Mendidik Anak, Tugas Siapa ? Tahun ini adalah tahun kedua Yasmin bersekolah di sekolah Kinder Grippe. Ayahnya berasal dari Indonesia sedangkan ibunya berkebangsaan Jerman. Sejak usia Yasmin menginjak dua tahun, ibunya memang telah mulai meritis karirnya di sebuah perusahaan perbankan. Sementara ayahnya yang seorang insinyur pun harus bekerja penuh dari pagi hingga sore. Semenjak kecil Yasmin jadi terbiasa dengan keadaaan dirinya yakni bersekolah di Kinder Grippe dari pagi hingga petang. Baginya, hal ini tidak menjadi masalah karena ia telah terbiasa ditinggal oleh orang tuanya. Yasmin pun mempunyai beberapa teman dilingkungan rumahnya, dan ia biasa bermain berlama-lama dengan temannya tersebut. Karena kelincahannya, ia betah bermain bersama teman-temannya di sekolahnya dan teman-teman disekitar lingkungan rumahnya. Tahun demi tahun berlalu dan Yasmin tetap pada kebiasaannnya itu. Ayah dan ibunya menganggap ini sebagai kebiasaan yangn wajar-wajar saja karena Yasmin pun tidak menunjukkan prilaku yang mengkhawatirkan. Namun perubahan baru terjadi ketika Yasmin duduk di Grundschule. Dan karena kedua orang tuanya jarang berada di rumah, pilihan sekolah dari pagi hingga sore dirasa sangat membantu dalam menangani pendidikan Yasmin. Apaalagi pada akhir pekan selama kurang lebih 3 jam orang tuanya menyekolahkan Yasmin untuk belajar agama Islam secara khusus di mesjid Islamic Center dikotanya. Mereka memang menginginkan anak semata wayangnnya ini memperoleh pendidikan umum dan kaeagamaan yang seimbang. Namun ternyata perkembangan Yasmin tidaklah seperti yang diharapkan orang tuanya. Perubahan terjadi demikian cepatnya hingga beberapa bulan kemudian perkembangan Yasmin menjadi kian memburuk. Motivasi belajarnya hilang. Prilakunya pun cenderung memberontak, mengasingkan diri dari teman-teman yang baik, dan berbuat seenaknya sendiri. Ayah ibunya sangat kecewa dengan perkembangan ini. Anak mereka itu sudah seperti anti dengan nasehat-nasehat orang tuanya. Seakan tidak ada keinginan Yasmin untuk berbicara dari hati-kehati dengan ayah ibunya. Apalagi untuk berbicara jujur dan mau mendengar pendapat ayah dan ibunya itu. Ia baru akan menunjukkan prilaku baik jika telah memperoleh apa yang ia inginkan dari ayah ibunya, seperti uang jajan, mainan dan sebagainya. Penyesalan yang datang terlambat memang tidak berguna. Tetapi, tidak lantas berhenti untuk berupaya. Ayah dan ibu Yasmin pun mulai membenahi pola pendidikan di rumah mereka. Para ahli yang mereka datangi memberi saran untuk mengaktifkan kembali komonikasi yang macet bersama anak. Waktu yang sempit harus efektif dimanfaatkan untuk itu. Yang lebih penting, mereka sadar bahwa tugas memberi pendidikan memang menjadi tugas utama keluarga, tak bisa dilimpahkan begitu saja kepada pihak sekolah. Dan pendidikan dasar, ketika anak berusia dibawah lima tahun, sangat penting artinya karena itu akan menetap hingga dewasa. Mereka banyak menimba ilmu tentang cara mengefektifkan sedikit waktu dalam sehari yang mereka miliki. Salah satu saran yang mereka perolah adalah dengan mneciptakan rumah sebagai basis pendidikan. Mengenai hal yang satu ini akan dibahas secara detail pada artikel Rumah Sebagai Basis Pendidikan. http://www.fithrah.de/ Hak Cipta Hanyalah Milik Allah >> www.jajak.com >> Pilih jawabannya dan rebut hadiahnya << >> Belanja Info & Keperluan Balita? Klik, http://www.balitanet.or.id >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]