Sebabkan kecemasan kronis Membaca buku, berjalan-jalan di alam, atau bercakap dengan orang lain - di mana anak punya kesempatan untuk merenung dan berpikir - jauh lebih mendidik daripada menonton TV. Kegiatan ini meniadakan pengalaman berharga itu. Menonton TV merupakan pekerjaan tanpa akhir, tanpa tujuan, dan tak bikin "kenyang". Tidak seperti makan dan tidur yang bisa bikin perut kenyang dan badan tidak capek lagi, menonton TV tidak ada ujungnya. "TV membuat anak ingin terus menonton tanpa pernah merasa puas," ungkap Susan. Bagaimana dengan Sesame Steet, misalnya? Bukankah acara itu mendidik dan di sana anak diajari cara membaca? Sesame Street dan kebanyakan acara televisi untuk anak, papar Susan, meletakkan belahan otak kiri dan sebagian belahan otak kanan ke dalam gelombang alfa (slow wave of inactivity). Televisi membius fungsi-fungsi otak pikir dan merusak keseimbangan serta interaksi antara belahan otak kiri dan kanan. Secara umum, membaca menghasilkan gelombang beta cepat dan aktif, sedangkan menonton televisi meningkatkan gelombang alfa lambat di belahan otak kiri dan kanan. Belahan kiri merupakan pusat penting dalam kegiatan membaca, menulis, dan berbicara. Otak kiri merupakan tempat di mana simbol-simbol abstrak (misalnya huruf-huruf alfabet) dikaitkan dengan bunyi. Sumber cahaya televisi yang berpendar dan bergetar diduga ada kaitannya dengan meningkatnya aktivitas gelombang lambat itu. Otak primitif tidak dapat membedakan mana gambar riil dan mana gambar di TV karena penglihatan merupakan tanggung jawab otak pikir. Karena itu, ketika TV menayangkan gambar-gambar close-up dan gambar-gambar bercahaya secara tiba-tiba, otak primitif bersama otak limbik segera menyiapkan respons "hadapi atau lari" dengan melepaskan hormon dan bahan kimia ke seluruh tubuh. Degup jantung dan tekanan darah naik. Darah yang mengalir ke otot-otot anggota badan meningkat, bersiap-siap menghadapi keadaan bahaya. Karena itu terjadi dalam tubuh tanpa diikuti gerakan-gerakan yang sesuai dari anggota badan, maka acara-acara TV tertentu sesungguhnya meletakkan kita ke dalam suatu keadaan stres atau kecemasan kronis. Berbagai studi menunjukkan, pada orang dewasa yang mengalami stres kronis pertumbuhan belahan otak kirinya terhenti (atrophy). Ketika otak anak dipapari rangsangan visual sekaligus suara, yang diserap hanyalah visualnya. Ilustrasi tentang fenomena ini dapat dilihat pada sekelompok anak (6 - 7 tahun) yang disuguhi tontonan video yang suaranya tidak sesuai dengan gerakan visualnya. Begitu ditanya, mereka tidak ngeh kalau suara dan gambarnya tidak klop. Itu artinya, mereka tidak menyerap isi tontonannya. Begitu pula dengan Sesame Street.