Nu kungsi diajar Elmu Bumi (Geografi), pasti papada terang yen Indonesia teh dibagi dua ku garis khayal nu disebut Garis Wallace. Garis ieu ngabagi dua fauna jeung flora di Indonesia. Wallace, naturalis (penjelajah alam) nu hirup sajaman jeung Darwin, boga kacindekan nu sarua jeung Darwin. Cenah lamun Darwin teu medalkeun "The Origin of The Species", Teori Evolusi tetep bakal mucunghul sabab aya Wallace. Malah aya nu nyebut sabenerna Teori Evolusi lahir leuwih ti heula di Ternate, lain di Pulo Galapagos tempat Darwin ngayakeun panaluntikanana.
Di Indonesia, aran Wallace salian diabadikeun aranna dina garis khayal flora-fauna, oge aya Yayasan Wallacea, nu dipupuhuan ku Prof Sangkot Marjuki, Direktur Lembaga Penelitian Eijkman, bossna Kang Kumincir. Jadi? Teori evolusi teh sabenerna terus jalan, henteu runtag ......dijieun dasar kaelmuan kaasup di universitas2 jeung lembaga2 panalungtikan di Indonesia. Ieu perkara wallace ti koran Tribun Kaltim: http://www.tribunkaltim.com/Iptek-Sains/Teori-Darwin-Menjiplak-dari-Surat-Ternate.html Teori Darwin Menjiplak dari 'Surat Ternate'? Rabu, 12-03-2008 | 04:00:00 TEORI Evolusi selama ini dikenal sebagai ide orisinal Charles Darwin. Padahal, pemikiran mengenai seleksi alam yang menjadi dasar teori tersebut berasal dari Alfred Russel Wallace, ilmuwan Inggris pencetus garis Wallacea melalui Laut Sulawesi, yang membatasi fauna dari Asia dan Australia. HAL tersebut disampaikan Kepala LIPI Profesor Umar Anggara Jenie di sela-sela lokakarya paparan hasil ekspedisi ilmiah Widya Nusantara di Kantor LIPI, Selasa (11/3). Ia mengatakan pendapat mengenai seleksi alam tertuang dalam surat-surat yang dikirimkan Wallace kepada Darwin pada tahun 1858 yang dikenal sebagai 'Surat dari Ternate'. "Sebagai lembaga yang concern terhadap sains, LIPI harus ikut ngomong," ujar Umar. Apalagi Perserikatan Bangsa-bangsa akan menetapkan tahun 2009 sebagai the Darwin's Year. Ia mengatakan saat ini di Inggris terdapat sekelompok ilmuwan yang meyakini bahwa Wallace pantas disejajarkan dengan Darwin, bahkan beberapa lembaga penelitian sudah mendampingkan foto keduanya untuk memberikan penghargaan terhadap lahirnya Teori Evolusi. Jika hal tersebut benar, pemikiran mengenai teori evolusi lebih dulu lahir dari Ternate daripada Galapagos. Peran Wallace akan dibahas dalam sebuah simposium di London pada Desember 2008. Simposisum ini diselenggarakan Yayasan Wallacea yang kini diketuai Profesor Sangkot Marzuki, Direktur Lembaga Penelitian Eijkman. Menurut Umar, sejarah di balik lahirnya teori-teori ilmiah seperti ini penting untuk dipelajari apalagi dekat dengan bangsa Indonesia. Dengan kenakaragaman hayati yang sangat besar, Indonesia telah terbukti melahirkan para ilmuwan-ilmuwan besar. Ekspedisi Widyanusantara merupakan salah satu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan LIPI untuk mengungkap lebih dalam keragaman hayati di Indonesia. Kegiatan penelitian ini akan dilaksan sampai tahun 2009 di Raja Ampat hingga Manado. Wilayah Raja Ampat telah diketahui sebagai kawasan dengan tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi dan diyakini menyimpan jejak sejarah penyebaran makhluk hidup di Indonesia. "Tidak tertutup kemungkinan hasil-hasil ekpesdisi E-Win dibawa dalam simposium sebagai satellite simposium lebih besar. Tapi jangan di Jakarta, mungkin di Ternate sebagai land of Wallace," tandas Umar. Surat 1858 Tahun 1858, Alfred Russel Wallace, di usia 35 tahun tergolek lemah karena malaria. Ia terisolasi di Spice Islands. Dalam kondisinya yang tidak berdaya, Wallace masih menulis surat kepada Charles Darwin. Ia mengungkapkan ketertarikannya dalam teori seleksi alam. Darwin terkejut ternyata pekerjaannya selama bertahun-tahun telah terkuak. Hanya berselang dua minggu kemudian, rancangan Darwin dan surat Wallace dipaparkan bersama di London. Satu tahun kemudian Darwin menerbitkan bukunya On The Origin of Species, sementara Wallace masih tidak berdaya di belahan lain dunia ini. Dalam buku biografinya, Alfred Russel Wallace: A Live, di situlah mulai terungkap bahwa Wallace membuka jejak baru pengembangan salah satu teori ilmu pengetahuan yang diburu para penjelajah, dan pemikir di abad 19. Dengan tegas dan penuh perasaan, Peter Raby, penulis buku tersebut, menuliskan bahwa Wallace adalah sosok pemberani, penjelajah luar biasa dan seorang pria yang sangat berperikmanusiaan. Biografi Wallace yang ditulis Raby menggambarkan lebih banyak korespondensi yang dilakukan para penulis biografi lainnya. Raby juga menampilkan adanya hubungan antara Wallace dan Darwin. Sayangnya, Wallace bukan tanpa kekurangan. Dan kekurangan Wallace inilah yang dimanfaatkan Darwin. Wallace adalah seorang pria asli Inggris yang belajar otodidak. Ia melewatkan empat tahun di Amazon pada pertengahan abad 20-an untuk mengumpulkan berbagai spesimen untuk museum dan koleksi jimat pada bangsawan. Ia kehilangan kapalnya karena terbakar di Atlantik. Tapi, hanya dua tahun kemudian, Wallace pergi ke bagian timur Indonesia. Ia berhasil menemukan spesies yang sangat berharga dan mengidentifikasi pembagian fauna Asia-Australia yang kemudian dikenal dengan nama Garis Wallace. Ia kembali ke Eropa dengan berbagai kontroversi yang terus menerus dipublikasikan hingga ia meninggal pada usia 90 tahun pada tahun 1913. Ia telah menuliskan kisah perjalanannya, menemukan disiplin keilmuan biogeografi, mempromosikan seleksi alam dan membua perbedaan terhadap pemikiran dan kesadaran manusia. Ia adalah pria sosialis yang rajin tapi juga beragama. Wallace adalah salah satu bagian besar dari sejarah ilmu alam yang terlupakan. Biografi yang menyedihkan ini untuk pertama kalinya ditemukan pada 1905, dan akhirnya mengembalikan Wallace ke pusat keilmuan. (kcm/cpk)