Baraya, apal kana "burayot"? atawa sok nga-burayot. Hehehe
Ieu aya artikel, pikeun reureuh sakeudeung, nu keur rame padungdeng
rupa-rupa kajadian di lembur.

salam,
mh
===========
"Kueh Burayot" dan Silang Budaya

PULUHAN daerah yang tersebar di Tatar Sunda, pasti memiliki makanan
kecil khas yang jadi primadona. Bahkan penanda eksistensi suatu
daerah. Di Garut kita akan kenal dengan "dodol", Bandung dengan
peuyeum-nya, Karawang dengan Wajit, Sumedang dengan Tahu, dan pelbagai
makanan khas daerah lainnya di Jawa Barat.

Namun, di tengah popularitas kuliner di setiap daerah itu, ternyata
ada juga makanan kecil yang namanya jarang kita dengar. Posisinya
terpinggir bagaikan pasar tradisional yang tak berkutik dikalahkan
kemegahan mall, super market, dan pasar modern. Ya, kuliner Sunda itu
adalah "kueh burayot".

Kueh ini terpinggir di tengah hiruk pikuk masyarakat modern karena
dipandang sebagai makanan kecil yang tak punya daya jual tinggi.
Bahkan terkesan kampungan atau tidak prestisius. Padahal, kueh amis
yang bentuknya seperti sesuatu yang menggantung ini berasal dari
warisan karuhun. Dari namanya saja berbau kesundaan, yaitu "burayot".

Kendati agak sedikit pornografis, karena terasa tidak enak didengar,
"kueh burayot" untuk konteks masyarakat kampung, tentunya masih jadi
kuliner yang murah-meriah dan gampang dibuat. Hanya berbekal gula
kawung, tepung beras, minyak goreng, dan sedikit santan; warga kampung
sudah bisa mengolah, menghidangkan dan menyantapnya rame-rame.

Apalagi jika dinikmati ketika panas – baru dijait tina katel – pasti
nikmatnya tak kepalang. Emmh..!cudem kata Uwak Kepoh, ketika ia
mengiklankan produk Sozzis di salah satu stasiun Radio. Mungkin, yang
paling menghargai setiap rasa (dari pelbagai kebudayaan) dalam anatomi
tubuh kita, adalah lidah.

Sebab, satu lidah bisa mengonsumsi aneka macam bahan dan rasa kuliner
dalam satu waktu. Disinyalir juga bahwa dalam produk kuliner khas
daerah, tidak menggunakan satu bahan dalam setiap komposisinya.
Misalnya, komposisi "kueh burayot" sangat beragam dan itu mengajarkan
untuk selalu mengapresiasi keragaman.

Jika ditelisik secara filosofis, mungkin keragaman dalam setiap
komposisi kuliner etnik Sunda, akan memberi acuan perilaku pada
masyarakat. Sayangnya, dalam kajian antropologi, kita jarang meneliti
asal-usul nama etno-kuliner, dan kaitannya dengan produksi budaya,
sehingga muncul konotasi bahwa persilangan budaya hanya bisa terjadi
di ranah kesenian.

Padahal, asal-mula kehadiran kuliner di setiap daerah tidak terlepas
dari pengaruh budaya luar etnik, atau bisa juga merupakan pengetahuan
asli warga. Denis Lombard, seorang penggagas silang budaya mungkin
tidak melihat bahwa kuliner etnis di Jawa – khususnya di tatar Sunda –
sangat representatif dijadikan sebagai indikator telah terjadinya
persilangan budaya. Sebab, etno-kuliner bisa menentukan identitas
kebudayaan masyarakat lokal, termasuk Sunda; dan boleh jadi akan
memengaruhi kebudayaan para pendatang.

Menilik komposisi dan nama "kueh burayot", umpamanya, saya yakin bahwa
kuliner khas Jawa Barat ini – yang masih ditemukan di kampung - adalah
produk asli urang Sunda. Bahkan, seiring perkembangan zaman, kueh ini
bertransformasi menjadi kueh ali agrem dan kueh cuhcur; pertanda bahwa
secara kultural setiap pemikiran manusia mengikuti arus ruang dan
waktu. Tidak rigid, tidak kikuk, dan tidak stagnan.

Pertanyaannya, "kueh burayot" juga berubah bentuk menjadi "kueh ali
agrem" dan "kueh cuhcur", lantas kenapa kita tidak bisa memproduksi
budaya kendati hanya sekadar dari hasil silang budaya? Apabila mengaku
berbudaya, wajib rasanya kalau kita berguru pada lidah, yang tidak
pilih kasih atas segala macam rasa: manis, asam, asin; rame rasanya.
Bukan hanya itu, rasa pedas juga acap kali kita temukan dalam kuliner
Sunda; misalnya Sambel Cibiuk!

Jadi, mulai saat ini, kita sepatutnya melestarikan kuliner khas tatar
Sunda, yang sedang bergelut dengan globalisasi kuliner dari luar sana.
Sebab, tidak bisa tidak, lidah kita adalah lidah urang Sunda, yang
sejatinya mencicipi sekali saja kenikmatan manisnya "kueh burayot".
Minimalnya sebulan sekali; atau setahun sekali tatkala hari Lebaran
tiba.

Tentu saja kita pun tak pernah membenci pluralitas rasa pada setiap
kuliner dari daerah manapun kan? Nah, jika kita menghargai perbedaan
yang pasti terjadi pada realitas sosial kemasyarakatan; itu pertanda
bahwa kita telah menyerap ilmu lidah yang tak pernah pulah-pilih rasa.
Persilangan budaya pun akan mewujud ke dalam bentuk yang estetik dan
nikmat dicicipi. Bukan malah mengagung-agungkan kuliner dari luar
negeri saja.

Karena itu, sekarang saatnya kita membebaskan diri dari pengaruh
asing, dimulai dari kolonialisasi lidah bangsa luar. Tapi, bukan
berarti harus menutup diri dari pertukaran rasa setiap kuliner dari
pelbagai keberbedaan budaya. Sebab, ke depan (mungkin saja) akan ada
"kueh burayot" rasa coklat, rasa jeruk, dan sebagainya. Ini pertanda
bahwa kita selalu aktif memproduksi budaya, hingga melahirkan
persilangan budaya yang memukau. Bahkan sebagai bentuk perlawanan atas
hegemoni bangsa luar secara arif dan berbudaya.

Ah, tulisan ini hanya sekadar gagasan utopis; tapi sangat perlu
dijabarkan tatkala bangsa kita banyak yang lebih mencintai produk
luar. Hal ini untuk membuktikan bahwa bangsa kita, khususnya urang
Sunda, memiliki identitas yang tak bisa tenggelam kendati pusaran arus
globalisasi menerjang.

citation: 
http://sakola-sukron.blogspot.com/2007/08/kueh-burayot-dan-silang-budaya.html

------------------------------------

http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/
http://barayasunda.servertalk.in/index.php?mforum=barayasunda


[Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke