Memperingati Hari Palang Merah/Bulan Sabit Merah Internasional, 8 Mei
2007

HENRY DUNANT 

Tak seorang pun yang lebih berhak atas penghargaan Nobel Perdamaian
pertama ini, selain Henry Dunant, yang selama 40 tahun mempelopori
organisasi kemanusiaan dalam meringankan penderitaan para prajurit yang
terluka di medan perang. Tanpanya, Palang Merah mungkin tak akan pernah
berdiri. (ICRC, atas penghargaan Nobel Perdamaian 1901)

 

Kenangan dari Solferino

Sesungguhnya tak ada manusia yang rela bergelut dengan kepedihan,
berkawan dengan rintihan, intim dengan luka perih, akrab dengan keluhan.
Namun Jean Henry Dunant (1828-1910), tak hanya berusaha mengakrabkan
diri dengan kepedihan ini, namun juga mengabdikan hidupnya demi
kemanusiaan dan mempelopori berdirinya organisasi kemanusiaan di tengah
bencana perang. Demi menyaksikan akibat perang di Solferino thn 1862,
yang mana sekitar 40,000 pemuda menjadi korban keganasan Perang antara
Prancis-Italia melawan Austria, pemuda pengusaha kaya ini
sensitifitasnya tergerak untuk memberikan pertolongan medis kepada
tentara-tentara naas itu. Dengan meneriakkan slogan "Tutti fratelli"
(All are brothers/semua bersaudara) ia mengajak penduduk setempat,
terutama para wanita untuk turut membantu meringankan penderitaan
tentara-tentara itu.  Dari pengalaman menyedihkannya di Solferino itu,
Dunant kemudian menulis buku mengisahkan bencana kemanusiaan  akibat
perang itu dalam bukunya "Un Souvenir de Solferino" (A Memory of
Solferino) yang kemudian menggemparkan Eropa yang sedang dilanda perang
berkepanjangan. Dalam bukunya, Henry Dunant juga mengajukan dua gagasan;
Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional, yang dapat
dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit
yang cedera di medan perang. Kedua, memaklumatkan konvensi internasional
bagi perlindungan prajurit yang cedera di medan perang, sukarelawan dan
organisasi kemanusiaan yang memberikan pertolongan pada saat perang
tanpa memandang keberpihakan pada pihak yang berperang. 

Palang Merah Internasional

Berdasarkan pada keyakinan akan kebenaran gagasannya yang kuat untuk
mengubah perang menjadi kedamaian, ia meninggalkan perniagaannya yang
sukses untuk menggagas pembentukan organisasi kemanusiaan yang kemudian
dikenal sebagai International Commitee of the Red Cross (ICRC) atau
Organisasi Palang Merah Internasional pada tahun 1863. 

ICRC kemudian dikenal secara sebagai lembaga kemanusiaan yang bersifat
mandiri, dan penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau
konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan
bantuan kepada korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun
kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk
korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap
Hukum Perikemanusiaan internasional.

Atas usahanya yang gigih dalam kegiatan kemanusiaan ini, Henry Dunant
kemudian mendapatkan anugerah Nobel Perdamaian pertama tahun 1901. Di
kemudian hari, tanggal lahirnya 8 Mei juga dijadikan sebagai peringatan
Hari Palang Merah Sedunia untuk mengenang jasa dan kepeloporan beliau
dalam gerakan kemanusiaan. Henry Dunant, yang juga merupakan penggagas
berdirinya negara Zionis Israel di tanah Palestina, kemudian meninggal
sebatang kara di Rumah Perawatan Heiden pada tahun 1910. Ia meninggal
dalam keadaan trauma terlilit utang perniagaan yang membuatnya bangkrut,
namun ironisnya di saat yang sama memiliki kekayaan besar berupa
rekening di bank Norwegia sebesar 104,000 Franc Swiss dari Komite Nobel.
Hadiah nobel ini kemudian disumbangkan ke Rumah Perawatan Heiden dan
beberapa yayasan sosial di Norwegia dan Swiss, dan sisanya digunakan
untuk membayar sebahagian utangnya.

