Alhamdulillah, Sepulang dari nengok kebon, ngambil rebung (iwung) muda di Pamoyanan Si Kabayan melewati situs Batutulis yang terbengkalai pinggir jalan Batutulis dekat pasar tea, ternyata ada perubahan "penampakan", akhirnya ada yg merawatnya di atapi dgn asbes, dll.
Walaupun terkesan seadanya tidak didesain secara "nyambung" tapi Si Kabayan cukup appreciated dan five thumbs up lah buat government atau siapapun yg merawatnya. Ayo Pak Menteri Pariwisata di "goyang" lah dikit atuh biar ajiib :). Biayanya juga ngak seberapa. Masa kalah sama Urang China, yg bikin Ming Tombs (mode kompor: ON). Wisatanya bisa terintegrasi juga lho Pak Menteri sama Pura Agung Jagatkartha Ciapus, salah satu tempat petilasan Siliwangi dan Pura terbesar & terunik di P' Jawa. Would be nice kalau design atap dll-nya menggunakan konsep arsitektur ala Kanekes, "baduy" dengan tema Kasundaan, lebih terkesan organik dan menyatu dengan alam sehingga ditengah crowded-nya perumahan dan pasar batutulis ada suatu aksentuasi yg unik dan menarik, mampu mengundang pertanyaan dan bikin penasaran "apaan tuh", tidak lupa saranna informasi yg menjelaskan tentang sejarah situs batutulis tsb. Kang Rayi pastinya sudah punya oret-2an kira-2 design penampakannya nanti bakal seperti apa :). Apalagi kalau pemerintah mau memodali dgn membebaskan beberapa lahan utk taman dan parkir, orang bisa datang melihat, belajar, apa dibalik kearifan situs batutulis tsb. Apalagi disana juga ada 3 tempat yg bisa terintegrasi, situs batutulis, mandala "mbah dalem", bingung kok sekarang namanya jadi Mbah Dalem ya halaah??, dan Parit Pakuan, benteng pertahanan alami berupa parit/ kali yg dibuat oleh Sribaduga Maharaja Jayadewata (Siliwangi) utk pertahanan kerajaan Pajajaran. Karena parit pertahanan alami itulah Istana Pajajaran cukup sulit dihancurkan. Butuh puluhan tahun diserbu dalam berapa gelombang baru bisa hancur, itupun hancurnya dari dalam setelah pajajaran disusupi dan ada yg berkhianat :((. Bisa jadi heritage trails yg unik di Kota Bogor. Apalagi jalur batutulis adalah jalur yg biasa dilalui wisatawan yg berlibur di Jungle Waterboom, wisata kebun duren Warso, dan jalur alternatif sukabumi. Bapak pendiri Bangsa, Sukarno sangat menyadari betapa pentingnya Situs Batutulis, oleh karenanya Puri Batutulis pun dibangun tepat di hadapan Situs tersebut. Berikut ini tulisan Pak FX Puniman, Wartawan Senior Kompas, tentang "Mengingat Bung Karno di Batutulis": Minggu, 20 Agustus 2000 Mengingat Bung Karno di Batutulis NIAT untuk memindahkan makam Bung Karno dari Blitar, Jawa Timur, ke Istana Batutulis, Kota Bogor, Jawa Barat, semakin kuat. Ini menyusul penyerahan sertifikat istana tersebut kepada keluarga mantan Presiden Soekarno oleh Presiden Abdurrahman Wahid usai peringatan HUT ke-55 Kemerdekaan RI di Istana Merdeka pada hari Kamis (17/8) lalu. Pemindahan makam itu, disebut-sebut sesuai wasiat Bung Karno yang ingin dimakamkan di rumah peristirahatannya di Batutulis dengan nama Hing Puri Bima Sakti yang kemudian lebih dikenal sebagai Istana Batutulis. Budayawan Kota Bogor, Adenan Taufik (62) yang ditemui Jumat (18/8) siang mengatakan Istana Batutulis tersebut sebaiknya tidak hanya untuk memenuhi wasiat pemindahan makam, tetapi juga digunakan untuk Museum Bung Karno. Selama ini, bekas presiden kedua RI, Soeharto, telah memiliki museum. Sementara, Bung Karno dengan sejumlah karyanya, belum punya museum untuk menyimak kembali semua jejak hidupnya. "Museum Bung Karno dan sejumlah karyanya itu besar maknanya bagi bangsa Indonesia," kata Adenan. Saat ini, momentum untuk merencanakan pembangunan meseum Bung Karno sangat tepat sebab ahli warisnya/ anak-anaknya masih