Rekan sekalian, ini ada info mengenai "Mengatasi Temper Tantrum pada Anak", moga bisa menjawab pertanyaan "anak suka teriak, ngambek dan nakal yg lagi hangat akhir2x ini. salam debby +++++++++++++++++++++++++++++++++++ Mengatasi Temper Tantrum pada Anak Pernahkah Anda mengalami ketika Anda sekeluarga berjalan-jalan ke supermarket, anak Anda ingin dibelikan sesuatu atau dia memiliki suatu permintaan ? Ketika permintaannya itu tidak Anda turuti, tanpa Anda duga, anak Anda menangis sekeras-kerasnya bahkan sampai berguling-guling di lantai. Semua mata memandang kepada Anda, dan itu membuat Anda kehilangan muka. Anda menjadi jengkel, tapi si anak semakin menjadi-jadi tangisnya. Itulah yang disebut Temper Tantrum, suatu letupan amarah anak yang sering terjadi pada usia 2 sampai 4 tahun di saat anak menunjukkan kemandirian dan sikap negativistiknya. Perilaku ini seringkali disertai dengan tingkah yang akan membuat Anda semakin jengkel, seperti menangis dengan keras,berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul, menyepak-nyepak, dan sebagainya. Bahkan pada anak yang lebih kecil, diiringi pula dengan muntah atau kencing di celana. Mengapa Temper Tantrum ini bisa terjadi ? Hal ini disebabkan karena anak belum mampu mengontrol emosinya dan mengungkapkan amarahnya secara tepat. Tentu saja hal ini akan bertambah parah jika orang tua tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada anaknya, dan tidak bisa mengendalikan emosinya karena malu, jengkel, dan sebagainya. Beberapa penyebab konkrit yang membuat anak mengalami Temper Tantrum adalah: Anak terlalu lelah, sehingga mudah kesal dan tidak bisa mengendalikan emosinya. Anak gagal melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi emosi dan tidak mampu mengendalikannya. Hal ini akan semakin parah jika anak merasakan bahwa orang tuanya selalu membandingkannya dengan orang lain, atau orang tua memiliki tuntutan yang tinggi pada anaknya. Jika anak menginginkan sesuatu, selalu ditolak dan dimarahi. Sementara orang tua selalu memaksa anak untuk melakukan sesuatu di saat dia sedang asyik bermain, misalnya untuk makan. Mungkin orang tua tidak mengira bahwa hal ini akan menjadi masalah pada si anak di kemudian hari. Si anak akan merasa bahwa ia tidak akan mampu dan tidak berani melawan kehendak orang tuanya, sementara dia sendiri harus selalu menuruti perintah orang tuanya. Ini konflik yang akan merusak emosi si anak. Akibatnya emosi anak meledak. Pada anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya, sering terjadi Temper Tantrum, di mana dia putus asa untuk mengungkapkan maksudnya pada sekitarnya. Yang paling sering terjadi adalah karena anak mencontoh tindakan penyaluran amarah yang salah pada ayah atau ibunya. Jika Anda peduli dengan perkembangan anak Anda, periksa kembali sikap dan sifat-sifat Anda. Hal-hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya : Yang paling utama adalah Anda beserta pasangan Anda harus menjadi contoh yang baik bagi anak. Jika Anda marah, salurkanlah itu secara tepat. Anda harus ingat, bahwa anak merekam setiap kejadian yang positif maupun negatif yang terjadi di sekitarnya. Jika tanpa Anda sadari anak Anda sudah merekam sifat-sifat Anda yang buruk, atau dia melihat si Ayah memukul Ibunya, bisa dipastikan peristiwa itu akan membawa pengaruh buruk dalam hidupnya kelak. Jika anak ingin bermain dan tidak ingin diganggu, berilah kesempatan secara bijaksana kepadanya. Jangan terlalu mengekang, dan beri kepercayaan bahwa dia bisa bermain dan bergaul dengan baik. Jika Anda terpaksa harus berseberangan pendapat dengan si anak saat dia mengamuk, kemukakan pendapat Anda secara tegas, tetapi lembut. Jangan membentaknya, apalagi mengata-katai anak dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas. Atur emosi Anda, karena dia tidak sedang bermusuhan dengan Anda, dan dia bukan musuh Anda. Abaikan tangisnya dan ajaklah dia berbicara dengan lembut. Jelaskan kepadanya mengapa Anda tidak memberinya mainan yang dia ingini dengan alasan yang jujur dan tidak dibuat-buat. Jelaskan dengan sabar sampai dia mengerti maksud Anda yang sebenarnya, karena saat itu adalah konflik yang sedang dialami oleh si anak. Pastikan bahwa ia bisa mengerti maksud Anda dengan baik, karena konflik yang berakhir menggantung, akan muncul di kemudian hari dengan bentuk yang tidak pernah Anda duga sebelumnya. Sekali lagi, atur emosi Anda. Mungkin Anda malu dilihat banyak orang di supermarket. Tapi ingatlah akan perkembangan emosi anak Anda. Bisa Anda bayangkan apa yang terjadi jika Anda terbawa emosi dan rasa malu, dan Anda bersikap keras kepada anak Anda. Ajarlah anak Anda untuk berlatih menguasai dan mengendalikan emosinya. Anda bisa mengajaknya bermain musik, melukis, bermain bola, atau permainan lainnya. Lewat permainan-permainan tersebut, anak belajar untuk menerima kekalahan, belajar untuk tidak sombong jika menang, bersikap sportif, dan belajar bersaing secara sehat. Tapi ingat, jangan sekali-kali Anda bermain curang. Mungkin Anda pikir ini hanya sekedar permainan. Tapi anak akan berpikir dan menerapkan pada dirinya, bahwa berlaku curang itu sah-sah saja.Kalau demikian, berarti Anda sudah menyiapkan seorang koruptor baru dinegeri ini. Hah....!?