Written by Wahfiudin : www.radix.co.id Kemajuan Teknologi Berbuah Hedonisme Tak ada yang tetap di alam semesta ini kecuali perubahan. Perubahan dapat secara alami (Allah SWT langsung yang mengendalikannya), dapat juga secara artifisial yang dilakukan oleh manusia (karena Allah SWT sudah memberikan free will kepada manusia). Dengan potensi kreatifitasnya manusia banyak melakukan perubahan, dan perubahan yang paling utama yang dibuat oleh manusia adalah perubahan pada teknologi. Globalisasi sebenarnya sudah dimulai pada sekitar abad ke-6 ketika Bangsa Quraysy di Makkah menjadi penghubung dua simpul (hub) perdagangan dunia yaitu Syam dan Yaman. Dari Syam berkembang jaringan perdagangan ke arah Utara dan Barat seperti Romawi, Perancis, Spanyol, Portugal, Balkan, Persia, dan Asia Barat Daya. Dari Yaman berkembang jaringan ke Selatan dan Timur seperti ke Etiopia, Madagaskar, Afrika Selatan, Gujarat (India), Tiongkok, Malaka, Indonesia, dan Brunei. Kelak di abad ke-20 globalisasi mengalami percepatan dengan dikembangkannya teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi, teknologi industri, dan teknologi transportasi. Kabel bawah laut telah menghubungkan seluruh benua yang ada di bumi. Saat ini di sekeliling bumi beterbangan tidak kurang dari 12.000 satelit pada ketinggian antara 600 15.000 kilometer. Jaringan komputer, baik yang menggunakan kabel maupun satelit, telah membentuk internet yang masif membentuk dunia maya yang tidak mengenal waktu. Begitu juga dengan jaringan telepon, baik yang terrestrial maupun yang extra-terrestrial, telah menghubungkan seluruh titik permukaan bumi. Dengan telepon satelit saat ini kemanapun manusia pergi, baik di darat, laut, maupun udara, tetap dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Teknologi industri telah mencapai efisisensi yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga mampu menghasilkan alat-alat informasi / komunikasi dan transportasi dengan sedemikian murahnya dan dalam waktu yang sangat singkat. Didukung oleh teknologi transportasi yang memudahkan orang bergerak kesana-kemari, semua itu telah membuat manusia modern hidup dalam kenyamanan dan kelimpahruahan. Tak mengherankan kalau dunia entertainment berkembang dengan pesat, memberikan hiburan secara live atau recorded, on-stage maupun broadcasted, cetak atau elektronik digital. Kemajuan-kemajuan teknologi itu tidak lepas dari pengamatan para kapitalis yang memang selalu mencari peluang untuk membiakkan uangnya tanpa mengenal batas negara, ideologi/agama, suku bangsa dan budaya, maupun moralitas. Mereka selalu mengintai sebanyak mungkin keuntungan finansial yang bisa diraih dari market. Para kapitalis menyuntikkan dananya besar-besaran kedalam kegiatan pengembangan teknologi informasi/komunikasi dan industri-industri yang mengarah pada kesenangan orang banyak sehingga melahirkan apa yang disebut infotainomics (ekonomi yang berbasis pada industri informasi dan entertainmen). Banyak uang berputar di sektor infotainomic ini, bukan saja untuk memproduksi apa yang diminati oleh pasar tapi juga untuk mempengaruhi bahkan mendikte pasar melalui iklan-iklan. Para kapitalis tidak mau kehilangan pasar, maka mereka memaksa infotainomic untuk mengikuti selera pasar, termasuk selera-selera yang paling rendah sekalipun seperti pornografi-pornoaksi, kekerasan dan darah, cinta cengeng dan kemewahan-kemewahan. Infotainomic yang hadir melalui kanal-kanal radio, tv, internet, café, mall, majalah, CD, MP3, dan lain-lainnya memberikan janji hedonisme kepada masyarakat. Hedonisme adalah gaya hidup yang menekankan pada kenikmatan jasmaniah sesaat. Orang mengejar hedonisme karena terkurung oleh paradigma materialistik dan sekuler. Segala sesuatu hanya dianggap ada dan bernilai jika berwujud dan terasa secara fisik jasmaniah. Hidup pun hanya diartikan sebatas keberadaan tubuh di muka bumi. Akibatnya orang terdorong untuk mengejar semua yang diinginkannya sekarang juga di sini juga mumpung masih hadir di bumi. Hidup menjadi begitu melelahkan karena orang harus berkompetisi di ruang yang sempit. Orang saling menghimpit dan menekan, sekaligus juga terhimpit dan tertekan baik secara fisik, moral, maupun sosial. Himpitan stres membuat orang cemas tidak karuan, serba khawatir dengan masa depannya, takut akan kehilangan apa yang sudah diperolehnya. Dengan segala kecemasannya orang, meskipun hidup di tengah hingar-bingar kesibukan dunia, tetap saja merasa asing dan kesepian. Kata-kata kunci pada globalisasi: Teknologi Kapitalisasi Standarisasi dan Sertifikasi Infotainomics Komersial dan Hiburan Hedonisme Stress, Anxiety, Alienation GLOBALISASI DAN PLURALISME PERADABAN Perubahan sosial budaya yang diakibatkan oleh globalisasi begitu besarnya. Orang menjadi terekspose ke tengah beragam peradaban dunia yang sebelumnya tidak mereka kenal. Samuel P. Huntington dalam bukunya Benturan Antar Peradaban menyebutkan 8 Peradaban Besar yang saat ini berinteraksi sekaligus bersaing untuk mendominasi dunia. Kedelapan peradaban itu adalah: 1. Peradaban Barat 2. Peradaban Islam 3. Peradaban Konfusius 4. Peradaban Jepang 5. Peradaban Hindu 6. Peradaban Slavik 7. Peradaban Ortodoks 8. Peradaban Amerika Latin 9. Peradaban Afrika Dari kedelapan peradaban itu yang paling potensil untuk konflik adalah antara Peradaban Barat dengan Peradaban Islam yang beraliansi dengan Peradaban Konfusius. Terjebak di tengah keragaman peradaban orang menjadi asing dan kesepian, maka orang menjadi lebih sensitif terhadap identitas diri dan budayanya. Orang terdorong untuk mengenali jati diri dan budayanya untuk tetap merasa eksis dan aman dengan eksistensinya. Dalam pencarian itu ada tiga faktor utama yang menentukan identitas diri dan budaya seseorang yaitu: etnis, kebangsaan (nasionalisme), dan agama. Identitas etnis membuat orang sadar akan asal-usul dirinya. Orang merasa mantap dengan memiliki akar keberadaannya berdasarkan garis geneologis, asal-usul keluarga, nilai-nilai moral dan adat istiadat tradisional. Namun faktor etnis ini dapat juga memunculkan konflik antar etnis seperti peristiwa Dayak-Madura di Kalimantan, Aceh, dan Papua. Identitas nasionalisme (kebangsaan). Faktor ini lebih diwarnai oleh kepentingan ekonomi dan politik yang berkaitan dengan wilayah tempat tinggal dan penguasaan sumber daya ekonomi. Identitas agama memberikan identitas spiritual dan solidaritas sosial yang lebih luas dari faktor etnis dan kebangsaan. Kesamaan iman, pandangan hidup dan keduniawian, tata cara ritual dan hubungan transendental mengatasi batas-batas etnis dan kebangsaan. Namun dalam praktek keberagamaan sehari-hari orang tidak bisa lepas dari interpretasi atas teks kitab-kitab suci dan selalu saja muncul doktrin-doktrin yang beragam sehingga terbentuklah aliran-aliran/sekte/skisme. Potensi Konflik Keagamaan Setiap ajaran agama mengandung klaim-klaim kebenaran, janji kebahagiaan dan keabadian, sehingga suatu agama akan selalu menyalahkan agama lainnya. Hal ini bukan saja terjadi dalam hubungan antar-agama tapi juga antar-sekte atau antar-aliran di dalam agama yang sama. Terlebih lagi ketika penyiaran agama telah tercampur dengan agenda politik maka perbedaan-perbedaan itu mudah menjadi konflik terbuka dan berdarah. Di Indonesia dapat kita lihat contohnya pada konflik Ambon (Maluku), Poso, dan Kupang. Konflik internal dalam suatu agama bisa memunculkan aliran-aliran sempalan yang eksklusif dan manakala tersudut secara politik-ekonomi dapat berubah menjadi aliran yang radikal dan fundamentalistik. Karena agama terkait dengan langit, maka pembicaraan tentang kematian selalu ada pada setiap agama. Agama bahkan memperkenalkan bentuk-bentuk kematian yang indah dan mulia seperti jihad, perang suci, dan lain-lain. Bagi kelompok sempalan yang sudah tersudut, berubah menjadi eksklusif dan radikal, maka konsep perang suci (jihad) bisa menjadi penyulut terorisme yang dalam lingkup luas justeru merugikan nama baik agama itu sendiri. Salah satu issu kuat yang mudah memunculkan konflik antar-agama adalah issu pemurtadan untuk menarik jamaah suatu agama ke agama lainnya. Memang ada agama yang memiliki doktrin agresif untuk menambah ummat, ada pula agama yang doktrinnya mengajarkan superioritas atas agama atau etnis lain, ada juga doktrin agama yang bertoleransi tinggi terhadap agama lain sepanjang agama itu tidak diganggu atau diserang. Issu lain yang juga sering membingungkan umat Islam adalah tentang perkawinan silang agama. Persoalannya rumit karena ada problem cinta, ada problem hukum positif yang melarang perkawinan beda agama, ada problem hak pengasuhan anak, ada problem kewarisan, dan ada problem interpretasi hukum agama. Untuk mengatasi rintangan di dalam negeri banyak perkawinan beda agama dilangsungkan di luar negeri untuk kemudian sertifikat catatan sipil yang diperoleh di sana diendorskan pada catatan sipil Indonesia. Untuk perkawinannya mungkin terselesaikan, tapi untuk kehidupan rumah tangga lebih jauhnya tetap saja menimbulkan problem. Menghindari Konflik Keagamaan. Sufime Menyadari potensi konflik antar dan intra-agama maka orang menghindari perbedaan-perbedaan yang ada dan berusaha mencari titik-titik kesamaan dari semua ajaran agama dan interpretasi keagamaan. Pencarian ini mengajak orang meninggalkan simbol-simbol formalitas agama untuk menuju wilayah esoterik yang substansial (hakiki). Ajaran agama yang diperlukan bukan lagi ajaran agama yang hanya berpihak pada Tuhan, tapi juga yang berpihak pada kemanusiaan (humanistik) yang dapat memberikan rasa aman dan tenteram (damai). Keberagamaan yang toleran terhadap pihak lain namun setia pada doktrin pokok, keberagamaan yang dapat memberikan pengalaman indah dalam beribadah, yang membentuk akhlak karimah berdasarkan cinta terhadap sesama makhluk Allah. Pencarian seperti ini mengarahkan orang pada sufisme yang pada beberapa dekade lalu dikritik keras sebagai bid`ah dan takhayul yang memerangkap umat pada eskapisme dan passivisme. Namun sekarang semakin banyak orang yang terdidik (kelas menengah) yang memahami bahwa sufisme tidaklah seburuk yang disangkakan orang. Buku-buku Jalaludin Rumi adalah buku terlaris kedua di dunia setelah novel-novel hiburan. Memang ada aliran-aliran tasawuf yang sesat, namun kesesatan pada sebagian tidak berarti keseluruhan tasawuf harus dihapuskan. Kerinduan qalbu terhadap Tuhannya tak bisa diabaikan sebab merupakan kebutuhan ruhaniah yang paling dasar. Maka jangan heran kalau sekarang kita menyaksikan banyaknya orang yang belajar tasawuf, berdzikir mendekatkan diri kepada Ilahi dibawah bimbingan para mursyid yang mumpuni. Pseudo Sufisme Selain kecenderungan kepada sufisme yang memiliki basis keagamaan (aqidah dan syariah) yang jelas, banyak juga orang yang mencoba menerobos dunia sana dengan pendekatan-pendekatan keilmiahan yang metafisik. Mereka mengabaikan pertimbangan-pertimbangan aqidah dan syariah dengan alasan agar dalam pencarian kemurnian cinta ilahi tidak tersekat oleh formalitas agama yang simbolik. Ini bukan sufisme, tapi peudo-sufisme. Sufisme yang asli tidak pernah meninggalkan aqidah dan syariah. Pelopor gerakan ini adalah kelompok New Age. Ajaran-ajaran dalam gerakan ini adalah gabungan dari berbagai tradisi spiritual dan anggotanya datang dari multi agama. Gerakan ini sangat humanistik namun tidak ada jaminan otentisitas aqidah dan cenderung mengabaikan syariah. Klenik dan Perdukunan Satu fenomena lain yang menarik adalah, meskipun hidup di tengah kemajuan teknologi dan rasionalitas dunia modern, banyak juga orang yang masih cenderung kepada keajaiban-keajaiban mistik sehingga terjebak dalam perdukunan dan sihir. Ini jelas bertentangan dengan aqidah dan syariah. Terjebaknya orang dalam perdukunan ini karena ingin mengambil jalan pintas. Juga karena pandainya para dukun membungkus praktek-praktek mereka dengan label-label keagamaan berupa ayat-ayat Al-Quran, rajah bertulisan Arab, kiswah Kabah, dll. Maraknya siaran-siaran perdukunan juga terdukung oleh infotainomics yang memang memiliki cadangan dana besar untuk iklan dan promosi. source: www.radix.co.id
--------------------------------- TV dinner still cooling? Check out "Tonight's Picks" on Yahoo! TV.