjadi 
kompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknya ke 
berbagai kompctisi dan gelanggang. Ada gelanggang ilmu pengetahuan seperti 
Olimpiadc matematika dan sains yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia. 
Ada juga gelanggang seni seperti ikut menyanyi, kontes menari, terkadang kontes 
kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat meraih 
kemenangan dan merijadi "seorang Bintang Sejati ". Sejak dini mereka persiapkan 
anak-anak mereka menjadi "Sang Juara", mulai dari juara renang, menyanyi dan 
melukis hingga none abang cilik kelika anak-anak mereka masih berusia TK. 

 

Sebagai ilustrasi dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padang puluhan 
anak-anak TK baik laki-laki maupun perempuan tengah menunggu di mulainya lomba 
pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan acara yang molor 
menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta.Anak-anak mulai resah, berkeringat, 
mata memerah karena keringat melelehi mascara mata kecil mereka. Para orangtua 
masih bersemangat, membujuk anak-anaknya bersabar. 

 

Mengharapkan acara segera di mulai dan anaknya akan kelular sebagai pemenang. 
Sementara pihak penyelenggara mengusir panas dengan berkipas kertas.Banyak 
kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku ambisi kelompok gold 
medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-an seorang gadis kecil pesenam 
usia TK rnengalami kelainan tulang akibat ambisi ayahnya yang guru olahraga. 
Atau kasus "bintang cilik" Yoan Tanamal yang mengalami tekanan hidup dari dunia 
glamour masa kanak-kanaknya. Kemudian menjadikannya pengguna dan pengedar 
narkoba hingga menjadi penghuni penjara. Atau bintang cilik dunia Heintje yang 
setelah dewasa hanya menjadi pasien doktcr jiwa. Gold medal parent menimbulkan 
banyak bencana pada anak-anak mereka!

 

Pada tanggal 26 Mei lalu kita sasikan di TV bagaimana bintang cilik "Joshua " 
yang bintangnya mulai meredup dan mengkhawatirkan orangtuanya. Orangtua Joshua 
berambisi untuk kembali menjadikan anaknya seorang bintang dengan kembali 
menggelar konser tunggal. Sebagian dari kita tentu masih ingat bagaimana lucu 
dan pintarnya.Joshua ketika berumur kurang 3 tahun. Dia muncul di TV sebagai 
anak ajaib karena dapat menghapal puluhan nama-nama kepala negara. kemudian di 
usia balitanya dia menjadi penyanyi cilik terkenal. Kita kagum bagaimana 
seorang bapak yang tamatan SMU dan bekerja di salon dapat membentuk dan 
menjadikan anaknya seorang "superkid "--seorang penyanyi sekaligus seorang 
bintang film,....

 

Do-it Yourself Parents 

Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan menyatu 
dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayanan professional di bidang sosial 
dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempat ibadah., di 
Posyandu dan di perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di 
sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan sesuai dengan keuangan mereka. 
Walaupun begitu kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikan anak-anaknya 
"Superkids"--earlier is better". Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka 
diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkan merawat dan memelihara 
hewan atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini merupakan kelompok 
penyayang binatang, dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.

 

 

Outward Bound Parents--- (ORTU PARANOID)

Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat 
memberi kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan mereka 
sederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh dengan permusuhan. 
Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya. Jika mereka 
menyekolahkan anak-anaknya maka mereka Iebih memilih sekolah yang nyaman dan 
tidak melewati tempat-tempat tawuran yang berbahaya. Seperti halnya Do It 
Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja juga terkadang terpengaruh 
dan menerima konsep "Superkids " Mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi 
anak-anak yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam 
marabahaya. Terkadang mereka melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, 
seperti memasukkan anak-anaknya "Karate, Yudo, pencak Silat" sejak dini. 
Ketidakpatutan pemikiran kelompok ini dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa 
mereka terlalu berlebihan melihat marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah 
panik dan ketakutan melihat situasi yang selalu mereka pikir akan membawa 
dampak buruk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka menjadi "steril" dengan 
lingkungannya.

