Melanjutkan tulisan tentang diaspora etnis2  yang lahir dibanyak bagian dunia saat ini, ada aspek tambahan ,apa .... bottom line/alasan primernya mengapa orang2 ber-imigrasi?.
 
Ini adalah tulisan dari seorang awam(aku) , seorang awam yang selain sudah "kawakan" tinggal di LN , juga sudah "makan garam" dan kenal dekat dengan situasi dan kondisi pelbagai etnis lain yang hidup "dompleng" di negara orang.
 
Apa yang mendorong orang keluar dari tanah airnya dan ber-imigrasi ke negara lain? Ambil  gamblangnya ini , dan kiranya juga sesuai dengan realita dilapangan tapi juga berdasarkan pengamatan dengan membandingkan sikon-nya pelbagai negara2 yang ada didunia ini.
 
Aspek dan faktor dasar orang ber-imigrasi bisa dipecah jadi 2(dua).
 
1.Faktor ekonomi, faktor masa depan, baik buat individu itu senriri
   dan pamilinya. Ringkasnya untuk memperbaiki masa depannya!.
   Dalam katagori ini termasuk anak2 ,siswa2, yang dikirim oleh
   ortunya (yang kaya) untuk menimba ilmu di LN dengan tujuan bagi
   masa depan anak2nya, jadi juga pertimbangan ini berdasarkan
   faktor ekonomi dan finansiil juga.
 
2. Faktor politis. Individu atau orang yang perlu menyelamatkan diri
    nya dan keluarganya dari persekusi pemerintah dan pihak  ber-
    wewenang. Termasuk didalam katagori ini adalah individu yang
    menentang politik pemerintahannya (sebagai dissident) dengan
    pelbagai alasan filosofis. Juga orang2 yang ingin melarikan diri
    dari jeratan hukum pemerintahannya karena telah melakukan tin-
    dak melawan hukum(para kriminal)
 
Muncullah pertanyaan dimana sebenarnya para pengganas seperti para pengganas dan peng-huru hara di Perancis  baru2 ini bisa kita golongkan, bisa kita masukkan ke katagori mana? Sudah barang tentu bisa saja mereka para pengganas  menduduki kedua katagori ini pada saat yang bersamaan.
Terutama bagi pendatang pertama(first arrival) imigran ini terdapat dan bisa dilihat adanya dua alasan mereka datang kemari. Karena kondisi ya ,yang boleh dikatakan lumrah, yakni bagi semua imigran dari manapun mereka berasal , kendala pertama-tama yang mereka hadapi yalah soal bahasa,agama, soal kultur dan aturan , hukum yang berlainan dengan negara asalnya. Disinilah rupanya hambatan, stumbling block yang para imigran (first arrival) hadapi.
 
Menurut pengalaman, realita yang aku tahu, bagi first arrival tugas mereka adalah memberikan pendidikan yang baik bagi anak2nya. Banyak negara(host country) yang memberikan pendidikan secara cuma2. Bahkan social security bagi pendatang baru akan terjamin dalam  melanjutkan kehidupannya dinegara baru. Jadi kelihatannya soal dedikasi dan etos kerja keras dan memperhatikan pendidikan anak2 asuhannya , harus dijadikan tugas primer dari para pendatang baru. Pendidikan akan mendekatkan para imigran kepada keadaan yang serba baru di negara baru. Bagi orang terdidik selain mereka akan bisa bersaing dalam job search, juga mereka akan dibekali suatu kesadaran bahwa sebagai tamu kita wajib menghormati tata cara host country, dan tidak melulu mau minta hak kita tanpa memberikan kewajiban kita sebagai warga yang baik in return. Kita sebagai imigran tidak bisa main kayu membawakan residu2 negara asal yang tidak cocok dengan hukum dan peraturan negara baru.  Diskriminasi akan selalu kita temui sebagai imigran, tapi se-tidak2nya apabila kita punya ketrampilan apalagi apabila seorang imigran itu seorang profesional yang canggih ,mau tidak mau profesinya akan banyak diminta oleh pasaran tenaga kerja, dan dengan begitu diskriminasi akan ditekan.
 
Ini ada berita baru dari TV DeutscheWelle yang memberitakan adanya  Ehrenmord(e) -honour killing(s)  terhadap seorang gadis Turki di Jerman yang punya pacar seorang bule Jerman. Di kasus inilah kita bisa melihat betapa janggalnya musibah semacam ini bisa terjadi. Orang2 ini yang albeit mereka datang atas dasar free will, ngak ada orang memaksa atau mengundang mereka datang,  sepatutnya tidak boleh membawakan aturan yang didasari kebudayaan/agama/ tradisi asal, yang terang2an melanggar hukum negara setempat. Dalam kasus ini kita bisa mendapatkan ilham bahwa pendatang2 semacam ini tidak patut datang apalagi bermukim dinegara adopsinya dengan cara2 mau main kayu dan mengabaikan hak dan harkat kemanusian. Mereka tidak menjunjung tinggi2 persamaan semua ras, menghabisi "orang dewek"(si gadis itu) dengan alasan pacarnya bukan sesama ras. Bahkan sudah terjadi : menghabisi warga domestik, seperti dalam kasusnya Theo van Gogh oleh seorang pendatang karena alasan blasphemi.
 
Apa yang bisa kita temui dan pungut ilham dari peristiwa2 kerusuhan yang dilakukan oleh para pengganas di Perancis itu?  Apakah ini bisa dikatakan :"memang dari sononya", ini ungkapan pop-nya, orang2 ini tidak mau merubah diri sendiri dan menyesuaikan dengan kondisi baru. After all pemerintah setampat tidak mengundang mereka. Juga faktor lain yalah para pendatang ini tidak mau atau terlalu malas membina dirinya sendiri/memajukan pendidikannya agar dengan begitu bisa mendapat pegangan atau bekal untuk bersaing di pasaran tenaga kerja.  Ungkapan yang selalu aku berikan kepada putra tunggal ku: "kalau mau maju dan mau berhasil ya bekali dirimu dengan kerja keras, kalau mau "menang"(berhasil) ya ambil cara main"mereka"(penduduk setempat) dan "kalah" kan mereka dengan, dan dalam  aturan main mereka"...."beat them in their own game"
 
Harry Adinegara.
.


Do you Yahoo!?
Find a local business fast with Yahoo! Local Search

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to