Dear All,
   
  Seminar Teknologi Pemanfaatan Teknologi Angin dan Site Visit Melihat Lokasi 
Kincir.
   
  Mengingat keterbatasan temmpat dan tinggal 3 minggu lagi, mohon segera 
pendaftaran dilakukan sekarang juga dengan mengirim email ke 
  [EMAIL PROTECTED]
  atau
  [EMAIL PROTECTED]
   
  Bapak dan Ibu juga bisa datang langsung ke
  BTCO dan The Heritage Foundation 
  3rd Floor, Hotel Salak The Heritage (www.hotelsalak.co.id) 
  Jl. Ir. H. Juanda No. 8, Bogor
  menghubungi 
  TIA, HP 08157105610
  SERUNI, HP 08179003111
  FALAQ, HP 08158822589
   
  Berikut Ulasan Abstraknya:
   
  Kincir Angin Sebagai Solusi Strategis Kekeringan di Indonesia
   
  Ketergantungan pangan Bangsa Indonesia akan produk-produk pertanian
negara lain masih sangat tinggi seperti ketergantungan terhadap
beras dan buah-buahan. Ketergantungan ini akan semakin tinggi
apabila keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang
dimiliki tidak digali dan tidak dioptimalkan.
Salah satu komponen utama yang sangat mempengaruhi keunggulan-
keunggulan tersebut adalah ketersediaan dan pengelolaan sumber air.
  
Lahan-lahan luas dan keberadaan air yang berlimpah tidak akan
menghasilkan produk pertanian yang optimal apabila tidak dilakukan
pemikiran-pemikiran pengelolaan yang terbaik.
Lahan pertanian pantura yang subur dan masih merupakan lumbung padi nasional 
belum mampu menopang kebutuhan nasional. Lahan-lahan ini sebagian besar adalah 
lahan tadah hujan dan hanya sebagian kecil yang terjangkau oleh irigasi 
sehingga umumnya tidak berporduksi pada musim kemarau. Para petani yang 
memaksakan diri untuk menanam palawija atau buah semangka di musim kemarau 
harus menggunakan pompa disel untuk memompa air tanah dari sumur-sumur bor. 
Biaya yang dikeluarkan petani untuk berproduksi menjadi sangat tinggi di musim 
kemarau karena harus membeli bahan bakar minyak (BBM) sehingga banyak lahan 
subur yang tidak berproduksi di musim kemarau.
  
Kedalaman air tanah di pantura pada musim kemarau yang hanya
berkisar antara 3 sampai 10 meter merupakan sumber air yang
berlimpah. Namun saat ini penggunaan air tersebut di musim kemarau
masih sangat terbatas yaitu hanya dengan menggunakan pompa disel
yang berbiaya tinggi. Salah satu sumber energi pengganti disel yang berlimpah 
di daerah pantura adalah angin. Kincir angin dengan
konstruksi yang sederhana dan sumber energi angin yang berlimpah
dapat memberikan kontribusi pemecahan masalah peningkatan
produktivitas lahan pertanian melalui sisytem sirkulasi penyiraman
yang ramah lingkungan.
  
Angin yang bertiup akan menggerakan baling-baling kincir kemudian
tenaga yang tertangkap oleh baling-baling kincir digunakan untuk
menggerakan piston pengungkit pompa air. Air yang dihasilkan
digunakan untuk penyiraman kemudian kembali ke air tanah dan
digunakan kembali dengan demikina siklus ini akan terus berjalan
selama angin berhembus. Tenaga yang tertangkap merupakan kelipatan
pangkat tiga dari kecepatan angin yang berhembus sehingga makin
cepat angin makin besar tenaganya. Energi angin dengan demikian
sangat cocok untuk wilayah pantura yang memiliki sumber energi angin penggerak 
kincir yang berlimpah.
  
Teknologi Kincir angin untuk pompa air adalah teknologi yang sangat sederhana 
karena hanya mengkonversikan tenaga putar baling-baling ke tenaga gerak 
vertikal yang kemudian digunakan untuk mengungkit pompa tangan, misalnya pompa 
“Dragon”. Pompa tangan ini juga adalah pompa air sederhana yang sudah lazim 
digunakan oleh para petani. Bahan baku kincir angin yang sebagaian besar adalah 
plat besi, plat alumunium dan roda gigi adalah bahan baku lokal yang harganya 
masih terjangkau dan lebih murah dari harga mesin-mesin pompa impor.
  
Negara-negara besar seperti Amerika , Australia , dan negara-negara
Eropa yang income percapita-nya sudah di atas US$ 20,000 per tahun
menggunakan energi angin untuk mengairi ladang-ladang gandum dan
perkebunannya sampai saat ini. Indonesia yang income percapita-nya
masih berkisar di sekitar US$ 1000 menggunakan BBM untuk mengairi
sawah dan perkebunannya. Hal ini sangat timpang dan ironis sehingga sudah 
saatnya bangsa Indonesia untuk kembali ke basic dan
menggunakan sumber daya yang ada untuk menyelamatkan generasi yang
akan datang.
   
  Hasan Hambali

 
---------------------------------
The fish are biting.
 Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing.

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to