 

Prodigy Parents --(ORTU INSTANT)

Merupakan kelompok orangtua yang sukscs dalam karier namun tidak memiliki 
pendidikan yang cukup. Merceka cukup berada, narnun tidak berpendidikan yang 
baik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakat 
scmata. Oleh karena itu mercka juga memandang sekolah dengan sebelah mata, 
hanya sebagai kekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya. 'Tidak 
kalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan hebat dan sukses 
seperti mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti apa yang cocok diberikan 
kepada anak-­anaknya. Oleh karena itu mereka sangat mudah terpengaruh kiat-kiat 
atau cara unik dalam mendidik anak tanpa bersekolah. Buku-buku instant dalam 
mendidik anak sangat mereka sukai. Misalnya buku tentang "Kiat-Kiat Mengajarkan 
bayi Membaca" karangan Glenn Doman, atau "Kiat-Kiat Mengajarkan Bayi Matematika 
" karangan Siegfried, "Berikan Anakmu pemikiran Cemerlang " karangan Therese 
Engelmann, dan "Kiat-Kiat Mengajarkan Anak Dapat Membaca Dalam Waktu 6 Hari " 
karangan Sidney Ledson

 

Encounter Group Parents--(ORTU NGERUMPI)

Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka 
terkadang cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadang tidak 
memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang mereka juga merupakan 
kelompok orangtua yang kurang bahagia dalam perkawinannya. Mereka menyukai dan 
sangat mementingkan nilai-nilai relationship dalam membina hubungan dengan 
orang lain. Sebagai akibatnya kelompok ini sering melakukan ketidakpatutan 
dalam mendidik anak-­anak dengan berbagai perilaku "gang ngrumpi" yang 
terkadang mengabaikan anak. Kelompok ini banyak membuang-buang waktu dalam 
kelompoknya sehingga mengabaikan fungsi mereka sebagai orangtua. Atau pun jika 
mereka memiliki aktivitas di kelompokya lebih berorientasi kepada kepentingan 
kelompok mereka. Kelompok ini sangat mudah terpengaruh dan latah untuk 
memilihkan pendidikan bagi anak-anaknya. Menjadikan anak-anak mereka sebagai 
"Superkids" juga sangat diharapkan. Namun banyak dari anak-anak mereka biasanya 
kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan. Namun banyak dari 
anak-anak mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan.

 

Milk and Cookies Parents-(ORTU IDEAL)

Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yang 
bahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis. Mereka 
cendcrung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengan 
tulus. Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang anak-anak mereka 
dengan penuh dukungan. Kelompok ini tidak berpeluang menjadi oraugtua yang 
melakukan "miseducation " dalam merawat dan mengasuh anak-anaknva. Mereka 
memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya dengan penuh perhatian, 
dan tumpahan cinta kasih yang tulus sebagai orang tua. 

 

Mereka memenuhi rumah tangga mercka dengan buku-buku, lukisan dan musik yang 
disukai oleh anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang makan, bersahabat dan 
menciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anak mereka untuk tumbuh mekar 
segala potensi dirinya. Anak-anak mereka pun meninggalkan masa kanak-kanak 
dengan penuh kenangan indah yang menyebabkan. Kehangatan hidup berkeluarga 
menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat pada anak untuk percaya diri dan antusias 
dalam kehidupan belajar. Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang 
menjalankan tugasnya dengan patut kepada anak-anak mereka. Mercka bcgitu yakin 
bahwa anak membutuhkan suatu proses dan waktu untuk dapat menemukan sendiri 
keistimewaan yang dimilikinya. 

 

Dengan kata lain mereka percaya bahwa anak sendirilah yang akan menemukan 
sendiri kekuatan didirinya. Bagi mereka setiap anak adalah benar-benar scorang 
anak yang hebat dengan kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik !

 

KAMU HARUS tAHU BAHWA TIADA SATU PUN YAN6 LEBIH TIN66I, AtAU LEBIH KUAT, ATAU 
LEBIH BAIK, ATAU PUN LEBIH BERHARGA DALAM KEHIDUPAN NANTI DARIPADA KENAN6AN 
INDAH ­TERUTAMA KENAN6AN MAN1S DI MASA KANAK-KANAK. KAMU MENDEN6AR BANYAK HAL 
TENTAN6 PENDIDIKAN, NAMUN BEBERAPA HAL YAN6 INDAH, KENAN6AN BERHARGA YANG 
TERSIMPAN SEJAK KECIL ADALAH MUNGKIN ITU PENDIDIKAN YANG TERBAIK. APABILA 
SESEORANG MENYIMPAN BANYAK KENAN6AN INDAN DI MASA KECILNYA, MAKA KELAK SELURUH 
KEHiDUPANNYA AKAN TERSELAMATKAN. BAHKAN APABILA HANYA ADA SATU SAJA KENAN6AN 
1NDAH YAh'6 TERSIAMPAN DALAM HATI KITA, h1AKA ITULAH KENAN6AN YAN6 AKAN 
MEMBERIKAN SATU HARI UNTUK KESELAMATAN KITA"-DESTOYEVSKY'S BROTHERS KARAM0Z0V---

 

 

PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK

Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya juga 
terlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah berorientasi kepada produk 
daripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagai sebuah "Industri" dengan 
tawaran-tawaran menarik yang mengabaikan kebutuhan anak. Ada program 
akselerasi, ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang menumpuk. 

 

Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja. Kemudian guru-guru yang sibuk 
sebagai "Operator kurikulum" dan tidak punya waktu mempersiapkan materi ajar 
karena rangkap tugas sebagai administrator sekolah Sebagai guru kelas yang 
mengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat menjadi 
"pengabar isi buku pelajaran " ketimbang menjalankan fungsi edukatif dalam 
menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu sekolah akan menggunakan 
"mesin-mesin dalam menskor" capaian prestasi yang diperoleh anak setelah 
diberikan ujian berupa potongan-potongan mata pelajaran. Anak didik menjadi 
dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sckolah. Pikiran mereka diforsir 
untuk menghapalkan atau melakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan 
sebagai anak. Manfaat apa yang mereka peroleh jika guru menyita anak membuat 
bagan organisasi sebuah birokrasi ? Manfaat apa yang dirasakan anak jika mereka 
diminta membuat PR yang menuliskan susunan kabinet yang ada di pemerintahan? 
Manfaat apa yang dimiliki anak jika ia disuruh menghapal kalimat-kalimat yang 
ada di dalam buku pelajaran ? Tumpulnya rasa dalam mencerna apa yang dipikirkan 
oleh otak dengan apa yang direfleksikan dalam sanubari dan perilaku-pcrilaku 
keseharian mereka sebagai anak menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu banyak 
tentang pengetahuan yang dilatihkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada 
dalam kurikulum persekolahan, namun mereka bingung mengimplementasikan dalam 
kehidupan nyata. Sepanjang hari mereka bersekolah di sekolah untuk sekolah--- 
dengan tugas-tugas dan PR yang menumpuk.... Namun sekolah tidak mengerti bahwa 
anak sebenarnya butuh bersekolah untuk menyongsong kehidupannya !

 

Lihatlah, mereka semua belajar dengan cara yang sama. Membangun 90 % kognitif 
dengan 10 % afektif. Paulo Freire mengatakan bahwa sekolah telah melakukan 
"pedagogy of the oppressed" terhadap anak-anak didiknya. Dimana guru mengajar 
anak diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guru berpikir 
dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anak mendengarkan, guru mendisiplin dan 
anak didisiplin, guru memilih dan mendesakkan pilihannya dan anak hanya 
mengikuti, guru bertindak dan anak hanya membayangkan bertindak lewat cerita 
guru, guru memilih isi program dan anak menjalaninya begitu saja, guru adalah 
subjek dan anak adalah objek dari proses pembelajaran (Freire, 1993). Model 
pembelajaran banking system ini dikritik habis-habisan sebagai masalah 
kemanusiaan terbesar. Belum lagi persaingan antar sekolah. dan persaingan 
ranking wilayah....

 

Mengkompetensi Anak--- merupakan `KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN ?"

"Anak adalah anugrah Tuhan... sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi citra 
anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasaYanig 
bertanggungjawab... "(Nature versus Nurture).

bagaimana ? Karena ada dua pengertian kompetensi---= ` kompetensi yang datang 
dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau kompetensi 
yang sesuai dengan kebutuhan dari dalam diri anak sendir

Sebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John Watson 
(psikolog) pada tahun 1920 yang mengatakan bahwa bayi dapat ditempa menjadi 
apapun sesuai kehendak kita-­sebagai komponen sentral dari konscp kompetensi. 
Jika bayi-bayi mampu jadi pebelajar, maka mereka juga dapat dibentuk melalui 
pembelajaran dini. 

 

Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagai berikut :

" Give me a dozen healthy infants, well formed and my own special world to 
bring them up in, and I'll guarantee you to take any one at random and train 
him to become any type of specialist I might select--doctor, lawyer, artist, 
merchant chief and yes, even beggar and thief regardless of this talents, 
penchants.,;, tendencies, vocations, and race of his ancestors ".

 

Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan "intervensi dini " setelah 
mereka melakukan serangkaian tes Inteligensi kepada anak-anaknya. Ada sebuah 
kasus kontroversi yang terjadi di Institut New Jersey pada tahun 1976. Dimana 
guru-guru melakukan serangkaian program tes untuk mengukur "Kecakapan Dasar 
Minimum (Minimum Basic Skill) "dalam mata pelajaran membaca dan matematika. 
Hasil dari pelaksanaan program ini dilaporkan kolomnis pendidikan Fred 
Hechinger kepada New York Times sebagai berikut :

`The improvement in those areas were not the result of any magic program or any 
singular teaching strategy, they were... simply proof that accountability is 
crucial and that, in the past five years, it has paid off in New Yersey".

