>Teman-teman,
>
>Berikut ini lanjutan kisah dari cerita BOM gereja St. Anna kemarin,
>kita ikut doain semoga Yesi dan keluarganya pasrah dan berserah kepada
>Tuhan, juga kita doakan korban yang lainnya.
>
>Tuhan, ajarilah kami agar kami mampu berdoa seperti Yesus,
>"Ya Allah, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang telah
> mereka perbuat."
>Amin.
>
>Ibu dan Anak, Korban Kebiadaban Teroris
>
>SUNGGUH berat perjuangan Agnes Yesica Winarto (14) menahan rasa sakit.
>Gadis remaja itu terus mengerang menahan sakit setelah ledakan bom
>meremukkan kedua kakinya di Gereja Santa Anna, Minggu (22/7) pagi.
>Yesi, panggilan akrabnya, berkali-kali minta minum. "Haus, haus, minta
>minum," ucap Yesi, pelajar kelas tiga SLTP Budaya di Duren Sawit. Kedua
>bibir dan lidahnya tampak pudar. Sementara paman dan bibinya terus
>menguatkan Yesi sejak di IGD RSCM sampai dipindah ke RS St Carolus. "Ayo
>berdoa Yesi," bisik Ari Kristianto (41), paman Yesi, dengan tabah.
>Karena lukanya yang sangat parah, kaki kanan Yesi terpaksa diamputasi
>setelah mendapat persetujuan dari pihak keluarga, Minggu (22/7) pukul
>17.00. "Tulang dan dagingnya sudah hancur berserakan. Kata dokter, sudah
>tidak mungkin dikembalikan," tutur Ari Kristianto kepada Warta Kota, kemarin.
>Menurut Ari, kaki kanan keponakannya diamputasi tujuh sentimeter di bawah
>lututnya. Kaki kirinya yang patah dipasangi pen, dan gendang telinga
>kanannya pecah. "Dari lubang telinga kanannya terus keluar darah,"
>tuturnya. Syaraf mata kanannya mengalami gangguan akibat terkena serpihan
>bom yang sudah diambil dokter.
>Ibunda Yesi, Ny Nila Prawitasari (53) yang saat terjadi ledakan duduk di
>samping kiri anak satu-satunya itu, juga luka parah pada kaki kirinya,
>dan kini dipasangi pen. Luka-luka pada kaki kanannya harus dijahit.
>Pendengaran telinga kanannya juga terganggu. Ibu dan anak itu memang
>biasa pergi ke gereja bersama. Sang ayah, Bambang Winarto, saat itu kebetulan
>berada di rumah. Namun, hingga hari ketiga Yesi belum menyadari dan
>mengetahui jika 
>kaki kanannya tidak utuh lagi. Meski, kata Ari, Yesi mulai merasakan ada yang
>aneh pada kakinya. "Misalnya dia minta kaki kanannya ditaruh di atas
>bantal. Bahkan sempat Yesi minta telapak kaki kanannya digaruk karena
>gatal," tutur Ari getir.
>Pihak keluarga dan tim medis memang sepakat tidak memberi tahu Yesi.
>Kondisi Yesi yang belum bisa bangun dari pembaringan, memungkinkan ia
>tidak bisa melihat sendiri kondisi kakinya.
>"Yesi perlu proses pendampingan. Kami mencari waktu yang tepat untuk
>memberi tahu agar ia siap menerima kenyataan. Saya sedih keponakan saya
>mengalami hal ini," katanya.
>Untuk sementara, Yesi boleh saja tidak tahu. Tapi, kakinya yang diamputasi
>adalah kenyataan yang harus diterima gadis remaja itu. Bukan saja Yesi,
>orangtua dan keluarganya pun ikut menanggung derita. Yesi adalah satu
>dari sekian banyak korban ledakan bom yang terus berjatuhan. Sementara pelaku
>peledakan bom tetap gentayangan seperti hantu, karena aparat keamanan
>tak mampu menangkapnya.
>
>(Mirmo Saptono)


>> Perusahaan Anda mau kirim bunga papan? Klik, http://www.indokado.com/papan.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]






Kirim email ke