Filsafat Bazi Ivan Taniputera 22 Juli 2009
Bazi yang diterjemahkan sebagai "Delapan Karakter" dalam Bahasa Indonesia merupakan salah satu metoda prediksi yang kini sangat populer di berbagai penjuru dunia. Banyak orang Barat yang telah mempelajari dan kini beberapa buku dalam bahasa Inggris telah ditulis mengenai topik tersebut. Metoda dasar Bazi adalah kelima unsur (wuxing) yang dimanifestasikan dalam bentuk 10 Batang Langit (tiangan) dan 12 Cabang Bumi (bazi) Berikut ini terdapat filosofi menarik dalam Bazi yang cukup layak untuk diulas. 1.Filsafat keseimbangan Bazi mengajarkan bahwa sesuatu yang terlalu kuat tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Ia memerlukan unsur lawan untuk mengimbanginya. Jika seseorang dalam diagram Bazi-nya mengandung beberapa unsur yang berlebih, maka unsur tersebut menjadi tidak baik. Filsafat ini mencerminkan prinsip keseimbangan alam yang dianut oleh Daoisme dan filsafat Timur lainnya. Seorang yang ingin mempelajari Bazi perlu memahami hal ini baik-baik. Selanjutnya dilakukan interpretasi diagram Bazi seseorang untuk menentukan unsur mana yang berlebih dan mana yang kurang. Kemudian untuk menutupi kelebihan dan kekurangan itu dilakukan beberapa metoda, umpamanya dengan fengshui, mengenakan pakaian warna tertentu, dan lain sebagainya. Kaitan penggunaan warna sebagai remedy ini selaras dengan color therapy yang umum dikenal belakangan ini; yakni bahwa warna memang punya mengaruh terhadap kondisi hidup manusia. 2.Filsafat hubungan kekeluargaan Unsur yang melahirkan unsur diri (zhengyin/ pianyin) melambangkan ibu atau orang yang berfungsi sebagai ibu (bisa ibu tiri dan lain sebagainya) dalam hidup kita. Unsur yang sama dengan unsur diri (jiecai/ bijian) melambangkan saudara atau orang yang bersifat sebagai saudara bagi kita (bisa juga teman dan lain sebagainya). Unsur yang menaklukkan unsur diri (zhengguan/ qisha) bisa dianggap mewakili suami bagi wanita. Ini menandakan bahwa seorang wanita hendaknya tunduk atau takluk pada suaminya. Sementara itu, unsur yang ditaklukkan unsur diri (zhengcai atau piancai) melambangkan ayah. Hal ini dapat dimengerti karena seorang ayah bekerja untuk anak-anaknya. Bagi kaum pria zhengcai atau piancai adalah simbol isteri. Menariknya Zhengcai dan piancai ini juga melambangkan keuangan. Mungkin maknanya, seorang pria baru dapat menikah setelah mengumpulkan uang. Unsur yang dihasilkan unsur diri (shangguan/ shishen) melambangkan anak. Ini masuk akal karena anak memang dianggap memancar keluar dari orang tuanya. 3.Sumber daya kehidupan Unsur yang melahirkan unsur diri (zhengyin/ pianyin) melambangkan pula sumber daya berupa pendidikan. Logikanya, dalam menapaki hidup ini, kita harus punya bekal; yakni pendidikan. Tentu saja pendidikan ini tidak harus pendidikan formal, dan bisa saja informal. Zhengcai atau piancai sebagai unsur yang ditaklukkan unsur diri melambangkan kekayaan seseorang. Ini sangat wajar karena dalam hidup kita perlu bekerja atau boleh dianggap sebagai "menaklukkan kekayaan." Unsur yang dihasilkan unsur diri (shangguan/ shishen) melambangkan karya seseorang. 4.Kesimpulan Berdasarkan analisa di atas, Bazi dibangun atas suatu logika yang wajar dan tidak asal-asalan. Kaitan antar berbagai unsur bersifat logis dan dapat dimengerti dengan mudah. Dengan demikian, Bazi boleh dianggap sebagai warisan budaya yang berharga, sehingga patut dilestarikan terlepas dari akurat dan tidaknya prediksi yang dihasilkannya. Salam, Ivan Taniputera