 

Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia seperti Eleanor 
Roosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison, yang diilustrasikan sebagai 
anak-anak yang bodoh dan mengalami keterlambatan dalam akademik ketika mereka 
bersekolah di SD kelas rendah. semestinya kita dapat menyimpulkan bahwa 
pendidikan dini sangat berbahaya jika dibuatkan kompetensi-­kompetensi 
perolehan pengetahuan hanya secara kognitif. Ulah karena hingga hari ini 
sekolah belum mampu menjawab dan dapat menampilkan kompetensi emosi sosial anak 
dalam proses pembelajaran. Pendidikan anak seutuhnya yang terkait dengan 
berbagai aspek seperti emosi, sosial, kognitif pisik, dan moral belum dapat 
dikemas dalam pembelajaran di sekolah secara terintegrasi. Sementara pendidikan 
sejati adalah pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspek yang dimiliki 
anak sebagai kompetensi yang beragam dan unik untuk dibelajarkan. Bukan anak 
dibelajarkan untuk di tes dan di skor saja !. Pendidikan sejati bukanlah 
paket-paket atau kemasan pembelajaran yang berkeping-keping, tetapi bagaimana 
secara spontan anak dapat terus menerus merawat minat dan keingintahuan untuk 
belajar. Anak mengenali tumbuh kembang yang terjadi secara berkelangsungan 
dalam kehidupannya.

Perilaku keingintahuan -"curiosity" inilah yang banyak tercabut dalam sistem 
persekolahan kita.

 

Akademik Bukanlah Keutuhan Dari Sebuah Pendidikan ! "Empty Sacks will never 
stand upright"---George Eliot

 

Pendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif melalui 
kecakapan akademik semata! Sebuah pendidikan yang utuh akan membangun secara 
bersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yang dimiliki anak didiknya. 
Membelajarkan secara serempak pikiran, hati. dan pisik anak akan menumbuhkan 
semangat belajar sepanjang hidup mereka. Di sinilah dibutuhkannya peranan guru 
scbagai pendidik akadcmik dan pendidik sanubari "karakter". Dimana mereka 
mendidik anak menjadi "good and smart "-terang hati dan pikiran 

 

Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan "how learn to learn" pada anak 
didik mereka. Guru-guru yang bersemangat memberi keyakinan kepada anak didiknya 
bahwa mereka akan memperoleh kecakapan berpikir tinggi, dengan berpikir kritis, 
dan cakap memecahkan masalah hidup yang mereka hadapi sebagai bagian dari 
proses mental. Pengetahuan yang terbina dengan baik yang melibatkan aspek 
kognitif dan emosi, akan melahirkan berbagai kreativitas. 

 

Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya ber jam jam 
untuk belajar anatomi tubuh manusia.

 

Thomas Edison mengatakan bahwa "genius is 1 percent inspiration and 99 percent 
perspiration ". Semangat belajar ---"encourige' - TIdak dapat muncul tiba-tiba 
di diri anak. Perlu proses yang melibatkan hati---kesukaan dan kecintaan--- 
belajar_ Sementara di sekolah banyak anak patah hati karena gurunya yang tidak 
mencintai mereka sebagai anak.

 

Selanjutnya misi sekolah lainnya yang paling fundamental adalah mengalirkan 
"moral litermy" melalui pendidikan karakter. Kita harus ingat bahwa kecerdasan 
saja tidak cukup. Kecerdasan plus karaktcr inilah tujuan sejati sebuah 
pendidikan (Martin Luther King, Jr). lnilah keharmonisan dari pendidikan, 
bagaimana menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, antara kecerdasan hati dan 
pikiran, antara pengetahuan yang berguna dengan perbuatan yang baik ....

 

PENUTUP

Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang terang 
hati dan terang pikiran--- "good and smart "--- merupakan tugas kita bersama. 
Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja keras yang mesti dilakukan 
secara serempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnya antara guru dan 
orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini banyak yang tidak berorientasi 
kepada kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan segala potensi yang 
dimiliki anak. Atau pun jika ada yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang 
cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan faktor emosi.

 

Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini kepada 
anak. Mereka ingin anak-anak mereka menjadi "SUPERKIDS". Inilah fenomena yang 
sedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal dari lahirnya era anak-anak 
karbitan ! Lihatlah nanti...ketika anak-anak karbitan itu menjadi dewasa, maka 
mereka akan menjadi orang dewasa yang ke kanak-kanakan.

 

Hidup itu menciut

Dan mengcrdil

Bagaikan selokan kecil

Bila dilepas bebas

la merah menggejolak

Bagaikan dahsyatnva samudera luas

 

-- lqbal--­

 

 


--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]



--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke