----- Original Message -----
Sent: Wednesday, October 26, 2005 1:40 PM
Subject: Re: Han Hwie-Song: Short visit oktober 2005, sebagai jembatan antar universitas negara yang mengadopsi saya dan negara leluhur - Belanda dan RRT (bagian lima- 1)

Short visit oktober 2005, sebagai jembatan antar universitas negara yang mengadopsi saya dan negara leluhur – Belanda dan RRT (bagian lima- 1)

 

Restoran Chusus didatangi oleh pengunjung Tionghoa dalam negeri

 

Bervakansi orang menghubungkan tidak saja dengan pemandangan alam dan kota, shopping, pergantian suasana, tetapi juga dengan makan yang enak, apalagi kalau pergi ke satu negara dimana kuisinnya adalah salah satu yang terbaik didunia. Saya chusus tidak mengatakan istirahat, karena bervakansi biasanya juga capai, karena jarak yang jauh naik mobil atau kapal udara, belum dibicarakan di sini tentang jalan-jalan yang memakan waktu berjam-jam ke musiem, kegunung-gunung, dan sebagainya.

Kechususan masakan Tionghoa ialah kepandaian mereka untuk mencampur rasa, aroma, warna, konsistensi dan Yin-Yang dari sifat-sifat bahan yang dicampurkan itu. Meskipun ada perbedahan  kuisin antar berbagai daerah, tetapi tokh kita dapat lihat persatuan dalam cara masak, aroma, rasa dan filosofi yang sangat unik bagi masakan Tionghoa yang terkenal. Ini tidak saja dapat dilihat dari pemakean bahan-bahan yang paling pokok dari kuisin Tionghoa, dari bawang putih, jahe, daun bawang, kecap tetapi lebih kompleks lagi.

Filosofi masakan Tionghoa tekankan akan kesegaran dari bahan-bahan yang akan dimasak dan keseimbangan antar berbagai bahan-bahan yang dikombinasikan.  Sayuran jangan dimasak terlalu lama agar dipertahankan konsistensinya juga mengenai rebung. Ikan yang umumnya termasuk energi Yin senantiasa di kombinasikan dengan jahe yang bersifat Yang agar mencapai kesimbangan Yin dan Yang. Dari pengalaman ahli-ahli masak Tiongkok tahu bahwa rebung harus dimasak dengan daging babi dan umumnya tidak cocok dengan daging sapi dalam hal rasa.

Pasar makanan di Tiongkok dapat dikatakan merupahkan pasar dari bahan-bahan yang paling segar di dunia tidak saja dalam jumblah tetapi juga kwalitas dari bahan makanan itu. Kita lihat dipasar bahan-bahan itu di tata berlimpa-limpa, seperti: buah-buahan, sayuran,  ikan yang masih hidup, jamur, rebung, bermacam –macam bawang, etc. etc ., susah dibayangkan bagi orang Barat, kalau tidak pernah mengunjungi RRT, Hong Kong atau Taiwan.

Setiap chef (tukang masak) bahkan ibu rumah tangga Tionghoa mempunyai pengertian dari bahan-bahan makanan tentang kesegarannya, rasa, aroma dan sifat-sifat Yin-Yang (Qi atau energi Yin dan energi Yang) dari setiap makanan, baik buah-buahan, sayuran mapun daging dan ikan dan spices. Ibu-ibu rumah tangga secara tidak sadar belajar dari ibu-ibu mereka dan seterusnya. Dengan pengertian ini tukang masak Tiongkok bisa mengombinasikan kesegaran dengan spicenya (bumbu-nya)  menjadikan makanan yang saderhana atau kompleks, yang sangat delisius!   

Bagi pengemar makanan juga harus tahu apa yang dipesan jangan sampai dua kali dari bahan utama yang sama, umpamanya dua kali daging babi etc. Satu keuntungan bagi aku yang pernah tinggal di Shanghai dan Hongkong serta sering mengunjungi berbagai daerah di RRT, aku dapat merasakan berbagai kuisin dari berbagai daerah di daratan Tiongkok.

Dari lama temple kami diantar Xiao Zhong pergi ke satu restoran yang dikunjungi oleh kebanyakan orang-orang Tionghoa, dan di pesankan chusus sekamar  untuk kami. Di sini saya baru tahu bahwa kamar itu harus sewah, lebih besar lebih mahal. Setiap kamar di bantu oleh seorang pelayan wanita yang chusus. Seperti biasanya Shiuw Huey pesan seperti kebanyakan orang Tionghoa makan di restoran; yaitu tuju orang pesan tuju macam makanan yang terdiri dari bebek, ikan, udang, daging  sapi, daging babi, semacam sus tetapi dalammnya cream dengan bumbu Tionghoa, sayuran dan Sao-ping (seperti martabak, tetapi tanpa ikan dan telur, hanya diberi garam dan daun bawang) sebagai pengganti nasi. Makanan ini kami makan bersama dengan nikmatnya!

Perbedahan antara orang Tionghoa dengan orang barat tidak saja terletak dalam cara memasak, tetapi juga cara pada waktu makan. Orang Tionghoa tidak makan satu satu, pesan sendiri-sendiri, tetapi baik makan dirumah maupun di restoran dipesan oleh seorang keluarga atau teman yang mengerti tentang masakan Tionghoa. Lalu semua masakan yang dipesan diletakkan di tengah-tengah meja dan dinikmati bersama. Setiap orang diberi nasi dan mengambil makanan apa yang dia suka, sambil berkongkow seperti satu keluarga.

 

Dr. Han Hwie-Song,

25 Oktober 2005  The Netherlands

 



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke