Yth. Ibu Ira Mashura,

Ibu DR. drg. Julia Maria van Tiel juga pernah mempost ke milis
[diskusi-autis] mengenai autism vs. gifted.
Bagi mereka yang sangat faham mengenai autisme, akan mengetahui bahwa sangat
berbeda sekali ciri-ciri penyandang autisme dengan yang bukan (termasuk
gifted children). Oleh karena itu pendapat beliau banyak "diserang", sebab
semakin lama semakin terlihat bahwa Ibu Julia tidak mengetahui apapun
mengenai autisme, apalagi mengenai intervensi dini.

Pendapat Ibu Julia "saya mempunyai anak yang jika didiagnosa di Indonesia ia
adalah penyandang autis, tetapi di Belanda dia mendapat diagnosa anak
gifted".
Ini sangat spekulatif dan melecehkan para ahli yang ada di Indonesia. Saya
sendiri tidak dengan mudah mendiagnosis autisme. Orangtua yang datang
membawa anaknya ke saya, saya minta mengisi formulir yang terdiri dari 9
halaman mengenai riwayat kesehatan/penyakit Ibu sebelum menikah/hamil,
riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan anak, riwayat
perkembangan anak, riwayat pemeriksaan, riwayat pengobatan, riwayat
tatalaksana/terapi, riwayat berbagai tanda dan gejala.
Dari formulir isian tersebut (yang jawabannya cukup ya, tidak, tidak-tahu,
tidak-mengerti) kemudian saya perdalam saat wawancara dengan orangtua,
sekalian melakukan observasi pada anak.
Dengan demikian, kita dapat menyaring dan menjaring autisme dan
masalah-masalah lainnya.
Tidak sedikit anak yang datang, saya katakan bukan autistik (tetapi lainnya)
kalau memang data-data tidak mendukung.
Sehingga pendapat Ibu Julia sangatlah sempit, karena berpikiran bahwa dokter
akan hanya terpaku pada autisme saja. Tidak! Dokter akan mengeksplorasi
secara luas sebelum membuat kesimpulan pada suatu diagnosis. Hal ini berlaku
secara umum, untuk mendiagnosis apapun, yang dilakukan oleh dokter
manapun/siapapun. Dan karena Ibu Julia adalah dokter-gigi, saya pikir juga
berlaku di Ilmu Kedokteran Gigi (?), sehingga seharusnyalah Ibu Julia faham
akan hal itu.
Memang DSM-4 tidak mampu mendiagnosis segalanya, katakanlah penyakit demam
berdarah. Sebab judulnya saja DSM singkatan dari "Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder". Namun, seperti yang telah saya sampaikan, dalam
mendiagnosis, dokter tidak hanya berpegangan dan terpaku pada DSM-4 saja.

Untuk mendiagnosis suatu penyakit/gangguan apapun, kita harus mempunyai
pegangan, sebab bila tidak maka bisa jadi melenceng (maaf, ngawur). Misalnya
demam berdarah, tifus, dlsbnya. Termasuk juga autisme. Yang saya lihat, Ibu
Julia tidak mempunyai suatu pegangan apapun.
Kami menggunakan antara lain kriteria ICD-10 (WHO, 1993) dan DSM-4 (APA,
1994). Perlu diketahui, entah atas alasan apa, negara-negara Eropa tidak
suka menggunakan DSM-4 (mungkin karena berasal dari Amerika?). Mereka lebih
suka dengan ICD-10. Nota-bene, kriteria autisme pada DSM-4 dengan ICD-10
adalah serupa dan sebangun.

Ibu Julia kuatir dengan penggunaan DSM-4 akan terjadinya wabah autisme,
padahal menurut Ibu Julia mereka-mereka yang didiagnosis autisme sebenarnya
adalah gifted. Berarti saat ini ada wabah gifted?

Selain itu, menurut saya, Ibu Julia juga tidak faham mengenai hubungan
antara autisme dengan vaksin serta biomedical/biological
intervention/treatment. Untuk ini, bisa dibaca artikel saya mengenai kedua
hal tersebut di koran Republika, yang versi websitenya telah sering
di-forward kesana-kemari.

Tulisan Ibu Julia "Padahal sementara ini pemerintah tengah menggelar
penjaringan autis di seluruh Indonesia". Ini menandakan bahwa Ibu Julia
tidak tahu sama sekali mengenai keadaan di Indonesia, bisa dimaklumi karena
beliau bermukim di negeri Belanda.
Autisme tidak dilirik sebelah mata oleh Pemerintah Indonesia (d.h.i. Depkes
RI), oleh karena tidak menjadi prioritas penanganan, ditambah ekonomi
Indonesia yang sedang morat-marit oleh karena korupsi yang merajalela
dimana-mana. Bahkan Depkes RI secara prematur menangkis kemungkinan hubungan
vaksin MMR dengan autisme, dengan membuat pernyataan bersama dengan IDAI.
Saat ini di Indonesia, orangtualah yang pontang-panting berjuang melawan dan
berperang terhadap autisme, tanpa dibantu sedikitpun oleh pemerintah. Dan
dokter-dokter di Indonesia yang menangani autisme sama sekali tidak
membisniskan autisme ini. Bahkan sangat sedikit dokter yang mau
berkecimpung, antara lain karena menganggap ini adalah "lahan-kering".
Tuduhan Ibu Julia jelas sangat merendahkan martabat para dokter yang telah
membaktikan dirinya dan/atau menyumbangkan pikiran serta waktu (dan tidak
jarang uangnya) dalam penanganan penyandang autisme di Indonesia. Itu sangat
melukai hati kami.

Demikian sementara, semoga bermanfaat.

Dr. Rudy Sutadi, SpA
Wakil Ketua Yayasan Autisme Indonesia dan Yayasan Peduli Autisme
Juga orangtua dari penyandang autisme


----- Original Message -----
From: Ira Mashura <[EMAIL PROTECTED]>
To: 'Balita Anda' <[EMAIL PROTECTED]>; 'IDAI-OT'
<[EMAIL PROTECTED]>
Cc: 'Rudy Sutadi, MD' <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: 17 April 2001 10:09
Subject: [IDAI-OT] Autis vs Gifted


