Mungkin saya bisa sedikit berbagi pengalaman saya dengan Mas Musica
ataupun anggota lain yang memiliki tantangan yang sama yaitu pendiam.
Sebelumnya perkenankan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Nama saya Indriya, saya berdomisi di Surabaya dan saat ini sedang
menyelesaikan tugas akhir (TA) di perkuliahan saya. Selain itu,
sementara ini saya juga bekerja part-time untuk menjalani beasiswa
ikatan dinas saya sebagai staf Humas di kampus saya dan saya juga
menjadi pelaku bisnis MLM Tiens.
Pertama saya ucapkan kata salut untuk Mas Musica karena telah berani
mengambil keputusan untuk merubah diri sendiri demi masa depan :) Karena
jujur berdasarkan pengalaman saya, sangat sulit untuk mengambil
keputusan merubah diri sendiri dan keluar dari zona nyaman.
Saya berkeinginan kuat untuk berbagi di sini tak lain karena sebelumnya
saya juga mengalami tantangan yang sama yaitu pendiam. Bahkan untuk
berkenalan pun saya susah banget kecuali kalau diajak berkenalan :) Saya
mulai mengambil keputusan untuk merubah diri sendiri ketika saya
mengambil keputusan untuk ikut bergabung dalam perusahaan Tiens. Hal ini
saya sadari ketika saya mulai mengikuti sistem pembelajaran yang
dianjurkan oleh perusahaan pendukung Tiens di Indonesia, dalam hal ini
adalah Unicore, untuk membaca dua buku positif utama yaitu "Berpikir dan
Berjiwa Besar" karangan David J. Schwartz dan "Bagaimana Mencari Kawan
dan Mempengaruhi Orang Lain" karangan Dale Carnegie.
Kedua buku tersebut bagi saya sangat-sangat membantu saya dalam proses
pengambilan keputusan untuk merubah diri saya. Buku pertama "Berpikir
dan Berjiwa Besar" saya mendapatkan banyak sekali bantuan masukan untuk
merubah pola berpikir dan sudut pandang saya yang semula banyak negatif
dan hidup tanpa arah dan tujuan menjadi senantiasa berpikir dan
berpandangan positif serta berani untuk menetapkan tujuan hidup. Untuk
buku yang kedua "Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain"
saya memperoleh banyak sekali prinsip dasar dalam berkomunikasi terutama
bagaimana untuk memulai komunikasi kepada orang yang belum kita kenal
atau istilahnya sih "ice-breaking". Dalam buku ini juga saya mendapatkan
bagaimana menciptakan komunikasi yang sehat. Menurut saya, kedua buku
ini isinya saling mengisi dan sangat saya rekomendasikan untuk dibaca
bagi setiap orang yang berkeinginan untuk mencapai kesuksesan khususnya
bagi yang baru memulai keputusannya untuk meraih kesuksesan.
Yang terpenting setelah membaca kedua buku tersebut, kita terapkan
prinsip-prinsip pada buku tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Oh
ya, di dalam prosesnya kita akan merasa tidak nyaman pada awalnya. Saya
juga merasakan ketidaknyamanan tersebut dan saya menyadari hal ini
disebabkan saya belum terbiasa dalam melaksanakan prinsip-prinsip
tersebut. Dan ketika prinsip-prinsip tersebut telah menjadi kebiasaan,
maka kita akan merasakan kenyamanan dan percaya atau tidak diri kita
akan merubah menjadi lebih baik. Sekarang saya telah merasakan bahwa
diri saya dapat berkomunikasi dengan lebih baik meskipun terkadang masih
muncul sikap pendiamnya. Namun saya merasakan hal ini wajar saja dan
yang penting adalah pengembangan diri kita yang lebih baik meskipun baru
setahap. Sesuai dengan ungkapan bijak "Kota Roma tidak dibangun dalam
semalam" jadi proses pengembangan diri juga ada tahapannya.
So, saran saya apabila Mas Musica ingin menjadi talkative bisa dimulai
dengan membaca buku karangan Dale Carnegie yang bisa dibeli di toko-toko
buku terdekat. Jujur ini baru pertama kali saya menulis di milis ini
karena sudah lama saya ingin ikut berbagi dengan rekan di milis bicara
ini. Sebelumnya saya hanya sebagai anggota pasif yang menjadi pembaca
setia postingan rekan-rekan yang lain. Dan karena terdorong oleh pesan
dari Pak Ikhwan Sopa bahwa kalau kita ada bahan bicara maka doronglah
diri kita untuk berbicara jadi saya berbicara (baca: menulis) tentang
cerita saya ini. :) Demikian sedikit cerita dari pengalaman saya, mohon
maaf kalau saya berceritanya terlalu panjang. Dan terima kasih untuk Pak
Ikhwan Sopa dan rekan-rekan yang lain atas posting artikel-artikelnya
yang sangat bagus dan bermanfaat bagi saya.
Salam,
Indriya
Musica wrote:
Nah,justra aku pengennya ga jadi orang yg pendiam.Karena,menurut
pengalamanku,dari apa yg aku amati selama ini di lingkungan
sekitarku,menjadi orang yg mampu berbicara efektif,pembicaraan ringan
ataupun yg sifatnya persuasif,punya kelebihan yg jauh lebih besar
dibanding orang yg pendiam.Apalagi karir yg ingin aku tekuni
memerlukan kemampuan berkomunikasi yg kuat.Di lingkungan sekitar
temanku aja aku sulit nemuin sesuatu untuk dibicarakan,dalam obrolan
antar teman2 misalnya,maksudnya hanya untuk membuat hubungan lebih
akrab gitu.Tapi rasanya sulit skali,walaupun hanya dalam konteks
"pembicaraan ringan".Aku cenderung ngomong sesuatu yg sifatnya
serius,walaupun udah berusaha ngomongin hal yg santai2.
Dan juga,aku perhatikan gaya komunikasiku seperti defensif gitu.Jadi
walaupun aku berusaha akrab pada seseorang (dan aku emang suka menjadi
teman orang itu),rasanya tetap aja apa yg aku omongin itu seperti
pembatas keakraban kami,seperti tembok (kita cuma bisa sedekat
ini...tak bisa lebih akrab lagi).
Jadi problemku adalah tak bisa mengkomunikasikan ide dan yg utama ga
punya ide untuk dikomunikasikan (sulit brainstroming),walaupun hal itu
aku yakin sangat kubutuhkan.Gimana menurut mas Sopa?
On 5/7/07, *Ikhwan Sopa* <[EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]>> wrote:
Mas Musica,
Kata orang pinter, bicara baik atau diam, speak good or be silent.
Jadi berbicara baik dan bagus bukan berarti berbicara banyak. Pada
intinya, kalo ada sesuatu yang memang ingin dibicarakan, bicaralah.
Kalo nggak punya bahan, ya diam.
Bicara kepada teman, berarti Mas Musica ya musti tahu kalo enter
sebagai teman, apa sih yang ente suka ditanyakan kepada Anda? Maka,
tanyakanlah itu pada teman Anda.
Biasanya sih, yang ringan aja. Kabar teman lain, kabar sesuatu yang
ada hubungan dengan hobi, nostalgia, rencana, current issue,
aktivitas terkini. Pokoknya yang sifatnya ringan dan akrab.
Ngobrol itu sebenarnya punya risiko, itu sebabnya "bicara baik atau
diam". Kenapa?
Kalo public speaking, you prepare first, edit, latih, baru bicara.
Kalo ngobrol, bicara dulu, baru edit kemudian. Kalo salah omong
gimana? Berabe!
Jadi nggak perlu maksa. Kalo kita dibilang pendiam, ya biarin aja.
Kalo emang kita pendiam masa mau maksa jadi banyak omong, nanti aneh.
Be yourself.
Sopa.
--- In bicara@yahoogroups.com <mailto:bicara%40yahoogroups.com>,
Musica <douze.etudes @...> wrote:
>
> Jujur aja,selama ini aku punya kelemahan dalam berbicara.Dalam
interaksi
> sosial antar kawan,aku sering mengalami kesulitan dalam menemukan
apa yg
> bisa dibicarakan supaya hubungan aku dan teman bisa menjadi lebih
> dekat.Bahkan pembicaraan ringan pun aku tak tau.Walaupun udah
berusaha untuk
> memikirkan ,tetep aja ga bs.Berusaha spontan pun tak bisa.Memang
kadang bisa
> dan sering kali tidak.Apa ada yg punya saran ttg hal ini?