Sumber : keluarga.Org 

SUSU FORMULA : APA DAN BAGAIMANA KOMPOSISINYA ? 

Produsen-produsen susu formula - yang terbuat dari susu sapi atau susu kedelai- 
belakangan ini sangat gencar mengkampanyekan bahwa produk mereka dibuat "hampir sama 
atau serupa" dengan ASI. Padahal menurut para ahli, kampanye seperti itu sama sekali 
tidak dibenarkan. Menurut mereka susu formula tidak akan mungkin pernah menyerupai 
ASI. Khasiat ASI sepeti sel-sel, hormon dan enzim aktif , immunoglobulins dan senyawa 
yang memiliki strukutr unik tidak akan pernah didapati dalam susu formula. 

Selain dari jauhnya komposisi yang terkandung dalam susu formula dengan ASI, komposisi 
antara merek susu formula yang satu dengan yang lainnya tidaklah pernah dapat 
dibandingkan. Selain itu juga tidak akan pernah ada formula yang pasti di dalam setiap 
produk susu sintetis ini. Kandungan dan kwantitas nutrisi dari susu formula sangat 
beragam tergantung jenis dan mereknya - apakah itu susu sapi atau susu kedelai. Tetapi 
produsen susu formula masih berkilah, anak-anak yang akan diberikan susu kaleng ini 
lebih baik dikonsultasikan dahulu kepada dokter anak karena kebutuhan nutrisi dari 
setiap anak berbeda dan unik. Menurut mereka, para dokter akan tahu merek mana yang 
sesuai dilihat dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap anak tersebut. Ini tentu saja 
tidak akurat dan tidak mungkin! 

Komposisi yang beragam yang tertulis didalam setiap kemasan susu formula terus 
berlansung dan ini hanya merupakan dalih mereka saja karena sebetulnya produsen susu 
sintetis ini tidak memiliki resep yang pasti dalam membuat susu formula. FDA (Food and 
Drug Administration) - Badan Makanan dan Obat-obatan milik pemerintah Amerika Serikat 
- mengatakan dalam pernyataannya bahwa bahan kimia yang pasti yang memproduksi ASI di 
dalam tubuh sampai sekarang belum diketahui. 

Belakangan ini juga banyak produsen susu formula yang menambahkan zat besi dalam kadar 
rendah ke dalam produk mereka. Padahal, menambahkan zat besi (dalam jumlah tertentu) 
tidak dapat mencukupi nutrisi yang dibutuhkan oleh seorang anak. Jumlah zat besi yang 
harus ditambahkan dalam setap produk susu formula sampai saat ini belum diketahui 
ukurannya secara pasti. Sementara itu iklan-iklan yang gencar dikampanyekan oleh 
produsen susu formula tidak akan pernah menjamin seorang anak akan mendapat nutrisi 
vital yang cukup. 

Selain zat besi, belakangan ini banyak produsen susu formula yang mengklaim bahwa 
produk mereka ditambah dengan DHA (docosahexaeonic acid). DHA ini adalah komponen 
penting yang diketahui hanya terdapat di dalam ASI dan senyawa ini tidak pernah dapat 
dibuat sesuai dengan aslinya. Selain itu menurut para ahli, bayi yang diberi susu 
formula sejak lahir, akan mempengarui kecerdasannya seperti menurunnya kemampuan 
belajar dan kemampuan koginitifnya. Maka dari itu, selama masih mampu memberikan yang 
terbaik untuk buah hati anda mengapa memberikan barang sintetis? ASI, selain praktis 
juga gratis. Bandingkan jika anda harus membeli susu formula yang harganya tidak murah 
itu. 




--------------------------------------------------------------------------------

Sumber : Kompas (7/9 1999) 

FORTIFIKASI 

SUSU formula bayi yang difortifikasi dengan zat besi ternyata tidak meningkatkan 
pertumbuhan bayi, kendati dapat membantunya dari anemia. Hal ini dikemukakan oleh Dr 
Ruth Morley dari Universitas Melbourne di Australia pekan ini. 

"Tidak ada keuntungan bagi pertumbuhan atau perkembangan anak-anak yang diberi susu 
formula yang bersuplemen zat besi," katanya. 

Morley melaporkan hasil penelitian timnya dalam jurnal Archives of Disease in 
Childhood, yang meneliti 493 bayi sehat berusia sembilan bulan yang diberi minuman 
susu sapi biasa atau susu formula yang diperkaya selama sembilan bulan. Para peneliti 
yang menilai pertumbuhan dan perkembangan semua anak, tidak menemukan perbedaan antara 
kedua kelompok. 

"Data kami tidak mendukung perlunya suplementasi bagi anak-anak berusia antara 9-18 
bulan," kata Morley. 

Dalam laporan terpisah di jurnal yang sama, para ilmuwan dari Universitas Newcastle di 
Tyne, Inggris, menyatakan bahwa tinggi orangtua tidak selalu menjadi indikator yang 
baik bakal seberapa tinggi anak-anak mereka kelak. Banyak orangtua beranggapan bahwa 
anak-anak mereka akan setinggi mereka, namun Dr Charlotte Wright dan koleganya justru 
berpendapat lain. 

Penilaian mereka terhadap 400 anak menunjukkan bahwa memang anak-anak yang tinggi 
badan orangtua mereka berada di kisaran normal umumnya akan memiliki tinggi yang 
normal pula. Namun bagi orangtua yang ekstrem tinggi atau pendek, anak-anak mereka 
tidak selalu demikian. "Jika orangtua kelewat tinggi atau kelewat pendek, anak mereka 
relatif jadi kurang tinggi atau kurang pendek," kata mereka. (Reuters/ij) 

Kirim email ke