Rekan netters,
Membaca cerita dari mba' Rien...
Ini sekedar berbagi cerita /anak boss saya di Texmaco group-Kebetulan
India asli
Usianya saat ini 3 thn-an dan satu lagi 6 thn-an Anak tsb seperti dalam
sehari2 orang berbahasa India dan Inggris.Tapi karena Ibunya dan B.S-nya
fasih berbahasa Indonesia,jadi dia juga bisa berbahasa Indonesia.Memang
terkesan membingungkan ,saat ditanya dia menjawab dengan bahasa campur2
alias gado2.Tapi dilihat dari usianya,rasanya tidak berpengaruh pada
perkembangan bicara,karena walaupun terkesan gado2 tapi bisa terarah dan
nyambung dengan lawan bicaranya.
Sekian sharing dari saya,

Trims,Mamik J Maddenuang (Mama Ghifari)

> -----Original Message-----
> From: Rien [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
> Sent: 11 Juli 2000 16:02
> To:   [EMAIL PROTECTED]
> Subject:      RE: [balita-kita] Bilingual
> 
> Rekan-rekan,
> artikel di bawah ini saya dapatkan dari arsip balita-anda
> (he-he... ngintip
> tetangga...:-)).
> 
> Dari pengalaman sehari2, dulu ada anak jerman di kantor saya
> (umur awal 3 tahun-an), pinter sekali berbahasa indo. Sampai
> lagu soundtrack film Wiro-sableng itu dia bisa loh... Ibunya
> memang bisa berbahasa indo, karena sudah lama tinggal di
> indo. Tapi biasanya ibu-bapaknya ya berbahasa jerman.
> Pembantu dan sopirnya, semua berbahasa Indonesia, plus
> Sunda. Dia berbahasa indo ke kita2 kalo datang jemput ibunya
> buat lunch. Kalo keasikan ngobrol, dan ibunya manggil, dia
> langsung menjawab dengan bahasa jerman. Kalo yang ajak
> ngobrol orang bule dgn. bahasa jerman, dia akan jawab dengan
> bahasa jerman. Suatu kali, ada orang indonesia keturunan
> india, mengajak dia bicara bahasa jerman, dia langsung
> bingung... (Mungkin begini : sungguhan nih, bisa jerman...?
> Kok nggak bule...? Aku jawab pake bahasa apa ya...?)
> 
> Saya juga pengen anak saya bisa bilingual. Bukan utk.
> aksi-aksian, tapi kenyataannya, masih banyak buku2 bagus
> yang belum diterjemahkan ke bhs. Indo. Dan pada beberapa
> kasus buku terjemahan, kalo yang menerjemahkannya tidak
> 'halus', malah jadi aneh... Nah, kalo dia bisa Inggris
> (setidaknya ngerti, lah), kan dia kelak bisa baca dari
> 'tangan pertama' buku2 bagus yang masih belum ada
> terjemahannya.....
> Mungkin saya perkenalkan inggris kalo dia sudah bisa bahasa
> Indo agak lancar ?
> 
> Buat Mbak Quinike, kayaknya malah diuntungkan, ya...
> Tuntutan lingkungan membuat alex bisa punya kapasitas ganda
> utk. belajar dua bahasa sekaligus.
> 
> Salam,
> Rien.
> 
> ------------------
> KAPAN ANAK BELAJAR BAHASA INGGRIS ?
> 
> 
> Ada anggapan, semakin muda usia semakin mudah anak belajar
> bahasa daripada orang dewasa. Ada pula yang berpendapat,
> belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan. Sementara
> yang lain bilang, keberhasilan belajar bahasa asing sangat
> ditentukan oleh motif atau kebutuhan berkomunikasi dalam
> lingkungannya. Mana yang benar? E. Kosasih, mahasiswa
> Pengajaran Bahasa pada Program Pascasarjana IKIP Bandung,
> dan wartawan Intisari A. Hery Suyono menuturkannya berikut
> ini.
