(lanjutan 3a)
  
Bukan Superman tapi Superstar
Benar, ayah bukanlah superman, tapi ia adalah superstar. Ia bintang di
tengah  keluarga. Ia pembawa dan penentu model sekaligus agen sosial.
Lewat aksi panggungnya yang memikat, ia menggemuruhkan keceriaan keluarga. 
Tapi,sebagai seorang bintang, ia tidak lahir dengan sendirinya. Ia membutuhkan 
dukungan.

Norma Tarazi dalam bukunya The Child menerangkan ini dengan baik.
katanya: Peran ayah itu digambarkan dengan jelas. Bahkan lebih jelas dari peran ibu, 
karena bagi lelaki peran ayah bukanlah peran instinktif.  Peran ini lebih membutuhkan 
bimbingan sosial daripada wanita dengan perannya sebagai ibu.
Sebelum dukungan datang dari luar, maka sang ayah harus mencari dukungan dari dirinya 
sendiri. 
Mereka haruslah secara kontinyu merangsang dialog dengan hati nurani secara intens dan 
apresiatif. 
Dialog-dialog ini harus mampu meyakinkan bahwa ia tidaklah satu-satunya ayah 
yang sedang belajar menjadi superstar.
Bahwa anak-anak membutuhkan cinta, dukungan, dorongan dan perlindungannya.
Bahwa melalui anak-anak para orang tua diajarkan makna hidup, cinta, 
kesucian,kesabaran dan sebagainya. 
Bahwa anak-anak melihat dunia  luar dengan perantara jendela sang superstar.

Dukungan dalam diri tidak akan berarti tanpa tekun dan sabar berlatih. 
Sampai suatu saat hilangnya kekakuan dalam berhadapan dengan anak-anak.
Muncullah ayah yang dengan ikhlas membantu anaknya mengerjakan PR, 
memandikan anak, mencuci baju dan belanja. Ayah yang membacakan buku
cerita untuk anaknya, mengantar anak les komputer.
Ayah-ayah inilah yang akan membuat dunia ini berputar dan menjawab
pertanyaan "where have all the fathers gone?" dengan "Here I am. Now
and forever!"

Semoga bermanfaat,

Kirim email ke