Nimbrung tulisan dari Nadhira Khalid ttg perkembangan balita, terutama pada usia 2 tahunan. Usia 2 tahun memang phase yang cukup membingungkan orangtua, karena mereka begitu aktif, mood mereka dalam beberapa menit bisa berubah 180 derajat, sesaat begitu manis, hanya karena insiden yang kecil sekali, bisa berubah total. Maka dari itu ada istilah "terrible two". Pengalaman saya, selain memberi contoh, action atau tindakan langsung adalah 10x lebih manjur, karena mereka langsung dapat melihat hasilnya. Misal, saya pergi ke toko, (pada umumnya anak-anak suka pergi ke toko/supermarket) dengan perjanjian bahwa anak saya akan duduk dengan baik di kereta dalam toko, tapi ternyata belum 10 menit sudah mulai minta digendong dsb. Tindakan langsung, p u l a n g. Pada saat makan, mereka bermain dengan makanan yang ada, (yang pada dasarnya mereka sudah tahu kenapa tidak boleh bermain dengan makanan dan konsekwensinya), tetapi tetap melakukannya, tanpa bicara apa-apa, makanan dia saya bereskan. Terkadang ada pemikiran takut kalau-kalau nanti kurang makan, tapi dengan tingah laku bermain dengan makanan tsb, toh 90% kemungkinan si anak tidak akan makan makanan tsb. (dokter anak saya mengatakan, kalau si anak pada dasarnya akan memakan makanan tersebut, dia akan memakannya pada 15 menit pertama). Demikian juga dengan mainan, tunjukkan bahwa kita begitu menghargai bahwa dia bisa bermain dengan baik, (praise does work), tetapi begitu dia sudah mulai melempar atau merusak, langsung berhenti. Kemungkinan besar dia hanya bosan, sehingga dengan mangalihkan perhatiannya, seringkali semua jadi baik kembali. Memang tindakan-tindakan mereka pada dasarnya seringkali hanya menunggu respon apa yang akan terjadi, dan kalau respon yang ada tidak begitu "menggoda", semoga saja si anak merasa tidak ada gunanya memberi pancingan dengan melempar mainan atau merobek buku dengan sengaja. Saya kurang tahu apakah dengan cara yang kontras sebaliknya dapat diterapkan pada anak usia 2 tahun, dengan contoh dalam tulisan terdahulu: > Maksud saya, kalau ia membuang makanan, biasanya si anak sebenarnya menunggu reaksi kita yang dia tahu, pasti kita teriak dan melarangnya dengan kata jangan. Nah..untuk karakter anak begini, disarankan untuk mencoba "menganjurkan" (tidak melarangnya) dengan kata-kata, "buang aja semua". Katanya, biasanya si anak tidak akan jadi melakukan tindakan salah tadi. Tetapi dari pengalaman saya, saya sendiri merasa harus pandai2 membaca 'mood' anak saya, kalau dia ada kecenderungan akan merobek, misal, langsung saya singkirkan, tidak membuat dia 'tempted' untuk merobek buku tsb. Saya juga setuju dengan tulisan Imam Suhadi mengenai "Pesan Aku", karena membuat mereka lebih ber-empathy terhadap perasaan oranglain dan merasakan apa akibat dari perbuatannya. Dengan sedikit banyak trik dan pengalaman, "terrible two" dapat menjadi "terrific two". Untuk melihat diskusi milis ini sebelumnya, klik: http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com/ -------------------------------------------------------------------------- "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas" Berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet