----- Forwarded Message ---- From: Ostaf Al Mustafa <ostafalmust...@yahoo.com> To: panying...@yahoogroups.com Cc: My lovely Mijn Mooi Mami <astrid.ramadh...@gmail.com>; bugin...@yahoogroups.com Sent: Sunday, July 12, 2009 9:08:56 AM Subject: Re: [panyingkul] Re: GALIGO HARI INI : Untuk Para Penghianat Kak Ami, Sampai sekarang, api amarah kepada Anto bersaudara masih ada dalam beberapa titik api yang terpisah-pisah. Beberapa nyalanya masih memperlihatkan asap. Ada juga yang tak kelihatan, karena tertutup oleh sekam. Nyala dalam sekam ini, yang disebut bara. Bara inilah yang sedang kutulis disini! Tak semua bara itu bisa kuungkap dengan kata-kata. Karakter kita orang Sulsel adalah sering tak bisa melupakan apa yang menyakitkan di masa lalu. Kita menyimpan ‘pengalaman menyakitkan’ itu dengan baik seperti sebuah album kenangan. Kita bahkan sangat menikmati kenangan amarah itu. Kita sebagai orang Sulsel, mempunyai banyak kosa kata atau ungkapan yang merepsentasikan album kenangan amarah itu. Salah satunya yang terkenal adalah, “TAILASO”! Entahlah kalau amnesia politik terjadi di negeri ini, ketika hal yang rasis terlupakan begitu saja. Kita bisa melupakan sisi rasis dari Anto bersaudara, sebab banyak hal yang menumpuk dalam memori kita nanti. Sebentar lagi BBM akan naik dan harga-harga kebutuhan akan semakin mencekik leher. Harga-harga kebutuhan itu seperti pembunuh yang hening (silent killer). Ia membunuh sedemikian perlahan, dengan pedih yang tertahan dan perih yang tercekak di tenggorokan. Kita bisa saja melupakan hal tersebut. Anto bersaudara akan melakukan ‘politik pembersihan’ dengan cara menghilangkan di benak orang-orang Sulsel adanya politik rasis itu. Untuk seorang (tiga orang) “Fox yang berbulu Chicken”, hal semacam itu bisa mereka lakukan. Semudah membalik telapak sepatu. Kak Ami, Sulsel memang merupakan wilayah terlupakan! Itulah sebabnya kita banyak berdiaspora kemana-mana, sebab daerah kita tak terbangun dengan pantas. Budaya dan intelektualitas di Sulsel sama sekali tak berdiri dengan elegan. Sikap Forum Rektor yang mewakili akademisi tingkat elit menjadi contoh tak ada kultur akademis tersebut. Mereka sama sekali tak memiliki kultur independensi akademik. Kita harus keluar dari Sulsel untuk berbicara dan menjadi corong dari kekritisan itu. Kita harus berdiaspora untuk memahami keburukan sikap akademisi dan birokrat elit di Unhas. Kampus tempat kita berdiskusi, makin memuakkan. Unhas Campushit make me sick! Kak Ami, juga demikian! Harus berdiaspora ke Jakarta, karena kehandalan ilmu Kak Ami dalam hal kebudayaan tak terpakai di Sulsel. Kebudayaan di Sulsel sama sekali tak terbangun. Bila memang pernah terbangun, itu terjadi sambil menggelapar di pinggir peraduan. Kebudayaan di Sulsel mengalami penina-bobokan, bahkan aku tak yakin ada yang pernah terbangun. Penyair Aslan Abidin juga merasakan itu dan hasilnya ia tuliskan dalam sebuah buku terbarunya, “Bahaya Laten Malam Pengantin” (Inninawa 2008). Salah satunya kemarahan Aslan Abidin, ketika mengungkap kata TAILASO atau mengubah ungkapan “Ayam Jantan Dari Timur” menjadi “Kelamin dari Timur”. Aku ingin berbicara banyak tentang sahabat penyair ini juga tentang para penyair yang tumbuh dari kampus Unhas Muhary Wahyu Nurba, Sudirman HN, Aan Mansyur, dan ada lagi yang