> Rekan2 sekalian & Dr. Rudy yth,
> Saya dapat informasi baru ttg ciri2 anak 'gifted' yang scr kasat mata
> terlihat spt ciri autisme. Penulis di bawah ini mengklaim bahwa ilmu ttg
> autisme di Indonesia ini belum update shg anak gifted-pun akan didiagnosa
> autis oleh dokter2 di Indonesia. Saya mohon pencerahan dari dr. Rudy
> mengenai hal ini... Ada kemungkinan 'kan bom autisme yg mencapai 1:250
saat
> ini (di US), sebahagian besar merupakan anak2 gifted..? (saya rasa, kalau
> Einstein lahir di zaman ini, pasti udah divonis autis di masa
kecilnya..i/o
> gifted).
> Mudah2an ada harapan baru bagi org2 tua yg anaknya terkena autisme...
>
> Wassalam,
> Mama Mia & Rafi.
>
> --------------------------------------------
>   Subject:     [dentistry.id] Autis vs Gifted
>       Date:     Thu, 12 Apr 2001 05:06:31 -0700 (PDT)
>       From:     julia maria <[EMAIL PROTECTED]>
>  Reply-To:     [EMAIL PROTECTED]
>          To:     [EMAIL PROTECTED]
>
> URGEN
>
> TEMAN SEJAWAT  YTH,
>
> Dari Belanda saya mengamati perkembangan Indonesia
> terutama tentang bom autisme saat ini.  Mengapa saya
> mempunyai perhatian pada butir ini? Karena saya
> mempunyai anak yang jika didiagnosa di Indoensia ia
> adalah penyandang autis, tetapi di Belanda dia
> mendapat diagnosa anak gifted. Mengapa demikian?
> Karena Indonesia menggunakan manual diagnosa autis DSM
> IV dari APA (1994). Manual itu tidak mampu menjaring
> apakah anak itu mempunyai  congenital anomaly di pusat
> emosi pada limbik system, atau tidak. Karenanya semua
> anak yang memilki fotografis memory, baik yang
> mempunyai emosi  sebagaimana halnya anak gifted/anak
> luarbiasa/anak jenius maupun anak autis akan
> terdiagnosa sebagai autis. Terutama jika anak anak ini
> didiagnosa diusia balita saat ia tengah mengalami
> perkembangan.  Anak-anak gifted ini  terjaring sebagai
> kelompok anak ASD (Austism Spectrum Disorder) atau
> PPDNOS (Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise
> Specified), atau pun juga sebagai  MADD (Mild Autism
> Developmental Disorder).
>
> Situasi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi
> di Amerika negara yang melahirkan manual itu kini
> angka autisme setiap hari bergerak ke arah bukan lagi
> 4 : 12.000  sebagai angka semula tetapi lebih ke arah
> hitungan tidak masuk di akal, yaitu 1 ; 250….. 1:
> 125….. bahkan di California telah mencapai 1 : 70
> Bila kita melihat angka ini memang mengherankan,
> mengapa gangguan autis sampai begitu dahsayat bagai
> wabah bakteri atau virus? Mereka bukanlah autis.
> Epidemiologi autisme di Eropa berkisar 4 : 12.000.
> Penyandang autis  kita kenal sebagai kegagalan
> perkembangan emosi di limbik system yang karenanya
> juga menyebabkan perkembangan kognisi rendah (short
> term memory yang mengatur komunikasi verbal
> sehari-hari). Ia sangat dingin, tak pernah tertawa,
> tidak mengerti becandaan, introvert dan penyedih. Ia
> mempunyai gangguan komunikasi verbal sehingga
> mengalami hyperlexia, bahasanya terlalu harafiah dan
> tidak mengerti kiasan. Autis ini ada yang mengalami
> mental retarded tetapi juga ada autis yang tidak
> mengalami mental retarded yang disebut Asperger
> Syndrom atau Kanner Syndrom, yang oleh Amerika
> disebutnya sebagai High Function Autism (HFA).  Gejala
> Asperger/Kanner/High Function autism adalah selain
> introvert, tak mampu bercanda,  tak mampu membangun
> kontak social karena tak memiliki emosi dan gangguan
> komunikasi,  ia juga mengalami gangguan perkembangan
> motorik baik motorik kasar dan halus. Ia mempunyai
> stereotipik behaviour (buka tutup pintu, terfiksasi
> pada yang menjadi perhatian yaitu barang yang bergerak
> dan alam raya).  Mempunyai IQ tidak lebih dari 120.
> Gillberg, C. (1990c), What is autism? International
> Review of Psychiatry, 2, 61-66.
> Gillberg, C. (1991a), Outcome in autism and
> autistic-like conditions. Special section:
> Longitudinal research. Journal of the American Academy
> of Child and Adolescent Psychiatry, 30, 375-382.
>
>
> Gejala ini mirip dengan anak gifted, karena anak
> gifted mempunyai juga fotografis memory sebagaimana
> halnya anak high functioning autism.  Tetapi anak
> gifted mempunyai emosi yang sangat baik bahkan sangat
> substil. Dia bisa bercanda dan melucu, hal yang tidak
> dipunyai anak autis. Keterlambatan perkembangan
> bicaranya lebih disebabkan karena pola kembang anak
> gifted adalah BERSKALA BESAR, WAKTUNYA SINGKAT, TETAPI
> TIDAK SINKRON
>
> Gejala anak gifted.
> 1.      Bayinya lahir besar, bulan-bulan pertama beratnya
> pesat melesat, tetapi perkembangannya melambat saat
> sudah mulai bergerak banyak
> 2.      Apgar skor tinggi ( 9 – 10)
> 3.      Mempunyai refleks  dan motorik yang baik: refleks
> merangkak segera setelah dilahirkan, refleks terbang,
> menjumputi barang kecil-kecil, perkembangan merangkak,
> berjalan, berlari,  lebih cepat dari pada anak normal.
> 4.      Mampu manjat-manjat, jinjit, nendang bola,
> keseimbangan,   jauh lebih cepat dari seusianya, dan
> banyak gerak luar biasa, suka jalan jinjit-injit,
> tonus ototnya kuat.
> 5.      Mengerti bahasa isyarat.
> 6.       Sudah berbicara dan bernyanyi sebelum usia 1,5
> tahun tetapi tiba-tiba perkembangannya mundur
> 7.      Kemudian perilakunya banyak dipengaruhi oleh long
> term memory, short term memory sementara tertekan atau
> nampak fungsinya berkurang :
> 8.      Perfeksionist  dan sangat kuat daya ingatnya yang
> ditandai dengan: marah jika ada barang
> dipindah-pindah, sangat ingat jalan-jalan, marah jika
> meliwati jalan lain,  jijik dengan yang lembek-lembek,
> menggunakan barang (gelas, piring) yang itu itu saja,
> tidak mau mewarnai figure, panik jika hasil tidak
> sesuai konsep di kepala (misalnya menggambar dengan
> cat air ternyata mblobor),
> 9.      Cara bermain yang berbeda dengan teman-temannya,
> hanya bermain itu itu saja, tidak mengerti cara
> bermain sebagaimana anak lain main.
> 10.     Konsentrasi kuat terpusat pada yang menjadi
> perhatian seperti barang yang goyang-goyang, roda, air
> mengalir, pintu, barang yang bisa ditarik, diputar
> seperti pentil rado dan tivi.
> 11.     Tidak bisa duduk diam, Kekakacuan konsentrasi
> mudah tertarik pada rangsangan bunyi dan gerak, sering
> kesasar pada kegiatan lain (misalnya sedang makan,
> nasi menjadi bola, menjadi lempengan, akhirnya tidak
> makan).
> 12.     Diberi mainan hanya di buang
> 13.     Di sekolah tidak pernah menyelesaikan pekerjaan,
> tidak mau mengelir/mewarnai figur, jijik lem, cat, dan
> celemek.
> 14.     Tidak tahan pada rutinitas
> 15.     Keras kepala, tidak bisa disuruh
> 16.     Sosial, senang menolong (tapi tidak bisa disuruh)
> 17.     Tukang ngeledek (bila dilarang jangan main mati
> dan nyalakan lampu, malah seperti disuruh dan terus
> mengerjakan sambil tertawa-tawa)
> 18.     Selalu mencari tantangan baru
> 19.     Pada usia sekitar tiga terjadi lompatan
> inteligensia yang ditandai dengan lengkapnya
> pengembangan kemampuan dimensi( mampu membuat jembatan
> layang dari lego, mampu membuat bentuk/gambar bulat)
> 20.     Senang menirukan iklan televisi, kenal berbagai
> logo
> 21.     Belajar membaca sendiri dengan pengenalan huruf
> dari berbagai logo dan iklan
> 22.     Tertarik pada angka-angka
> 23.     Menggambar berbagai figur, manusia, binatang, dan
> lingkungan
> 24.     Mempunyai faalangst (takut berbuat salah)
> 25.     Alergi
> 26.     Terlambat dalam kemandirian buang air kecil, air
> besar, dan malam masih ngompol sampai di ujung balita,
>
>
> Anda bisa melihat tentang anak gifted ini di:
> http://www.hoogbegaaf.pagina.nl
>
