**Laporan Akhir Tahun Kelautan dan Perikanan
2008<http://kiara.or.id/content/view/78/1/>
*
**KIARA (Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan)

GERAK MUNDUR KELAUTAN KITA
51 Tahun Deklarasi Djoeanda (13 Desember 1957 - 13 Desember 2008)
*
Mukadimah
Di pengujung tahun 2008, banyak hal baik dan buruk yang terjadi
senyampang
Januari-Desember. Sebagai wadah berhimpunnya organisasi non-pemerintah,
organisasi kemasyarakatan, dan individu yang menaruh peduli atas isu-isu
kelautan dan perikanan di Indonesia, KIARA (Koalisi Rakyat untuk
Keadilan
Perikanan) mengambil inisiatif untuk memberikan laporan akhir tahun.
Laporan
ini disajikan bertepatan dengan usia 51 tahun Deklarasi Djoeanda (13
Desember 1957-13 Desember 2008), sebagai refleksi atas konsistensi kita
pada
cita-cita dasar negeri kelautan, yang berdaulat atas setiap jengkal
perairan
laut yang ditaburi ribuan pulau, dan bermartabat sebagai bangsa bahari
yang
besar.


**Setahun Pemerintahan Foke Gagal Selamatkan Pesisir
Jakarta<http://kiara.or.id/content/view/81/1/>
*
Siaran Pers
WALHI Jakarta, KIARA, KPNNI, Sarekat Hijau Indonesia Jakarta
*
Jakarta, 16 Desember 2008- Banjir air pasang (rob) setinggi 20 hingga 50
sentimeter kembali menggenangi jalan raya dan permukiman warga di Muara
Baru
dan sentra perdagangan ikan Muara Angke. Bencana ekologis ini terjadi
Senin
(15/12) kemarin. Fakta ini kian menegaskan bahwa setahun Pemerintahan
Dr.
Ing H. Fauzi Bowo (Foke) gagal mengatasi bencana ekologis di kawasan
pesisir
Jakarta yang terjadi berulang-ulang.
(selengkapnya di www.kiara.or.id)


**Kehidupan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kian
Terancam<http://kiara.or.id/content/view/80/1/>
*
Siaran Pers: Minggu, 14 Desember 2008
Mitra Bentala dan KIARA

*Pahoman, Bandar Lampung- Ancaman keberlanjutan kehidupan nelayan
tradisional dan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan
pulau-pulau
kecil kian nyata. Mereka menilai, hasil tangkapan ikan telah berkurang
drastis. Hal ini diakui oleh Bambang (45), nelayan jaring tradisional
yang
sering kali melaut di perairan Teluk Lampung dan Pantai Timur, Lampung.
"Jumlah tangkapan ikan kami berkurang drastis saat ini. Kami mengetahui
kondisi laut telah dirusak oleh kebijakan pemerintah dan aktivitas
perusahaan yang tak peduli akan keberlanjutan lingkungan hidup.
Akibatnya,
80% masyarakat pesisir terus bergelut dengan kemiskinan...
(selengkapnya di www.kiara.or.id)


**"Deklarasi Djuanda" 13 Desember
<http://kiara.or.id/content/view/79/1/>*
Oleh Suhana, Kepala Riset dan Kebijakan Kelautan pada Pusat Studi
Pembangunan dan Peradaban Maritim
*JAKARTA - Desember adalah bulan bersejarah bagi Indonesia dan dunia.
Dua
peristiwa yang mengubah rezim kelautan nasional dan internasional
terjadi di
bulan ini. Pertama, Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, dan
kedua,
pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut pada 10 Desember 1982 di
Montego
Bay, Jamaika.
(selengkapnya di www.kiara.or.id)


*Berikut di bawah ini adalah deklarasi perempuan nelayan Asia Tenggara
yang
disepakati di Hanoi, Vietnam pada tanggal
4 Desember 2008..*


Hanoi Declaration of Women Fishers
<http://kiara.or.id/content/view/77/1/>*
SEAFISH FOR JUSTICE
Southeast Asia Fish for Justice Network
4 December 2008
CONTEXT

*We, the women artisanal fishers of Southeast Asia, composed of
traditional,
indigenous and small-scale fishers, are among the poorest and most
socially,
politically and economically disadvantaged segments of our societies.

The fishery resources that we depend on are a vital source of food and
make
a valuable economic contribution to the peoples of the region and the
world.  In Southeast Asia, ineffective fisheries management persists
because
of poor implementation of fishery regulations and weak governance in
general. Ineffective fisheries management, along with a bias toward
export-oriented aquaculture, is also behind the massive
socio-environmental
costs of intensive aquaculture, especially industrial shrimp farming and
marine aquaculture.
(selengkapnya di www.kiara.or.id)

**Penurunan Harga Tidak Bantu Nelayan
Tradisional<http://kiara.or.id/content/view/76/1/>
**
*Kompas: Rabu, 10 Desember 2008*
Jakarta, Kompas - Kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga bahan
bakar
minyak jenis premium dan solar sebesar Rp 300-Rp 500 per liter tidak
efektif
membantu nelayan tradisional. Hal itu disebabkan sarana penyalur BBM
nelayan
masih minim sehingga nelayan kini terjerat untuk membeli BBM eceran
berharga
mahal.
Demikian dikemukakan Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan
Perikanan (Kiara) Riza Damanik di Jakarta, Selasa (9/12).



-- 

Midaria Novawanty Saragih
Policy Coordinator of KIARA (Fisheries Justice Coalition)

Address: Jl Tegal Parang Utara No. 43 Mampang,
Jakarta, INDONESIA 12790
Mobile     : +62 81322306673
Telp/Fax  : +621 7970482
Email      : mnovawa...@gmail.com; m...@kiara.or.id;
mida.sara...@yahoo.com
Website  : kiara.or.id




-- 
_____________________________________________________________________
Midaria Novawanty Saragih
Policy Coordinator of KIARA (Fisheries Justice Coalition)

Address: Jl Tegal Parang Utara No. 43 Mampang,
Jakarta, INDONESIA 12790
Mobile     : +62 81322306673
Telp/Fax  : +621 7970482
Email      : mnovawa...@gmail.com; m...@kiara.or.id;
mida.sara...@yahoo.com
Website  : kiara.or.id

Reply via email to