Studi Bahasa Indonesia di Eropa Minatnya Bertambah? bari muchtar
11-07-2008 Klik di sini untuk mendengarkan wawancara lengkap Di Belanda minat orang mau belajar Bahasia Indonesia di tingkat perguruan tinggi sangat berkurang. Tapi di negara-negara Eropa lainnya ternyata minat untuk itu masih cukup banyak. Begitulah setidaknya menurut pendapat beberapa peserta ISMIL12 di Leiden Juni 2008. Di negara mana saja dan kenapa? logo-indonesisch.gif ISMIL adalah singkatan dari The Twelfth International Symposium On Malay/Indonesian Linguistics atau Simposium Internasional Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Simposium kedua belas yang diikuti oleh berbagai guru besar, mahasiswa bahasa dan para pengamat itu digelar di gedung fakutlas hukum, Universitas Leiden pada 26-27 Juni 2008. Tertarik budaya "Karena tertarik budaya. Karena sejarah Indonesia juga menarik, " tutur Elga ketika ditanya motifnya belajar Bahasa Indonesia. Elga adalah warga Italia. Mahasiswa yang sudah lima tahun studi bahasa Indonesia ini menjelaskan di universitasnya di Napoli sekitar 40 orang mendaftarkan diri sebagai mahasiswa untuk belajar Bahasa Indonesia. Setelah lulus, mahasiswa yang pernah kuliah singkat di Universitas Negeri Jakarta ini, berharap bisa melanjutkan studinya di Leiden atau di Indonesia. Pasangan Philippe Grangé dan Chandra Nuraini Grangé adalah dosen Bahasa Indonesia di Universitas La Rochelle, Prancis. Ditanya kenapa belajar Bahasa Indonesia, Philippe Grangé mengatakan, karena ia jatuh cinta dengan Indonesia dan seorang perempuan Indonesia. Mana yang lebih dahulu? Jatuh cinta dengan Indonesia atau dengan seorang perempuan Indonesia? Philippe Grangé: "Pertama jatuh cinta dengan Indonesia, kemudian dengan seorang gadis Indonesia, yang hari ini ada di samping saya." "Guru kecil' Menurut Philippe Grangé, jumlah mahasiswa di La Rochelle juga sekitar empat puluh orang, dari tingkat pertama sampai tingkat master. "Tiap tahun kira-kira dua belas sampai lima belas mahasiswa baru," tambahnya. Meski sudah dua puluh tahun menggeluti Bahasa Indonesia, Philipp Grangé mengaku belum menjadi guru besar. "Guru kecil, katanya merendah diri ketika ditanya apakah ia sudah menjadi guru besar. Ia menambahkan, saat ini di Prancis belum ada lagi profesor Bahasa Indonesia. Chandra Nuraini berkenalan dengan Philippe sekitar dua puluh tahun lalu dalam sebuah acara radio di Bandung. Tidak lama kemudian, ia pindah ke Prancis untuk meneruskan kuliah. Dan kini akhirnya ia menjadi dosen dan sedang menyusun buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk orang Prancis. Dosen Bahasa Indonesia asal Bandung ini mengaku sering mengunjungi situs Radio Nederland Siaran Indonesia (Ranesi). Situs Ranesi dijadikan bahan kuliah para mahasiswanya. Chandra: "Menarik, terutama karena ada berita harian yang biasanya saya pergunakan sebagai bahan kuliah." Autodidak Menurut Waruno Mahdi, di Jerman cukup banyak tempat belajar Bahasa Indonesia. Waruno Mahdi sebenarnya seorang lulusan studi kimia, tapi sekarang banyak menekuni ilmu bahasa. Pria asal Indonesia yang sudah tiga puluh tahun tinggal di Jerman ini sepertinya lebih menyukai bahasa daripada kimia. Begitu sukanya dengan studi bahasa, ia sampai-sampai rela belajar sendiri alias autodidak. Citation: http://www.ranesi.nl/tema/masyarakat/StudiBI_11_07_08