> 
> Belakangan ini aneka kursus bahasa asing, terutama Inggris,
> kian semarak. Tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga
> anak-anak. Lembaga persekolahan pun tak mau ketinggalan
> zaman. Pengajaran bahasa Inggris yang semula hanya dikenal
> di tingkat SMTP, kini diberikan kepada siswa SD, bahkan
> murid Sekolah Taman Kanak-Kanak.
> 
> Fenomena seperti itu antara lain terpacu oleh obsesi orang
> tua yang menghendaki anaknya cepat bisa berbahasa asing.
> Mereka berpandangan, semakin dini anak belajar bahasa asing,
> semakin mudah ia menguasai bahasa itu. Lalu, bagaimana
> pendapat para pakar bahasa?
> 
> Masa emas belajar bahasa
> Beberapa pakar bahasa mendukung pandangan "semakin dini anak
> belajar bahasa asing, semakin mudah anak menguasai bahasa
> itu".
> Misalnya, McLaughlin dan Genesee menyatakan bahwa anak-anak
> lebih cepat memperoleh bahasa tanpa banyak kesukaran
> dibandingkan
> dengan orang dewasa.
> 
> Demikian pula Eric H. Lennenberg, ahli neurologi,
> berpendapat bahwa sebelum masa pubertas, daya pikir (otak)
> anak lebih lentur. Makanya, ia lebih mudah belajar bahasa.
> Sedangkan sesudahnya akan makin berkurang dan pencapaiannya
> pun tidak maksimal.
> 
> Dr. Bambang Kaswanti Purwo, ketua Program Studi Linguistik
> Terapan Bahasa Inggris, Universitas Katolik Atma Jaya,
> Jakarta, dalam tulisannya Pangajaran Bahasa Inggris di SD
> dan SMTP, menyebut bahwa usia 6 - 12 tahun, merupakan masa
> emas atau paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa
> ibu (bahasa pertama). Alasannya, otak anak masih plastis dan
> lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus.
> 
> Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara
> otomatis. Cukup dengan pemajanan diri (self-exposure) pada
> bahasa tertentu, misalnya ia tinggal di suatu lingkungan
> yang berbahasa lain dari bahasa ibunya, dengan mudah anak
> akan dapat menguasai bahasa itu.
> 
> Masa emas itu sudah tidak dimiliki oleh orang dewasa. Namun,
> bukan berarti orang dewasa tidak mampu menguasai bahasa
> kedua (bahasa asing). Lenneberg mengemukakan, orang dewasa
> dengan inteligensia rata-rata pun mampu mempelajari bahasa
> kedua selewat usia 20 tahun. Bahkan ada yang mampu
> belajar         berkomunikasi bahasa asing pada usia 40
> tahun.
> 
> Kenyataan itu tidaklah bertentangan dengan hipotesis
> mengenai batasan usia untuk penguasaan bahasa karena
> penataan bahasa pada otak sudah terbentuk pada masa
> kanak-kanak. Hanya saja lewat masa pubertas terjadi
> "hambatan pembelajaran bahasa" (language learning blocks).
> "Jadi, maklum bila belajar bahasa selewat masa pubertas,
> justru lebih repot daripada ketika usia lima belas atau lima
> tahun," ujar Bambang.
> 
> Pada penguasaan bahasa pertama dikenal istilah "masa kritis"
> (critical period). Pada penguasaan bahasa kedua (bahasa
> asing) terdapat istilah "masa peka" (sensitive period).
> Berdasarkan penelitian Patkowski, masa peka penguasaan
> sintaksis bahasa asing adalah masa sampai usia 15 tahun.
> Anak yang dihadapkan pada bahasa asing sebelum usia 15 tahun
> mampu menguasai sintaksis bahasa asing seperti penutur asli.
> Sebaliknya, pada orang dewasa hampir tak mungkin aksen
> bahasa asing dapat dikuasai.
> 
> Lebih detail dipaparkan oleh peneliti lain. Penelitian
> Fathman terhadap 200 anak berusia 6 - 15 tahun yang belajar
> bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di sekolah di AS,
> menunjukkan bahwa anak yang lebih muda (usia 6 - 10 tahun)
> lebih berhasil pada penguasaan fonologi (tata bunyi) bahasa
> Inggris. Sedangkan pada anak lebih tua (11 - 15 tahun) lebih
> berhasil pada penguasaan morfologi (satuan bentuk bahasa
> terkecil) dan sintaksisnya (susunan kata dan kalimat).
> 
> Masih tentang penguasaan aspek tertentu dari bahasa asing
> dalam kaitannya dengan faktor usia, Scovel menyebutkan,
> kemampuan untuk menguasai aksen bahasa asing berakhir
> sekitar usia 10 tahun. Sedangkan penguasaan kosa kata dan
> sintaksis, menurut catatannya, tidak mengenal batasan usia.
> 
> Pro-kontra periode kritis
> Masa ideal anak belajar bahasa bertolak dari apa yang
> disebut periode kritis bagi penguasaan bahasa ibu. Periode
> kritis sebenarnya masih berupa hipotesis bahwa dalam
> perjalanan hidup manusia terdapat jadwal biologis yang
> menentukan masa-masa kegiatan seseorang (Brown,1994).
> 
> Periode kritis sering dihubung-hubungkan dengan proses
> pembelahan antara otak kiri dengan otak kanan. Hasil
> penelitian neurologis menyebutkan, pada usia menjelang
> dewasa, fungsi-fungsi kemanusiaan terbagi atas dua bagian.
> Fungsi intelektual, logika, analisis, dan kemampuan
> berbahasa berada pada otak bagian kiri. Sedangkan fungsi
> yang berhubungan dengan emosi dan fungsi lain yang bersifat
> sosial dikendalikan oleh belahan otak kanan. Ketika memasuki
> proses pembelahan otak itulah, menurut para pakar anatomi
> bahasa, masa peka bahasa itu berlangsung.
> 
> Setelah proses "penyebelahan" (lateralization) otak selesai,
> menurut hipotesis Lenneberg, perkembangan bahasa cenderung
> menjadi "beku". Keterampilan dasar yang belum dapat dicapai
> pada masa itu (kecuali untuk artikulasi) biasanya akan tetap
> tidak sempurna.
> 
> Kapan tepatnya proses terjadinya masa pembelahan otak, masih
> terdapat ketidaksepakatan di antara para ahli.
> Pandangan-pandangan yang berseberangan antara lain
> dikemukakan oleh Sorenson dan Jane Hill.
> 
> Menurut penelitian Sorenson terhadap suku Tukaro di Amerika
> Selatan, menjelang usia dewasa masyarakat Tukaro paling
> tidak sudah menguasai dua atau tiga dari 24 bahasa yang
> biasanya mereka pergunakan. Yang lebih mengherankan lagi,
> jumlah penguasaan bahasa itu malahan semakin banyak dan
> lebih sempurna ketika mereka menjelang usia tua.
> 
> Bukti lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya
> terhadap masyarakat Barat, Jane Hill berkesimpulan bahwa
> dalam perkembangan normal seseorang dapat mempelajari bahasa
> asing dengan sempurna, terlepas dari apakah ia berusia muda
> atau tua.Proses pembelahan otak, menurut Eric Lenneberg,
> terjadi sejak anak berusia dua tahun dan berakhir menjelang
> pubertas.
> 
> Sedangkan Norwan Geshwind berpendapat, pembelahan otak
> (periode kritis) usai jauh sebelum masa pubertas. Lebih
> ekstrem lagi pendapat Stephen Krashen, yakni proses
> pembelahan itu berakhir sewaktu anak berusia lima tahun.
> Dengan demikian, jelas bahwa hipotesis periode kritis tidak
> bisa dijadikan kriteria keberhasilan pengajaran bahasa kedua
> atau bahasa asing. Keberhasilan seseorang belajar bahasa
> asing, menurut Gardner dan Lambert, tidak tergantung pada
> kemampuan intelektual atau kecakapan bawaan berbahasa,
> tetapi sangat ditentukan oleh motif atau kebutuhan
> berkomunikasi dalam
> lingkungannya.
> 
> Bukan jaminan
> Sejak masuk SD bahkan TK, anak sudah "dituntut" menguasai
> lebih dari satu bahasa; bahasa daerah dan Indonesia.
> Keduanya dipakai sebagai bahasa pengantar dalam proses
> belajar-mengajar.
> Betapa beratnya beban mereka, bila kemudian masih ditambah
> lagi belajar bahasa Inggris. Empat bahasa harus mereka
> kuasai dalam satu periode, misalnya.
> Kenyataan itu bukannya menambah cepat anak menguasai bahasa
> asing. Di samping akan menimbulkan beban psikologis, tak
> tertutup kemungkinan laju perkembangan bahasa daerah dan
> nasional anak pun malahan terhambat, atau justru merusak
> sistem-sistem bahasa yang terlebih dahulu dia kuasai.
> 
> Hal seperti itu tidak jauh berbeda dengan anak yang sedang
> belajar bola tangan. Sebelum ia mahir bermain bola tangan,
> lalu ditimpa lagi dengan permainan bola basket dan sepak
> bola. Pelatih tidak perlu heran apabila kemudian si anak
> memasukkan bola dengan tangan ketika bertanding sepak bola,
> atau menyundul dan menendang bola ketika anak bermain bola
> basket.
> 
> Jeperson jauh-jauh sebelumnya memperingatkan bahwa anak yang
> mempelajari dua bahasa tidak akan dapat menguasai kedua
> bahasa itu dengan sama baiknya. Juga tak akan sebaik
> mempelajari satu bahasa. Kerja otak untuk menguasai dua
> bahasa akan menghambat anak untuk mempelajari hal lain yang
> harus dia kuasai. Perkembangan bahasa anak terganggu, baik
> dalam penggunaan kosa kata, struktur tata bahasa, bentuk
> kata, dan beberapa penyimpangan bahasa lainnya.
> 
> Tidak terelakkan, dalam era global penguasaan bahasa Inggris
> hukumnya wajib. Siapa yang ingin luas pergaulan, sukses
> berbisnis, maupun menguasai ilmu pengetahuan mau tidak mau
> harus menguasai bahasa yang satu ini. Namun, dalam penanaman
> kita dituntut sikap bijak dan tidak tergesa-gesa.
> Di samping perlu mempertimbangkan kemampuan anak, para orang
> tua hendaknya memperhatikan pula kepentingan anak akan
> penguasaan bahasa daerah dan nasional. Kedua bahasa itu
> tidak bisa dilepaskan begitu saja dari fungsi keseharian dan
> tanggung jawab sosial anak. Sebab itu, akan lebih baik bila
> bahasa Inggris atau bahasa asing lain diberikan setelah
> bahasa daerah dan bahasa nasional terkuasai secara mantap.
> Pengajaran bahasa asing dalam usia dini toh bukan jaminan
> mutlak keberhasilan berbahasa pada anak.
> 
> 
> 
> ----------------------------------------------------------------------
> --
> Lonely? Get Firetalk!
> Free, unlimited calls anywhere in the world.
> Free voice chat on hundreds of topics.
> http://click.egroups.com/1/5477/7/_/_/_/963305828/
> ----------------------------------------------------------------------
> --
> 
> ******************************************
> Untuk bergabung dengan mailist kirim email ke :
> [EMAIL PROTECTED]
> 
> Balita kita, tanggung jawab kita.
> ******************************************
> * Hemat bandwidth !!! Hapus pesan yang tidak perlu.
> 

>> www.jajak.com >> Pilih jawabannya dan rebut hadiahnya <<
>> Belanja Info & Keperluan Balita? Klik, http://www.balitanet.or.id
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]













Kirim email ke