"Kepada Yth Sianseng David Kwa, Memang ada benernya sianseng punya pendapet untuk selametin itu bangunan tua. Cumah seperti sianseng Ophoeng bilang, selametin itu bangunan tua tida semudah membalik telapak tangan karena para ahli waris tentu mau itu kehwe jatuh di tangan mereka. Nah yang beli itu rumah kebanyakan para konglomerat yang punya pikiran ada beda sama kita orang pikir. Mereka mau uang yg ditanam sekarang, besok sudah berbuah. Sedangkan di kita punya perkumpulan budaya rata rata orang cuma cinta seni budaya setengah mati tapi kantong ada kempes. Kita juga susah menyalahkan pak Tedy, karena sebagai purnawirawan ABRI, kantong pak Tedy tida bisa gemuk. Para konglomerat juga tida mau nyumbang karena bangunan budaya bukan hal yg bisa dijadikan pahala bila menghadap Giam Koen. Mereka baru timbul sumanget menyumbang cuma untuk bangunan ibadah semacem vihara, kelenteng, gereja, dan masjid. Nah kalu bangunan ibadah mereka ada gesit sekali nyumbang. Mereka (juga kita) pengen hidup kaya raya di dunia dan hidup nyaman di akhirat. Makanya dari pada mikir yg susah susah dan nyalahin orang kiri-kanan, kalau kita punya duit cebantun, silahkan donatur ke Taman Budaya Tionghoa. Diperkirakan ada 20 juta jiwa Tionghoa peranakan di ini kepulauan. Kalu 1% nya aja nyumbang sudah jadi bangunan utamanya. Itu kira kira owe punya pendapet, kalau ada salah kata mohon sianseng maafken. Soja, Tjandra G"
Kepada Yth Moderator milis dan rekan-rekan milis Budaya Tionghoa. Membaca pesan di atas yang diposting di milis Budaya Tionghoa oleh Saudara Soja dan Tjandra G, kami dari redaksi majalah China Town tergelitik untuk coba memfollow up substansi dari pesan di atas -- khususnya kalimat yang kami beri tanda tebal dan miring. Kami di redaksi akan mendiskusikan dulu rencana ini sebelum melakukan upaya follow up. Untuk itu, dengan penuh hormat kami di redaksi China Town sangat mengharapkan dukungan dari moderator dan rekan-rekan di milis ini -- termasuk mungkin dukungan data base dan narasumber untuk memperkuat dan mempertajam hasil liputan kami nanti. Salam Rio Bembo Setiawan