lainnya. Tidak terlupakan, namun lain kali kusebutkan! Lain kali kuceritakan sajak penyair Aslan Abidin dengan masalah politik rasis Anto Bersaudara. Aku bersemangat membaca tanggapan tanggapan Kak Ami, menemukan kembali senior yang dulu sering kududuk didepannya, mendengar kearifannya. Ternyata setelah sekian lama menunggu di Pannyingkul, duduk disudutnya, Kak Ami menyapaku. Kak Ami, tak usah aku disebut “Bung Ostaf, just Ostaf please!” Kuusahan spirit Kaki Ami itu bangkit kembali. Aku juga akan sangat bersemangat menemukan sahabat berdiskusi, belajar dan membaca kearifan. Aku di Bontang Kaltim, lebih banyak mengolah yogaku, memperkuat otot-ototku dan membuat kekar bahuku. Aku mengistrahatkan pikiranku, karena aku tak punya teman berdiskusi. Pikiranku benar-benar macet kini! Aku tak punya teman yang membongkar kesalahan berpikirku. Di Bontang, aku tak punya kawan berdiskusi. Sebenarnya aku juga punya sahabat dan kekasih yang mau kuajak berdiskusi secara sangat kritis. Ia ada di Jakarta dan sebentar lagi menjadi Bankir di BNI 46. Suatu saat saya akan sedikit berlama-lama di Jakarta untuk menemui sang kekasih itu. Ia juga anggota milis Pannyingkul dan Buginese. Sang kekasihku bernama ASTRID NURFITRIA RAMADHANI dan di Facebook bernama ASTRID WAHONO. Dia sangat cerdas dan aku masih susah mengikut jejak kecerdasannya. Ia lulusan IPB, Peneliti Kebugisan dan sempat menangani tiga mata kulih di IPB. Aku juga akan belajar kearifan ulang pada Kak Ami. Kuharap Kak Ami ada pada saat itu. Ada, ketika aku memperkenalkan kekasihku dan ibu dari anak-anakku kelak. Kuperkenalkan dengan bangga pada Kak Ami, “Inilah kekasihku, padanya ada puisi yang tak sempat kutuliskan…! Wow…! Salam dari Muridmu, Sang Pembelajar Kearifanmu! Ostaf Al Mustafa ________________________________ From: Moch. Hasymi Ibrahim <hasymi.ibra...@gmail.com> To: panying...@yahoogroups.com Sent: Sunday, July 12, 2009 12:19:56 AM Subject: RE: [panyingkul] Re: GALIGO HARI INI : Untuk Para Penghianat Bung Ostav dan Bung Sapri serta kawan-kawan lainnya. Masalah Anto Mallarangeng sesungguhnya kalau dilihat selintas bukanlah masalah serius. Kalau sekiranya kita mau menggunakan “politik representasi”, pasca kemenangan SBY kita juga masih bisa melihat urgensi hadirnya Anto bersaudara di lingkar dalam kekuasaan kepresidenan sepeninggal Kalla. Karena, bagi sejumlah kawan yang lain, muncul kekhawatiran jangan-jangan SBY malah akan benar2 melupakan Sulsel setelah Kalla berhasil dikalahkan dan secara sederhana itu berarti kerugian bagi Sulsel. Hal itu, kata kawan tadi, lebih karena masyarakat kita saat Pilpres beranggapan bahwa “Sulsel adalah bagian sangat penting dari Indonesia”, padahal seharusnya sebaliknya : “Indonesia adalah bahagian yang sangat penting dari Sulsel” – mulai dari tataran kesadaran sampai tataran praksis. Artinya, pada saat pilpres, kesadaran ke-indonesiaan orang-orang Sulsel tidak serta merta paralel dengan kesadaran ke-Sulsel-an itu sendiri, dan oleh karena itu terjadilah benturan dan reaksi atas statemen Anto. Tapi itu soal lainlah, Bos. Bung Ostav, di milis ini pada awal-awalnya saya rajin menulis apa yang disebut Co’do Inside – komentar2 koddala’ dan seterusnya. Sebuah komentar untuk menghidup-hidupkan Panyingkul! Dotcom, karena komitmen awal milis ini memang untuk menjadi forum gagasan untuk penulisan di media tersebut. Tapi rupanya energi, daya tahan dan napas saya tidak sepanjang yang bisa saya bayangkan. Sehingga ya, begini mi. Mudah-mudahan dengan hadirnya Bung Ostav dan kawan-kawan yang lain, spirit itu bisa bangkit lagi, sebagai persembahan kita semua kepada Panyingkul! Dotcom yang dalam waktu dekat akan merayakan ulang tahunnya. Sebagaimana diketahui, seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan kali ini akan kembali diramaikan dengan peluncuran buku. Kali ini sekaligus 2 buah buku, masing-masing karya Kamaruddin Azis Dg Nuntung dan Inart Winarni. Tafada salama’ Nyonri From:panying...@yahoogro ups.com [mailto:panyingkul@ yahoogroups. com] On Behalf Of Muhammad Sapri Pamulu Sent: Saturday, July 11, 2009 2:53 PM To: panying...@yahoogro ups.com Subject: [panyingkul] Re: GALIGO HARI INI : Untuk Para Penghianat Dg Nyonri, ikut coddo, kelihatannya pemilih memang demikian, terlalu berat dengan hal-hal yang idealis-ideologi, rakyat masih butuh makan untuk bertahan hidup lagi besok, olehnya itu saya anggap pragmatisme pemilih itu juga dipicu oleh program-program bantuan "material" oleh rezim incumbent spt BLT, raskin, tabung gas, gaji ke-13, dsb. Toh juga koalisi partai-partai yang terbangun dalam pilpres ini kan memang dalam bingkai pragmatisme juga, coba kalo semua partai islam itu hari bikin poros sendiri makan pasti tidak bakalan laku dijajakan. boro-boro ikut ribut dgn neoliveral versus kerakyatan, susah mikirnya, pusnak bede. tapi itumi realitas kekinian kita sekarang ini Tabe' Sapri --- In panying...@yahoogro ups.com, "Moch. Hasymi Ibrahim" <hasymi.ibrahim@ ...> wrote: > > Sederhana ji, Bung Ostaf. > > > > Saya tidak dalam kapasitas memberi pencerahan, karena kalo pencerahan saya > asumsikan, apa yang saya sampaikan nantinya, tidak akan membuka ruang debat > dan tanggapan balik - layaknya matahari yang memberi sinar. Padahal kasus > Anto ini adalah kasus yang sejatinya tidak mengandung unsur SARA samasekali > kalau diletakkan dalam konteks keseluruhan statemennya; sesuatu yang > sayangnya kurang disimak oleh para pemicu reaksi termasuk Forum Rektor. > > Yang membuat saya kecewa ialah bahwa dalam bagian tanggapannya Forum Rektor > menyebut ungkapan Andi adalah ungkapan yang tidak pantas disampaikan oleh > seorang yang bergelar Doktor. Hal ini secara tidak lansung menyeret dunia > akademis untuk benar-benar berada dalam ruang praktis, politik praktis. > Padahal yang saya tahu, Forum Rektor adalah forum yang sangat steril dari > hal-hal semacam itu dan tetap mampu menjaga independensinya, terutama > terhadap kekuasaan negara. > > > > Dalam banyak kesempatan, saya sering mengatakan bahwa sebaiknya kita tidak > terjebak, apalagi tersandera, oleh usaha-usaha serius menyeret kesukuan, > etnisitas, dalam permainan perebutan kekuasaan dan pengaruh. Sayangnya, > dalam kesempatan kampanye Pilpres yang lalu, Tim JK-Wiranto masih sangat > serius menganggap politik identitas itu sebagai instrumen untuk meraih > dukungan. Lihat misalnya ketika sejumlah organisasi berbasis keagamaan spt > Muhammadiyah, NU dll membuat pernyataan dukungan - hal yang kemudian tidak > diikuti secara patut oleh umatnya. Tim yang sama juga masih terjebak antara > dikotomi Jawa-non Jawa yang disintesakan menjadi