Nyieun wangunan, sanajan wangunan tempat ibadah, siga masjid, tetep perlu 
biaya. Hal nu biasa lamun dijalan raya aya cegatan mentaan sumbangan masjid 
(gereja di Minahasa), istilahna "nyair" duit sumbangan, da biasana sok make 
alat nu siga paragi nyair lauk dibalong keur "newak" duit nu dialungkeun ku 
para supir. 

Tapi beda deui di instansi nagara, sumbangan keur nyieun masjid, biasana sok 
make surat "satengah resmi" da sumbanganana disaluyukeun jeung pangkat/ 
jabatan. Beuki luhur pangkatna, sumbangan sukarela tapi wajib teh tambah gede 
sapaerti dibejakeun dihandap ieu:

    *
Indonesiana: Sumbangan Berdasarkan Jabatan

Majalah Tempo, 19 April 2010

Namanya juga sumbangan, biasanya bersifat sukarela dengan jumlah tergantung 
keikhlasan penderma. Tapi, di Mahkamah Agung, ada sumbang an yang ditentukan 
jumlahnya berdasarkan jabatan. Sumbangan untuk pembangunan masjid itu dapat 
dibayar sekaligus atau dicicil sepuluh kali sejak Maret lalu.

Ketentuan infak ditetapkan dalam surat edaran Panitia Pembangunan Masjid 
Mahkamah Agung 29 Januari 2010, yang ditandatangani Ketua Mahkamah Agung 
Harifin Tumpa. Dalam surat edaran itu, jumlah sumbangan ditetapkan berdasarkan 
urut kacang jabatan.Pimpinan Mahkamah Agung, hakim agung, pejabat setingkat 
eselon, ketua pengadilan tinggi, hingga panitera pengadilan tingkat pertama. 
Ada 16 pejabat di lingkungan peradilan yang menjadi sasaran sumbangan.

Jumlah sumbangan dari pimpinan Mahkamah Agung ditetapkan paling tinggi Rp 5,5 
juta. Sedangkan pejabat struktural eselon empat diminta memberikan sumbangan 
paling tidak sejuta rupiah, paling rendah dibanding pejabat lain. Pegawai atau 
karyawan kelas bawah barulah dapat menyumbang sesuai keikhlasan masing-masing.

Pembangunan masjid di Mahkamah Agung itu ditaksir membutuhkan biaya Rp 8,5 
miliar. Sejak 2002, dana yang terkumpul baru Rp 5 miliar. Dalam peletakan batu 
pertama pada Desember lalu, ketua panitia pembangunan masjid Syamsuhadi Irsyad 
mengatakan masjid ini akan menampung sekitar 900 anggota jemaah. Selama ini 
kegiatan salat Jumat dan peringatan hari besar Islam selalu dilaksanakan di 
balairung lantai dasar gedung Mahkamah Agung.

Namun niat baik ini dalam pelaksanaannya dianggap membebani pejabat. Wakil 
Koordinator Indonesia Corruption Watch Emerson Juntho mengatakan ada sejumlah 
pejabat di lingkungan peradilan yang mengeluhkan sumbangan ini. Surat edaran 
itu, kata dia, menyiratkan kesan pemerasan secara halus. Kalau tak menyumbang 
menurut ketentuan bisa-bisa dianggap tak loyal dan mempengaruhi karier. 



Kirim email ke