Organisasi dunia

Tak ada organisasi kemanusiaan yang cakupan realnya lebih luas daripada
Palang Merah/Bulan Sabit Merah ini. Didirikan di 176 negara-negara di
dunia, lembaga ini aktif menyebarkan bantuan kemanusiaan tanpa
menghilangkan posisi netralnya, walau kadang2 tak mampu menghindari
keterlibatannya dalam carut marutnya politik di negara-negara bencana,
demi untuk menegakkan perdamaian. Dalam melaksanakan misi kemanusiaannya
mereka selalu berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan,
Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan. Di
Indonesia, selain aktif memberikan bantuan kemanusiaan di daerah-daerah
bencana seperti bencana tsunami di Aceh - Nias 2004, bencana gempa Yogya
Pangandaran (2006), juga aktif dalam menengahi konflik Aceh dan berbagai
kampanye sosial seperti pencegahan penyebaran HIV/AIDS, Sanitasi sehat,
transfusi darah dan sebagainya. Di Indonesia saat ini, terdaftar sekitar
700,000 anggota aktif PMIdari segala kelompok umur.

Mari Berbagi 

Jauh melampaui kepentingan politik manapun, kisah heroik pejuang
kemanusiaan ini sejatinya menjadi bumbu menarik di antara kesenjangan
interaksi antar masyarakat kita yang makin individualistik. Tak ada
motif ekonomi dan politik saat mereka terjun langsung menyentuh sisi
keperihan terdalam dari para korban bencana, sebagaimana saat Henry
Dunant menghibur seorang prajurit muda yang meregang nyawa dalam
ketakutannya akan kematian dini yang menjelang. Tak jarang, nyawa sang
pejuang kemanusiaan itu sendiri yang menjadi taruhan demi menyelematkan
jiwa yang tak sempat dikenalnya.

Masyarakat kita, di tengah arus yang teramat kapitalistik, beberapa
jengkal mulai meminggirkan nurani dan sensitifitas ke rongga terluar,
sementara perut dan jantungnya berdegup kencang tatkala keberuntungan
ekonomi terbayang di benak.  Karena itulah tak ajaib ketika kita
mengetahui si pejabat ini korupsi, si LSM ini menggelapkan dana bencana,
si polisi ini kena suap, si anggota DPR itu penikmat narkoba, belum lagi
masyarakat biasa kita yang sudah karib dengan kriminalitas; kekerasan,
narkoba, kejahatan sexual dll. Padahal awam kita yakini, dalam hak yang
kita genggam ada sejumput hak orang lain yang kita bisa salurkan melalui
sensitifitas nurani, kepekaan untuk berbagi. Mari berbagi, bahkan
merujuk kepada da'i penyejuk hati Aa' Gym; mulailah dari 3M; Mulai dari
yang kecil, mulai saat ini dan mulai dari diri sendiri. Sekecil apapun
wujud sensitifitas kita, Insya Allah akan menghasilkan energi besar yang
menggerakkan orang lain. Sumbangan buat bulan dana PMI, membuka lapangan
kerja kecil, memberi makan kaum miskin, pengemis dan anak terlantar,
mengangkat anak asuh, mungkin tak akan begitu berat bagi kita, tapi
begitu berarti buat yang lain. Asalkan saja, dan semoga tidak,
sumbangsih kita tak pernah disalahgunakan bagi kaum dhuafa ini untuk
menjadi lebih bermalas-malasan dalam memperjuangkan kesejahteraan.

Selamat memperingati Hari Palang Merah/Bulan Sabit Merah, semoga dunia
makin damai dan sejahtera hingga pada saatnya nanti tak perlu lagi kita
berbagi, amin!

Reply via email to