> Anak-anak gifted ini tidak memerlukan speech terapi
> maupun diet bebas casein bebas gluten (CFGF), terapi
> perilaku untuk menghilangkan streotipiknya, tetapi ia
> lebih diarahkan kepada pengembangan inteligensia,
> perkembangan motoriknya, dan sosialisasi. Kesalahan
> penanganan pada masa balita akan membawa konsekwensi
> pada terhambatnya perkembangan inteligensia,
> perkembangan psikologis yang tidak menguntungkan yang
> mengarah pada agrsifitas maupun withdrawn.  Terlebih
> jika ia mendapatkan terapi obat-obatan psikotropik
> seperti risperdal dan prozac yang banyak diberikan
> kepada anak-anak ini.
>
> Di media-media di Indonesia kini tengah gencar
> dipublikasikan bahwa penyebab syndroma autis ini
> adalah vaksinasi MMR, DPT, Hepatitis, polusi logam
> berat, dan alergi. Toeri ini sesungguhnya semua salah.
> Teori ini berasal dari kelompok kedokteran
> naturopathy.
>
> Perlu diperhatikan bahwa di Amerika saat ini anak-anak
> ini tengah menjadi sasaran pengobatan holistic,
> pengobatan naturophaty yang menjanjikan kesembuhan
> (catatan anak-anak ini akan membaik sendiri di saat
> usianya sekitar 5 tahun). Kedokteran naturopathy gaya
> baru adalah suatu bentuk kedokteran bizniz yang
> teorinya memanfaatkan dan menyalahgunakan teori
> kedokteran tetapi menggunakan inspirasi pada
> pengonatan Cina, melakukan pemeriksaan laboratorium
> kedokteran, tetapi pengobatannya megavitamin, suplemen
> dan bahan alami yang tidak mempunyai efek terapi.
> Semisal Chelation (penarikan mercury dari tubuh
> melalui infus) menggunakan GABA . Ataupun infus sel
> otak kambing untuk memperbaiki kerusakan sel otak
> manusia sehingga anak-anak yang mengalami cacat
> genetis (seperti down syndrom dan autis) diajnjikan
> akan menjadi normal. Penyembuhannya disebut Biomedical
> Treatment.
> Kedokteran Holistic yang dipioniri oleh Andrew Weil
> seorang dokter dari Amerika ini dalam melemparkan
> bisnisnya di dunia memanfaatkan internet, direct
> selling dengan mata rantai dokter, membangun
> rumah-rumah obat dengan para konsultannya.
>
> Mohon kepada rekan rekan sejawat untuk terus
> berhati-hati, karena publikasi autis di media-media
> massa di Indonesia hanya akan menyebabkan kepanikan
> masyarakat, berbondong ke dokter, dan terjebak dalam
> diagnosa autis dan selanjutnya akan terjaring dalam
> kemelut dunia bizniz dan rusaknya generasi modal
> bangsa, yaitu anak-anak gifted. Saat ini dokter-dokter
> yang biasa menangani autis di Indonesia, rata-rata
> sehari telah kedatangan pasien 3 orang setiap harinya.
> Tanpa sadar mereka juga terjebak pada kemelut yang
> seharusnya cepat distop dan diatasi. Sedangkan ilmu
> tumbuh kembang balita gifted masih terlalu muda, baru
> berdiri 10 tahun lalu di Belanda dan baru menyebar di
> 7 negara Eropa saja (Belanda, Perancis, Belgia,
> jerman, Polandia, Italia dan Swedia).
> Saya mengkhawatirkan kelak di Indoensia angka autis
> akan terus bergerak ke arah 1 : 50 karena prosentasi
> anak gifted adalah sekitar 2 persen  (dg IQ di atas
> 140). Padahal sementara ini pemerintah tengah
> menggelar penjaringan autis di seluruh Indonesia.
>
> Mohon surat saya ini disebar luaskan, dan kepada yang
> mempunyai hubungan dengan pemerintah CQ Departeman
> Kesehatan mohon dengan segala kekhawatiran saya untuk
> membukakan mata. Kepada Dep. Kesehatan RI bisa
> berhubungan dengan Centrum voor Begaafheidonderzoek
> Katolijke Universiteit van Nijmegen dg email adres:
> http://www.socsci.kun.nl/psy/cbo/engels.htm#diag
> Lembaga inilah pusat dari ECHA (European Council for
> High Ability) yang melahirkan teori tumbuh kembang
> anak gifted.
>
> Thanks
>
> DR.drg. Julia Maria,MS
>
>
> .
> --
>     Hari JP
>    [H,J]=ipi



>> kirim bunga ke negara2 di Asia? klik, http://www.indokado.com  
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke