satuwanita.com Ketika Gelitik Menjadi Penganiayaan Tidak ada seorangpun yang berpikir bahwa mengelitiki seseorang bisa dianggap sebuah penganiayaan. Tapi ketika seorang anak berumur 12 tahun dikelitiki oleh kakaknya dan mengakibatkan si anak menjadi muntah-muntah, menangis, kejang dan akhirnya meninggal. Maka tepat jika dikatakan bahwa gelitik, dapat menjadi sebuah ajang penyiksaan atau penganiayaan. Kejadian itu dialami oleh seorang ibu. Pada awalnya sang suami menganggap si istri sangat gila mengatakan bahwa tindakan menggelitik bisa tergolong sebuah penyiksaan. Namun ketika anak keduanya meninggal karena dikelitiki anak pertamanya, matanya terbuka dan mengakui kebenaran sang istri. Menurut seorang ahli psikologi, terus melanjutkan tindakan yang menyebabkan rasa sakit atau tidak enak terhadap seseorang, baik itu anak-anak atau orang dewasa meskipun telah diminta untuk berhenti adalah sebuah kekasaran yang menjurus penganiyaan. Menggelitik mungkin kedengarannya merupakan tindakan yang tidak berbahaya. Seperti halnya suatu kejutan dan mainan semata dan tentu saja dapat menyenangkan. Tidak menyakiti kalau terjadi tanpa sengaja. Bagi orang dewasa, menggelitik adalah sebuah aktivitas mesra dengan teman atau kekasih. Tawa dan canda akibat gelitik dapat mengarahkan sepasang kekasih pada romansa seksual yang sangat mengundang. Karena itulah, kebanyakan menganggap bahwa gelitik tidak lebih dari sebuah kesenangan yang tidak berbahaya. Namun ketika Anda tidak mengetahui bahwa teman Anda memiliki penyakit epilepsi dan mulai menggelitik dengan semangat, Anda pasti kaget jika tiba-tiba ia kambuh dan harus mendapat perawatan serius akibat perbuatan Anda. Atau ia mempunyai suatu penyakit tertentu yang akan kambuh jika terlalu terangsang syaraf-syaraf tubuhnya. Kejadian yang dialami oleh keluarga yang malang di atas, menurut penjelasan dokter bukanlah sebuah penyiksaan yang disengaja. Hanya dan hanya jika perbuatan itu disengaja dan membiarkan perilaku seperti itu walaupun korbannya menangis, muntah-muntah atau celananya basah, baru bisa dikatakan menyerupai tindakan sadis. Hal utama yang paling penting sebagai alasan mengapa gelitik disebut penganiayaan, adanya ganguan batas-batas kepribadian, mengabaikan rasa ketidakenakannya dan tidak mentaati perintah orang lain yang melarangnya melakukan hal itu. Ingatlah bahwa apa pun bentuknya tidak baik menyakiti orang lain dengan sengaja. Tidak peduli apakah kita menganggap perilaku itu bukan masalah besar, karena yang menjadi masalah ialah menghormati batas-batas orang lain. (*/dr)