----- Original Message ----- From: Sianturi, Debbie (TRANS, PT. GE Lokomotif Indonesia) <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: 17 April 2001 21:07 Subject: [Proyek-BT] RE: [diskusi-autis] Re: [IDAI-OT] Autis vs Gifted > Dear Ibu Dewi Yth, > > Dengan segala hormat kepada Ibu Julia yang telah berbaik hati mengangkat > issue yang sangat menarik ini,dan juga kepada Ibu Dewi, saya sarankan bahwa > kita juga harus balanced dan menghormati segala jerih payah tim DAN (Defeat > Autism Now), FEAT, Unlocking Autism, dan semua foundation yang berhubungan > dengan autisme yang mencermati adanya kenaikan statistik secara mencolok > dari anak-anak yang terkena syndrome autisme. Hal ini adalah fakta yang > harus kita cermati dan terima dengan lapang dada, bahwa kemajuan zaman yang > menghasilkan lebih banyak anak gifted, tetapi juga menghasilkan lebih banyak > anak yang menjadi "disable" sebagai efek sampingnya. > > Polusi, proses produksi yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan, > proses pembuatan makanan yang asal cepat, kedua orangtua yang berkarir, > program vaksinasi yang tidak 100% aman (ternyata), dll... dapat mempunyai > efek negatif terhadap perkembangan anak-anak tertentu. > > Mungkin saya kuper ya... dan mungkin asik di dunia sendiri (autis kali > ya)... sampai anak saya didiagnosa autis 2.5 tahun yang lalu, saya kok > sebelum itu belum pernah lihat anak ADD, ADHD, disleksia, apalagi autis dan > asperger.. dan mendadak... saya lihat almost in every play group and TK...di > sekitar saya. Mungkin saya salah lihat ya... > > Kalau saya disuruh mau percaya data mana, ya saya percaya data yang > dikeluarkan oleh kelompok ASA, DAN, FEAT, Unlocking Autism dari pada masukan > dari pihak lain. > > Kenapa... karena mereka saya percaya. Kenapa? Ya, hanya karena saya percaya > dan anak saya makin maju karena saya belajar dari group ini. > > Kalau orangtua mengeluarkan uang Rp.10 juta sebulan untuk terapi dan > intervensi bagi anaknya yang autis, lebih ngeri lagi jumlah uang yang > dikeluarkan oleh orangtua yang anaknya terkena narkoba, kanker dll. Apa > boleh buat... sehat dan waras itu mahal harganya. Apa boleh buat. Dari pada > anak harus di institusikan kalau kita udah mati kelak? Lebih baikkan > mengusahakan anak jadi sehat dan tambah oke selagi mampu dan kuat. > > Best regards, > > Debbie > > -----Original Message----- > From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]] > Sent: Tuesday, April 17, 2001 5:32 PM > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: [diskusi-autis] Re: [IDAI-OT] Autis vs Gifted > > > Dr. Rudy Yth. > > Saya adalah termasuk orang yang menyetujui beberapa pandangan yang > dikemukakan ibu Julia. Saya pun nggak melihat ada banyak orang yang > menyerang pendapat beliau. Mungkin hanya beberapa orang... > Sekarang ini kami malah mendapat banyak informasi tentang giftedness > dan buku-buku mengenai hal itu, yang kami terjemahkan secara gotong > royong, karena bahasa Belanda. Ada 4 buku yang baru beliau kirim, dan > sama sekali beliau tidak berbicara "tanpa dasar" dan spekulatif > seperti yang anda kemukakan. Ada dasar-dasar yang sekarang sedang > kami baca langsung dari sumbernya....bukan dari beliau, tapi dari > para profesor yang berkompeten. > > Saya sama sekali tidak melihat adanya "pelecehan" terhadap dokter di > Indonesia (entah kalau anda merasa begitu), beliau hanya berusaha > meluruskan..dan mengemukakan bahwa "wabah " yang dikemukakan itu > terlalu berlebihan...sehingga tidak menimbulkan kepanikan yang meluas > dikalangan orang tua. > Kepanikan karena dengan adanya dugaan anak mereka autis mereka harus > mengeluarkan 10 juta sebulan karena keadaan anak mereka. (sesuai > informasi yang tersebar luas diberbagai media masa), Padahal kalau > anak mereka ternyata giftedness....mereka belum tentu harus > mengeluarkan biaya sebesar itu. > > Kalau dikatakan "wabah Gifted" semoga benar...karena adanya > perbaikan gizi sehingga semakin meningkat jumlah anak yang cerdas... > Apalagi ternyata rice-gluten ternyata memang dapat berfungsi > meningkatkan intelejensi (sehingga banyak diberikan pada anak mental > retardasi) > > > > salam, > dewi > > > -- In [EMAIL PROTECTED], "Rudy Sutadi, MD" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yth. Ibu Ira Mashura, > > > > Ibu DR. drg. Julia Maria van Tiel juga pernah mempost ke milis > > [diskusi-autis] mengenai autism vs. gifted. > > Bagi mereka yang sangat faham mengenai autisme, akan mengetahui > bahwa sangat > > berbeda sekali ciri-ciri penyandang autisme dengan yang bukan > (termasuk > > gifted children). Oleh karena itu pendapat beliau > banyak "diserang", sebab > > semakin lama semakin terlihat bahwa Ibu Julia tidak mengetahui > apapun > > mengenai autisme, apalagi mengenai intervensi dini. > > > > Pendapat Ibu Julia "saya mempunyai anak yang jika didiagnosa di > Indonesia ia > > adalah penyandang autis, tetapi di Belanda dia mendapat diagnosa > anak > > gifted". > > Ini sangat spekulatif dan melecehkan para ahli yang ada di > Indonesia. Saya > > sendiri tidak dengan mudah mendiagnosis autisme. Orangtua yang > datang > > membawa anaknya ke saya, saya minta mengisi formulir yang terdiri > dari 9 > > halaman mengenai riwayat kesehatan/penyakit Ibu sebelum > menikah/hamil, > > riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan anak, > riwayat > > perkembangan anak, riwayat pemeriksaan, riwayat pengobatan, riwayat > > tatalaksana/terapi, riwayat berbagai tanda dan gejala. > > Dari formulir isian tersebut (yang jawabannya cukup ya, tidak, > tidak-tahu, > > tidak-mengerti) kemudian saya perdalam saat wawancara dengan > orangtua, > > sekalian melakukan observasi pada anak. > > Dengan demikian, kita dapat menyaring dan menjaring autisme dan > > masalah-masalah lainnya. > > Tidak sedikit anak yang datang, saya katakan bukan autistik (tetapi > lainnya) > > kalau memang data-data tidak mendukung. > > Sehingga pendapat Ibu Julia sangatlah sempit, karena berpikiran > bahwa dokter > > akan hanya terpaku pada autisme saja. Tidak! Dokter akan > mengeksplorasi > > secara luas sebelum membuat kesimpulan pada suatu diagnosis. Hal > ini berlaku > > secara umum, untuk mendiagnosis apapun, yang dilakukan oleh dokter > > manapun/siapapun. Dan karena Ibu Julia adalah dokter-gigi, saya > pikir juga > > berlaku di Ilmu Kedokteran Gigi (?), sehingga seharusnyalah Ibu > Julia faham > > akan hal itu. > > Memang DSM-4 tidak mampu mendiagnosis segalanya, katakanlah > penyakit demam > > berdarah. Sebab judulnya saja DSM singkatan dari "Diagnostic and > Statistical > > Manual of Mental Disorder". Namun, seperti yang telah saya > sampaikan, dalam > > mendiagnosis, dokter tidak hanya berpegangan dan terpaku pada DSM-4 > saja. > > > > Untuk mendiagnosis suatu penyakit/gangguan apapun, kita harus > mempunyai > > pegangan, sebab bila tidak maka bisa jadi melenceng (maaf, ngawur). > Misalnya > > demam berdarah, tifus, dlsbnya. Termasuk juga autisme. Yang saya > lihat, Ibu > > Julia tidak mempunyai suatu pegangan apapun. > > Kami menggunakan antara lain kriteria ICD-10 (WHO, 1993) dan DSM-4 > (APA, > > 1994). Perlu diketahui, entah atas alasan apa, negara-negara Eropa > tidak > > suka menggunakan DSM-4 (mungkin karena berasal dari Amerika?). > Mereka lebih > > suka dengan ICD-10. Nota-bene, kriteria autisme pada DSM-4 dengan > ICD-10 > > adalah serupa dan sebangun. > > > > Ibu Julia kuatir dengan penggunaan DSM-4 akan terjadinya wabah > autisme, > > padahal menurut Ibu Julia mereka-mereka yang didiagnosis autisme > sebenarnya > > adalah gifted. Berarti saat ini ada wabah gifted? > > > > Selain itu, menurut saya, Ibu Julia juga tidak faham mengenai > hubungan > > antara autisme dengan vaksin serta biomedical/biological > > intervention/treatment. Untuk ini, bisa dibaca artikel saya > mengenai kedua > > hal tersebut di koran Republika, yang versi websitenya telah sering > > di-forward kesana-kemari. > > > > Tulisan Ibu Julia "Padahal sementara ini pemerintah tengah menggelar > > penjaringan autis di seluruh Indonesia". Ini menandakan bahwa Ibu > Julia > > tidak tahu sama sekali mengenai keadaan di Indonesia, bisa > dimaklumi karena > > beliau bermukim di negeri Belanda. > > Autisme tidak dilirik sebelah mata oleh Pemerintah Indonesia > (d.h.i. Depkes > > RI), oleh karena tidak menjadi prioritas penanganan, ditambah > ekonomi > > Indonesia yang sedang morat-marit oleh karena korupsi yang > merajalela > > dimana-mana. Bahkan Depkes RI secara prematur menangkis kemungkinan > hubungan > > vaksin MMR dengan autisme, dengan membuat pernyataan bersama dengan > IDAI. > > Saat ini di Indonesia, orangtualah yang pontang-panting berjuang > melawan dan > > berperang terhadap autisme, tanpa dibantu sedikitpun oleh > pemerintah. Dan > > dokter-dokter di Indonesia yang menangani autisme sama sekali tidak > > membisniskan autisme ini. Bahkan sangat sedikit dokter yang mau > > berkecimpung, antara lain karena menganggap ini adalah "lahan- > kering". > > Tuduhan Ibu Julia jelas sangat merendahkan martabat para dokter > yang telah > > membaktikan dirinya dan/atau menyumbangkan pikiran serta waktu (dan > tidak > > jarang uangnya) dalam penanganan penyandang autisme di Indonesia. > Itu sangat > > melukai hati kami. > > > > Demikian sementara, semoga bermanfaat. > > > > Dr. Rudy Sutadi, SpA > > Wakil Ketua Yayasan Autisme Indonesia dan Yayasan Peduli Autisme > > Juga orangtua dari penyandang autisme > > > > > > ************************************************************ > Kritik/saran/dll. mohon hubungi owner/moderator mail-list: > Dr. Rudy Sutadi, SpA e-mail [EMAIL PROTECTED] > ************************************************************ > No one can go back and make a brand new start. > Anyone can start from now and make a brand new ending. > ************************************************************ > Berlangganan : [EMAIL PROTECTED] > Berhenti : [EMAIL PROTECTED] > Website : http://groups.yahoo.com/group/diskusi-autis > ***** Hemat bandwidth ! Hapus bagian yang tidak perlu > ***** Attachment file, otomatis dihilangkan oleh server > ************************************************************ >> kirim bunga ke negara2 di Asia? klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]