Nusantara, juga terbukti > tidak begitu mempan meraup hasil. > > > > Dan melihat hasil akhir sementara, perolehan JK-Wirnato bahkan tidak sampai > separuh perolehan Mega-Prabowo, sesuatu yang membuat kawan-kawan di Tim > JK-Wiranto menjadi kaget dan bertanya "kok bisa begitu, ya?". > > Jawabnya : ya memang begitu. Dan itu memang karena faktor Anto atau Celia to > Choel Mallarangeng atau tepatnya Fox Indonesia yang banyak menuai kritik > itu. Saya sebut faktor mereka, karena mereka adalah kalangan yang menyakini > bahwa politik indentitas di Indonesia tidak lagi relevan dalam pertarungan > perebutan kekuasaan nasional, apalagi Gus Dur tidak lagi ikutan (dalam > banyak hal, Gus Dur adalah nasionalis yang paham bahwa politik identitas > adalah roh politik Indonesia, tetapi justru itu belakangan beliau tampaknya > harus mulai merevisi asumsi dan pandangannya itu). Dalam 10 tahun terakhir, > bangsa ini sudah benar-benar belajar terutama dari Jusuf Kalla sendiri, > bahwa pragmatisme- lah sesungguhnya yang menjadi instrumen pokok dalam > pengambilan sikap-sikap politik. Dan adapun identitas atau semacamnya, > bahkan hal-hal yang idiologis, sudah menjadi nomer dua. > > > > Saya kita begitu. > > > > Salam > > Nyonri > > > > > > > > From: panying...@yahoogro ups.com [mailto:panying...@yahoogro ups.com] On > Behalf Of Ostaf Al Mustafa > Sent: Friday, July 10, 2009 11:03 PM > To: panying...@yahoogro ups.com > Subject: Re: [panyingkul] GALIGO HARI INI : Untuk Para Penghianat > > > > > > > > > Kak Ami, > Malla Ronggeng Brothers, yang bikin marah rektor Unhas, karena melakukan > tindakan rasis kepada orang Sulsel. Menurut Kak Ami, apa tindakan itu lumrah > atau normal-normal saja dalam dunia politik? Dia disebut pengkhianat dengan > suatu sebab yang memuakkan. Untuk mendapatkan sebuah posisi atau demi > menyenangkan atasannya, orang lain harus ia injak dengan kalimat rasis. > Kupannasami siapa yang dimaksud, Kak Ami! > > Kayaknya, Kak Ami harus memberi kami pencerahan di tengah ruang amarah yang > menghabiskan berbatang-batang bara merah di kepala! > > > > _____ > > From: Ami Ibrahim <hasymi.ibrahim@ ...> > To: panying...@yahoogro ups.com > Sent: Friday, July 10, 2009 2:43:55 PM > Subject: RE: [panyingkul] GALIGO HARI INI : Untuk Para Penghianat > > Ostaf : siapa seng itu malla ronggeng ... Pa'nassa mi saja spy kita bisa > ukur apa dia tdk punya prinsip, atau penghianat atau apa. > > Salam > Nyonri > > _____ > > From: Ostaf Al Mustafa <ostafalmustafa@ yahoo.com> > Sent: 10 July 2009 12:51 > To: panying...@yahoogro ups.com > Cc: bugin...@yahoogroup s.com > Subject: Re: [panyingkul] GALIGO HARI INI : Untuk Para Penghianat > > > > Guruku, Daeng Adin! Sekarang sudah adami yang rusak di negeri ini. Bencana > titik awal sudah mulai terjadi menyambut kemenangan SBY-Boedi! Malla Rangeng > Bros, pasti merekalah yang tak punya prinsip! > > > > _____ > > From: surya adin <adinw...@yahoo. com> > To: bugin...@yahoogroup s.com > Cc: panying...@yahoogro ups.com > Sent: Friday, July 10, 2009 9:45:21 AM > Subject: [panyingkul] GALIGO HARI INI : Untuk Para Penghianat > > > De' memeng teng-ennajana, apa to ranggasela lurengngi totoona > > Arti Bugis : De'memeng tenna masollanna, apa tau temmatette atina rirennuang > > > > [The entire original message is not included] >