kumaha mun nu rek naraek teh matana di tutup, di tuntun hiji hiji ku 
patugas...ke di bukana mun rek turun... he he. sigana nu lolong nu aman naek 
transportasi nu didedet kieu mah

--- Pada Sab, 17/7/10, Aldo Desatura ™ <hanja...@gmail.com> menulis:

Dari: Aldo Desatura ™ <hanja...@gmail.com>
Judul: [Baraya_Sunda] 'Ritus Se*s' di TransJakarta
Kepada: "BAOT" <ba_...@balita-anda.com>
Cc: "hanyawan...@yahoogroups.com" <hanyawan...@yahoogroups.com>, "CitaCinta" 
<citaci...@yahoogroups.com>, "milis femina" <femina-frie...@yahoogroups.com>
Tanggal: Sabtu, 17 Juli, 2010, 12:27 AM







 



  


    
      
      
      dooohh ini baru bus, kumaha dengan kereta yang gerbongnya sampe 8?

hehehe sok lah PR kanggo pamarentah



'Ritus Seks' di TransJakarta

Djoko Suud Sukahar - detikNews



Jakarta - Adhim tertimpa ‘musibah’. Pegang pantat mahasiswi membawanya

ke penjara. Itu dilakukan di bus TransJakarta. Dia dikenai pasal

tindakan tidak menyenangkan. Ancaman hukuman menunggunya. Dan akibat

‘tekanan’ dari banyak pihak, Adhim pun ditahan.



Negeri ini memang seperti hutan belantara bagi masyarakat bawah.

Transportasi yang semrawut membuat mata berkunang-kunang sebelum

sampai tujuan. Pengap dan sesak berebut angkutan, penumpang mirip ikan

pindang ditegakkan.  Berdiri baris berjajar, dan kalau ada yang turun,

maka gesekan dan bertindihan tak terhindarkan.



Naik angkutan umum di Jakarta juga seperti sedang menjalani ritus

suci. Nafsu amarah dikendalikan agar bus tidak berubah menjadi ring

tinju. Dan nafsu seks wajib ‘dihilangkan’. Terutama jika berdempetan

dengan lawan jenis. Bagaimana pun cantiknya ‘dempetan’ kita, hawa

nafsu itu jangan diekspresikan. Jika sampai nafsu birahi menggelegak

dan tangan atau pantat bereaksi, jangan menyesal jika terkena pinalti.

Prittt ! Dilaporkan polisi.



Itu dialami Adhim. Pengangguran itu bergelantungan di bus

TransJakarta. Dia berhimpitan dengan TS, mahasiswi sebuah perguruan

tinggi. Gadis cantik bertubuh molek itu membuatnya bernafsu. Refleks

tangannya bergerak. Dia gerayangi pantat gadis itu. Sang gadis

berteriak, dan yang tak perlu terjadi terjadilah. Adhim dipidanakan.



Moda transportasi Jakarta memang memaksa orang tebal iman. Kita

dipaksa untuk menjadi orang yang sabar dan bertawakal. Jangan marah

diteriaki, dimaki, digencet dan didorong-dorong. Juga jangan ereksi

saat dipaksa berbaris dempet, ketat, laki-perempuan yang kadang bagian

sensitif bersenggolan. Kalau sampai tidak tebal iman, maka nasib yang

dialami Adhim bukan mustahil menimpa yang lain.



Seorang teman berseloroh, beginilah pemerintah Daerah Khusus Ibukota

(DKI) memberi pendidikan moral bagi rakyatnya. Menguji keimanan

melalui desak-desakan laki-perempuan. Meredam amarah dan libido. Dan

tak lama lagi akan diinstruksikan agar berzikir selama naik bus.

Istighfar supaya selamat dari tindak kriminal.



Sebab jika tidak untuk itu, maka harusnya transportasi ini

ditertibkan. Bus mengangkut penumpang dibatasi hanya pada jumlah

bangku yang tersedia. Tidak kurang dan tidak lebih. Apalagi bus

TransJakarta sejak beroperasi memang diarahkan ke sana. Sebagai

angkutan eksklusif dengan fasilitas dan suasana yang mendorong kelas

menengah tertarik meninggalkan mobilnya di rumah.



Kini eksklusivitas itu hilang sudah. Adhim ‘menunjukkan’ itu, dan

Adhim-Adhim yang lain masih banyak menunggu terjerat. Ini merupakan

kasus ketiga yang sempat ramai. Diributkan di tempat, dilaporkan ke

polisi, tapi tidak lanjut ditangani. Dan Adhim merupakan orang pertama

tersandung masalah pelecehan seksual di bus TransJakarta dan

dipenjara.



Jika di TransJakarta baru kasus ketiga pelecehan seksual ini, tidak

demikian dengan peristiwa serupa di bus umum dan Kopaja. Sesaknya

penumpang menjadikan ‘pelecehan seksual’ menjadi peristiwa lumrah.

Beberapa tahun lewat, kasus yang lebih ‘ngeri’ pernah terjadi.

Mahasiswi cantik dijadikan ‘alat’ pemuas nafsu.  Pantatnya (maaf)

digesek-gesek pemuda, dan ulah itu ketahuan saat ejakulasi.



Sang pemuda memang diamankan. Dia mengaku terus terang melakukan itu.

Dia bilang terangsang melihat kecantikan serta bentuk tubuh gadis yang

berada di depannya. Setelah dihajar ramai-ramai dan babak-belur

terkena hukum rimba, pemuda itu dilepas seraya minta maaf dan janji

tidak mengulangi perbuatannya lagi.



Di bus kota jam-jam sekolah pelecehan seksual menjadi pemandangan

umum. Itu dilakukan dengan sengaja atau ‘terpaksa’. Transporatsi umum

yang tidak memadai membuatnya harus ‘dilecehkan’ atau ‘melecehkan’.

Malah kalau ada gadis yang ‘terlalu’ sensitif bukan mendapat pembelaan

tetapi justru sebaliknya, dicemooh.



Adhim memang tersangka. Dia tergelitik memegang pantat gadis yang ada

di depannya. Tapi Adhim juga sekaligus korban. Korban dari moda

transporatsi kita yang amburadul dan tidak manusiawi. Kalau Adhim

tergolong penjahat kelamin, layak baginya dipidana seberat-beratnya.

Tapi jika Adhim melakukan itu akibat jeleknya kondisi pelayanan bus

TransJakarta yang merangsangnya melakukan pelecehan seksual,  maka

pemerintah DKI-lah yang layak untuk dipersalahkan.



Pemerintah DKI merangsang warganya yang baik untuk berbuat jahat.

Melakukan ritus seks di bus TransJakarta!



* Djoko Suud Sukahar: pemerhati budaya, tinggal di Jakarta



-- 

Aldo Desatura ® & ©

================

Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi

Keberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan Adalah pelaksanaan kata kata



    
     

    
    


 



  





Kirim email ke