[EMAIL PROTECTED] wrote:PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM ( 4 ) > oleh : Yusuf Muhammad Al-Hasan > MEMPERHATIKAN ANAK PADA USIA SETELAH ENAM TAHUN PERTAMA > Pada periode ini anak menjadi lebih siap untuk belajar secara teratur. Ia > mau menerima pengarahan lebih banyak, dan lebih bisa menyesuaikan diri > dengan teman-teman sepermainannya. Dapat kita katakan, pada periode ini anak > lebih mengerti dan lebih semangat untuk belajar dan memperoleh > ketrampilan-ketrampilan, karenanya ia bisa diarahkan secara langsung. Oleh > sebab itu, masa ini termasuk masa yang paling penting dalam pendidikan dan > pengarahan anak. > Kita, Insya Allah, akan membicarakan tentang aspek-aspek terpenting yang > perlu diperhatikan oleh para pendidik pada periode ini. Yaitu: > 1. Pengenalan Allah dengan cara yang sederhana. > Pada periode ini dikenalkan kepada anak tentang Allah 'Azza Wajalla dengan > cara yang sesuai dengan pengertian dan tingkat pemikirannya. > Diajarkan kepadanya: > * Bahwa Allah Esa, tiada sekutu bagi-Nya. > * Bahwa Dialah Pencipta segala sesuatu. Pencipta langit, bumi, > manusia, hewan, pohon-pohonan, sungai dan lain-lainnya. Pendidik dapat > memanfaatkan situasi tertentu untuk bertanya kepada anak, misalnya ketika > bejalan-jalan di taman atau padang, tentang siapakah Pencipta air, > sungai,bumi,pepohonan dan lain-lainnya, untuk menggugah perhatiannya kepada > keagungan Allah. > * Cinta kepada Allah, dengan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang > dikaruniakan Allah untuknya dan untuk keluarganya. Misalnya, anak ditanya: > Siapakah yang memberimu pendengaran, penglihatan dan akal? Siapakah yang > memberimu kekuatan dan kemampuan untuk bergerak? Siapakah yang memberi rizki > dan makanan untukmu dan keluargamu? Demikianlah, ditunjukkan kepadanya > nikmat-nikmat yang nyata dan dianjurkan agar cinta dan syukur kepada Allah > atas nikmat yang banyak ini. Metode ini disebutkan dalam Al Qur'an, dalam > banyak ayat Allah menggugah minat para hamba-Nya agar memperhatikan segala > nikmat yang dikaruniakan-Nya, seperti firman-Nya: > "Tidakkah kamu perhatian sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk > kepentinganmu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempumakan > untukmu nikmatnya lahir dan batin..."(Surah Luqman : 20). > "Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu Adakah pencipta selain > Allah yang dapat memberikan rizki kepadamu dari langit dan bumi...."(Surah > Fathir :3). > Dan dengan rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu > beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dai > karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepadan-Nya." (Surah > Al Qashash : 73). > 2. Pengajaran sebagian hukum yang jelas dan tentang halal-haram. > Diajarkan kepada anak menutup aurat, berwudhu, hukum-hukum thaharah > (bersuci) dan pelaksanaan shalat. Juga dilarang dari hal-hal yang haram, > dusta, adu domba, mencuri dan melihat kepada yang diharamkan Allah. > Pokoknya, disuruh menetapi syariat Allah sebagaimana orang dewasa dan > dicegah dari apa yang dilarang sebagaimana orang dewasa, sehingga anak akan > tumbuh demikian dan menjadi terbiasa. Karena bila semenjak kecil anak > dibiasakan dengan sesuatu, maka kalau sudah dewasa akan menjadi > kebiasaannya. > Agar diupayakan pula pengajaran ilmu pengetahuan kepada anak, sebagaimana > kata Sufyan Al Tsauri: "Seorang bapak barns menanamkan ilmu pada anaknya, > karena dia pmanggung jawabnya." (Muhammad Hasan Musa, Nuzharul Fudhala' > Tahdzib Siar A'lamin Nubala :Juz 1.) > 3. Pengajaran baca Al Qur'an. > Al Qur'an adalah jalan lurus yang tak mengandung suatu kebatilan apapun. > Maka amat baik jika anak dibiasakan membaca Al Qu~an dengan benar, dan > diupayakan semaksimalnya agar mengbafal Al Qur'an atau sebagian besar > darinya dengan diberi dorongan melalui berbagaicara. Karena itu, kedua > orangtua bendaklah berusaha agar putera puterinya masuk pada salah satu > sekoiah tahfizh Al Qur'an; kalau tidak bisa, diusahakan masuk pada salah > satu halaqah tahfizh. Diriwayatkan Abu Dawud dari Mu'adz bin Anas bahwa Nabi > shallallahu alaihi wasalam bersabda: > "Barang siapa membaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya > Allah pada hari kiamat mengenakan kepada keda orang tuanya sebuah mahkota > yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. > Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini". > Para salaf dahulu pun sangat memperhatikan pendidikan tahfizh Al Qur'an bagi > anak-anak mereka. Syaikh Yasin bin Yusuf Al Marakisyi menceritakan kepada > kita tentang imam AnNawawi, Rahimahullah, katanya: "Aku melihat beliau > ketika masih berumur 10 tahun di Nawa. Para anak kecil tidak mau bermain > dengannya dan iapun berlari dari mereka seraya menangis, kemudian ia membaca > Al Qur'an. Maka tertanamlah dalam hatiku rasa cinta kepadanya. Ketika itu > bapaknya menugasinya menjaga toko, tetapi ia tidak mau bejualan dan > menyibukkan diri dengan Al Qur'an. Maka aku datangi gurunya dan berpesan > kepadanya bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang yang paling alim dan > zuhud pada zamannya serta bermanfaat bagi umat manusia. Ia pun berkata > kepadaku: > Tukang ramalkah Anda? Jawabku: Tidak, tetapi Allah-lah yang membuatku > berbicara tentang hal ini. Bapak guru itu kemudian menceritakan kepada > orangtuanya, sehingga memperhatikan beliau dengan sungguh-sungguh sampai > dapat khatam Al Qur'an ketika menginjak dewasa." > 4, Pengajaran hak-hak kedua orangtua, > Diajarkan kepada anak untuk bersikap hormat, taat dan berbuat baik kepada > kedua orangtua, sehingga terdidik dan terbiasa demikian. Anak sering > bersikap durhaka dan melanggar hak-hak orangtua disebabkan karena kurangnya > perhatian orangtua dalam mendidik anak dan tidak membiasakannya berbuat > kebaikan sejak usia dini. > Firman Allah Ta'ala : > 'Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain > Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. > Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut > dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada > keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah > kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka > berdua dengan penuh kesanyangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah > mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." > (Surah Al-Isra': 23-24). > Diriwayatkan dari Abu HurairahRadhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi bersabda: > "Terhinalah, terhinalah, dan terhinalah seseorang yang mendapatkan salah > seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya berusia lanjut, tetapi > tidak dapat masuk surga" > Berikut ini kisah seorang anak muda yang berbuat baik kepada bapaknya, > disebutkan dalam kitab 'Uyunul Akhbar : "Al Ma'mun rahimahullah berkata: > Belum pernah saya melihat seseorang yang amat berbuat baik kepada bapaknya > daripada Al Fadhl bin Yahya. Karena kebaikannya, sampai bapaknya (Yahya) > tidak berwudhu kecuali dengan air hangat. Ketika keduanya berada dalam > penjara, para sipir melarang memasukkan kayu bakar di malam yang ding-in. > Maka Al Fadhl, ketika bapaknya tidur, bangun mengambil teko yang biasa dia > pergunakan untuk memanaskan air, lalu ia isi air dan ia dekatkan pada api > lampu. Ia pun tetap berdiri memegangi teko sampai pagi. Ia lakukan hal ini > untuk berbuat baik kepada bapaknya agar dapat berwudhu dengan air hangat." > 5. Pengenalan tokoh-tokoh teladan yang agung dalam Islam. > Tokoh teladan kita yang utama yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam, > kemudian para sahabat yang mulia Radhiallahu 'Anhum dan pengikut mereka > dengan baik yang menjadi contoh terindah dalam segala aspek kehidupan. Maka > dikenalkan kepada anak tentang mereka, diajarkan sejarah dan kisah mereka > supaya meneladani perbuatan agung mereka dan mencontoh sifat baik mereka > seperti keberanian, keprajuritan, kejujuran, kesabaran, kemuliaan, keteguhan > pada kebenaran dan sifat-sifat lainnya. > Kisah atau kejadian yang diceritakan kepada anak hendaklah sesuai dengan > tingkat pengertiannya, tidak membosankan, dan difokuskan pada penampilan > serta penjelasan aspek-aspek yang baik saja sehingga mudah diterima oleh > anak. > Misalnya, diceritakan kepada anak kisah Rasulullah bersama orang Yahudi yang > menuntut kepada beliau agar membayar uang pinjamannya, sebagai contoh akhlak > baik beliau: > Diriwayatkan bahwa ada seorang Yahudi yang meminjamkan uang kepada > Rasulullah lalu hendak menagih hutangnya sebelum habis masanya. Maka > dicegatnya Rasulullah di tengah jalan kota Madinah seraya berkata: "Sungguh, > kalian anak keturunan Abdul Muthalib adalah orang-orang yang suka > menangguhkan /bayarhutang)" > Umar pun melihat kejadian itu dan amat marah, lalu berkata: "Izinkanlah aku > wahai Rasulullah, biar kupenggal lehernya!" Tapi Nabi bersabda: "Aku dan > kawanku sangat tidak menginginkan hal itu, wahai Umar. Suruhlah ia > berperkara dengan baik dan suruhlah aku menyelesaikan dengan baik." > Kemudian beliau berpaling kepada orangYahudi dan bersabda: "Hai Yahudi, > piutangmu akan dibayarkan besok."" > Contoh kisah tentang keberanian dan ketabahan, diriwayatkan oleh Mu'adz bin > Amr katanya: Pada waktu Perang Badar kujadikan Abu Jahal sebagai sasaranku. > Begitu ada kesempatan, aku serang dia dan kupukul sehingga terpotong separuh > betis kakinya. Sementara, anaknya Ikrimah bin Abu Jahal memukulku pada > lengan hingga terputus tanganku tetapi masih menempel dengan kulit pada > sisiku. Namun peperangan membuatku tak perduli dengannya, karena aku ketika > ifu berperang sepanjang hari sambil menyeret tanganku dibelakang. Setelah > terasa sakit karenanya, kuletakkan kakiku di.atasnya ialu kutarik hingga > terputus." > Sejarah umat Islam penuh dengan tokoh-tokoh agung dan kisah-kisah menarik > yang menunjukkan keutamaan dan makna yang indah. > 6. Pengajaran etiket umum. > Seperti etiket mengucapkan salam dan meminta izin, etiket berpakaian, makan > dan nninum,etiket berbicara dan bergaul dengan orang lain. Juga diajarkan > bagaimana bergaul dengan kedua orangtua, sanak famili yang tua, kolega > orangtua, guru-gurunya, kawan-kawannya dan teman sepermainannya. > Diajarkan pula mengatur kamamya sendiri, menjaga kebersihan rumah, menyusun > alat bermain, bagaimana bermain tanpa mengganggu orang lain dan bagaimana > bertingkah laku di masjid dan disekolahan. > Pegajaran berbagai hal di atas dan juga lainnya pertama-tama harus bersumber > kepada Sunnah Rasulullah , lalu peri kehidupan para salaf yang shaleh, > kemudian karya tulis para pakar dalam bidang pendidikan dan tata pergaulan. > 7. Pengembangan rasa percaya diri dan tanggung jawab dalam diri anak. > Anak-anak sekarang ini adalah pemimpin hari esok. Karena itu, harus > dipersiapkan dan dilatih mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas > yang nantinya akan mereka lakukan. > Hal itu bisa direalisasikan dalam diri anak melalui pembinaan rasa percaya > diri, penghargaan jati dirinya, dan diberikan kepada anak kesempatan untuk > menyampaikan pendapatnya dan apa yang terbetik dalam pikirannya, serta > diberikan kepadanya dorongan agar mengerjakan urusannya sendiri, bahkan > ditugasi dengan pekejaan rumah tangga yang sesuai untuknya. Misalnya, > disuruh untuk membeli beberapa keperluan rumah dari warung terdekat; anak > perempuan diberi tugas mencuci piring dan gelas atau mengasuh adik. > Pemberian tugas kepada anak ini bertahap sedikit demi sedikit sehingga > mereka terbiasa mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang sesuai > bagi mereka. > Termasuk pemberian tanggung jawab kepada anak, ia harus menanggung resiko > perbuatan yang dilakukannya. Maka diajarkan kepada anak bahwa ia bertanggung > jawab atas kesalahan yang dilakukannya serta dituntut untuk memperbaiki apa > yang telah dirusaknya dan meminta maaf atas kesalahannya. > Perhatikan kisah berikut yang menunjukkan rasa percaya diri: Diriwayatkan > oleh Al Hafizh Ibnu Asakir, ketika Abdullah bin Az Zubair sedang > bernain-main dengan anak-anak sebayanya, lewatlah khalifah Umar bin Khattab > Radhiyallahu 'Anhtr. > Maka larilah semua anak karena takut kepada beliau, kecuali Abdullah bin Az > Zubair yang masih tinggal di tempat. Lalu Umar menghampirinya dan bertanya > kepadanya: "Kenapa kamu tidak lari bersama teman-temanmu,nak?" Dengan berani > dan tenang Abdullah menjawab: "Ya Amirul Mu'minin! > Aku bukan seorang yang bersalah sehingga harus takut, dan jalan pun tidak > sempit sehingga aku harus minggir. > Seorang anak jika terdidik untuk percaya diri akan mampu mengemban tanggung > jawab yang besar. Sebagaimana putera-putera para sahabat, mereka berusaha > sungguh-sungguh agar dapat ikut bersama para mujahidin Fisabilillah; sampai > salah seorang di antara mereka ada yang menangis karena Rasulullah belum > mengizinkannya ikut berperang bersama pasukan, tetapi karena simpati > terhadapnya beliau pun mengizinkannya; dan akhimya ia termasuk salah satu > syuhada dalam peperangan itu. > Rasulullah juga pernah mengangkat Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan > yang di antara anggotanya terdapat Abu Bakar dan Umar, sekalipun masih muda > belia tetapi ia orang yang tepat untuk jabatan itu. Lalu, di manakah > anak-anak kita sekarang ini yang mampu menduduki puncak yang tinggi? > > Bersambung....insya Allah > Taken from: Al-Sofwah > >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]