lengkap, termasuk di antaranya istrinya sebagian masih ada. Selain itu tokoh-tokoh yang dekat dengan almarhum antara lain seperti Soebandrio, Roeslan Abdulgani, dan ajudannya dari Kesatuan Pengawal Presiden Tjakrabirawa juga masih ada. Menurut Adenan, Bung Karno kaya akan koleksi karena itu sangat wajar untuk dibuatkan museum agar generasi penerus dapat mempelajari karyanya. "Sejarah tokoh besar presiden pertama Indonesia ini layak untuk diketahui yang baik maupun yang tidak baik oleh generasi penerus agar hal-hal yang tidak baik tidak terulang, sedang karyanya yang baik bisa ditiru dan bahkan dikembangkan," kata Adenan. Kisah cinta Adenan menyebutkan koleksi pribadi yang ada pada ahli warisnya antara lain berupa lukisan dan benda seni lain, pakaian, meja kursi dan lainnya serta foto pribadi bisa menjadi isi museum. Selain itu museum tersebut bisa diisi latar belakang pendidikan Bung Karno, sejumlah kisah cintanya dan pengasingannya, karya tulis termasuk surat-surat pribadi. Tak ketinggalan dokumenter yang ada di Perusahaan Film Negara, sejumlah pidatonya mulai zaman perjuangan sampai peristiwa G-30-S, masa setelah penyerahan kekuasaan saat dia ditelikung oleh Super Semar, hingga wafatnya. Semuanya bisa direpro lalu disimpan dalam museum. "Itu semua bisa diputar untuk disaksikan oleh pengunjung museum, kalau museum itu kelak jadi diwujudkan," kata Adenan Bukan itu saja, tetapi juga mobil yang pernah dipakai almarhum diupayakan untuk menjadi isi museum. "Mobil Bung Karno yang kini menjadi milik pribadi penggemar mobil kuno itu seyogyanya dibeli oleh ahli waris Bung Karno atau ditukar mobil yang baru dari pemiliknya untuk dijadikan barang museum karena merupakan salah satu benda yang memiliki nilai historis," kata Adenan Rumah Peristirahatan Bung Karno Hing Puri Bhima Sakti yang dikenal sebagai Istana Batutulis ini, pada zaman Orba berada di bawah Setneg meski lahan dan bangunan itu milik pribadi Bung Karno. Batutulis Rumah peristirahatan yang dibangun di tepi Jalan Batu Tulis di depan prasasti Batutulis peninggalan abad ke-15 ini pembangunannya selesai sekitar tahun 1963, bersamaan dengan selesainya pembangunan rumah untuk istri Bung Karno, Ny Hartini, di Jalan A Yani (dulu Jalan Jakarta). Bung Karno yang arsitek ini tahu betul tentang kisah raja-raja Pajajaran. Karena itu almarhum kemudian memilih lokasi untuk pembuatan sebuah rumah peristirahatan pribadi di depan Prasasti Batutulis. Lahan itu dibeli dari seorang Belanda. Di Istana Batutulis yang cukup teduh karena terdapat sejumlah pohon yang rimbun itu, Bung Karno dulu suka beristirahat dan merenung untuk hal-hal yang akan dikerjakan. Gunung Salak dapat disaksikan dari belakang rumah peristirahatannya itu. Istana Batutulis pun menjadi saksi ketika pada tahun 1968, menyusul Sidang MPRS Maret 1968 yang mencopot Bung Karno sebagai kepala negara, Presiden RI pertama itu dikenai tahanan rumah. Selama setahun di sini, kesehatan Bung Karno makin menurun. Setelah menulis surat sendiri kepada Soeharto, Bung Karno akhirnya diizinkan pindah ke Wisma Yaso di Jakarta. (pun) Salam Jasmerah, KAsep "Jangan Melupakan Sejarah" kun...@kasundaan.org "ti urang, ku urang, keur balarea" Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT ------------------------------------ http://groups.yahoo.com/group/baraya_sunda/ [Ti urang, nu urang, ku urang jeung keur urang balarea]Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Baraya_Sunda/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: baraya_sunda-dig...@yahoogroups.com baraya_sunda-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: baraya_sunda-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/