----- Original Message ----- 
From: H.S. Han 
To: C.T. Chan 
Sent: Sunday, December 13, 2009 6:32 PM
Subject: Re: artikel untuk milis-milis




Kehidupan dilihat dari pengalaman

- Sebuah diskusi di antara teman 
  
            Banyak penulis terkenal bercerita tentang pengalaman hidup mereka 
dan menganggap bahwa hidup adalah sebuah "adegan, sandiwara" sifat dan perilaku 
setiap aktor dilihat dan dinilai oleh orang banyak mengenai keindahan, 
kejahatan, sifat dan peran yang dimainkan. Tetapi bagi massa penonton yang 
penting adalah kisah, cerita sandiwara itu. 
            Memang, pada umumnya apa yang kita alami dalam masyarakat, orang 
yang aktif  sosial-budaya dan politik hanya dilakukan oleh sebagian kecil 
orang, majoritas dari masyarakat umumnya mencari kehidupan aman dan harmonis. 
Mereka sibuk bekerja untuk mempertahankan kehidupan, keharmonian keluarga dan 
meningkatkan cariernya. 
            Ada lagi beberapa ahli pikir yang mengatakan bahwa kehidupan 
semacam sebuah "perjalanan". Marilah kita berkata, bahwa kita bepergian dengan 
kereta api, setiap stasiun ada orang-orang yang naik dan turun dari kereta api. 
Mereka yang turun mungkin untuk melanjutkan perjalanan dengan kereta lainnya. 
Dikereta ini dia harus mulai menyesuaikan lagi dilingkungan yang berbeda dengan 
teman-teman yang baru. Ada juga orang-orang yang pulang ke rumah untuk 
beristirahat. 
            Kedua ide "drama" dan "perjalanan" adalah perbandingan yang tepat 
dari kehidupan manusia. Para ahli pikir ini menganalisa tentang pengalaman 
hidup manusia dari perspektif mereka sendiri, tergantung periode dan situasi 
yang mereka hadapi. 
            Aku mempunyai ide: kehidupan manusia, adalah  pengalaman. Mengapa 
begitu? Orang bijak seperti Konfusius, Lao Zi, Meng Ke, Zhuang Zi, Wang 
Yang-Ming, Socrates, Plato, Emanuel Kant, David Hume, John Locke mengingatkan 
kita pada pengalaman hidup mereka yang ditulis dalam buku-buku mereka dan 
esainya. 
Banyak teman-teman berbicara dalam percakapan sehari-hari tentang kecintaan 
orangtua, cinta ibu yang tidak ada batasnya, atau kecintaan istri mereka, 
anak-anak, dan cucunya. Pengalaman setiakawan dengan teman-teman dan kenalan, 
atau tentang pengalaman mereka dan kehidupan secara umum. 
            Artikel ini terinspirasi dalam percakapan kami yang menyenangkan, 
Shueh-Yu, istri saya, saya dan dua teman baik kami. Kami sambil menikmati Dim 
Sum di sebuah restoran Tionghoa di Breda pada hari Selasa, 1 Desember. Kedua 
teman saya ini memiliki pengetahuan umum yang luas dan salah satu dari mereka 
memiliki pengalaman kerja yang baik di banyak negara. 
            Dari percakapan yang menyenangkan ini kami sepakat bahwa apa yang 
kita bicarakan ini kebanyakan mengenai pengalaman kami di masa lalu, khususnya 
pengalaman yang relevan dalam kehidupan kita. Pengalaman yang menyentuh hati 
kita, yang relevan dengan kehidupan kita, kita secara tidak sadar tersimpan 
tetap kuat dalam ingatan kita. Segala sesuatu yang relevan bagi kita, ketika 
kita membahas pengalaman dengan niat yang tinggi untuk bertukar ide, pengalaman 
yang positif  dapat kita pelajari dan yang negatif kita juga bisa belajar 
sehingga kesalahan jangan sampai terulangi lagi. Ini adalah satu pelajaran 
bahwa kita selalu dapat belajar dari komunikasi antar manusia. . 
            Aku berkata kepada teman-teman pada tahun 1966 ketika saya kembali 
ke tanah nenek moyang saya (Wei-guo) setelah peristiwa G-30S di Indonesia, di 
Republik Rakyat Tiongkok baru dimulai  dengan Revolusi Besar Kebudayaan 
Proletar. Para pemimpin dari semua lembaga-lembaga dikonfrontasikan dengan 
massa di institusinya dan "menyingkirkan" mereka. Pimpinan institusi yang 
berkuasa harus melakukan pekerjaan badan, membersihkan gedung institusi mereka. 
Saya, sebagai pendatang baru, karenanya tidak ada seorang pun yang bisa 
bertanggung jawab untuk mengatur pekerjaan, perumahan, dll untuk saya. Tetapi 
karena aku sewaktu di Indonesia dianggap 海外 华人 领导 者, pemimpin masyarakat 
“Tionghoa Rantau”, (Hua Chiao) saya mendapat privelege dari “Kantor Pusat 
Urusan Hua Chiao” di Beijing. Saya dijinkan tinggal diShanghai. Keputusan ini 
diberikan pada saya, sebelum para pemimpin disingkirkan. Lebih lanjut saya 
diberitahu bahwa kantor Urusan Hua Chiao di Shanghai yang nanti mengurus 
pekerjaan saya, perumahan dan lain-lain. 

            Semua ini terjadi ketika aku bersama tokoh-tokoh masyarakat 
Tionghoa lainnya dari Indonesia diundang mengikuti perayahan 1 Oktober di 
Lapangan Tian An Men, Beijing. Juga waktu itu kami dikumpulkan untuk mengikuti 
kursus bagaimana hidup dan bekerja dinegara sosialis: Republik Rakyat Tiongkok. 
Setelah perayaan selesai saya pergi ke Shanghai dengan perasaan yang legah, 
Shanghai, kota impian saya. 
            Setelah saya sampai diShanghai Revolusi Besar Kebudayaan Proletar 
mencapai puncaknya, pimpinan dikritik dan diasingkan. Aku tidak punya tempat 
tinggal, untungnya aku dipinjami rumah gratis yang ditawarkan oleh Ketua 
perkumpulan provinsi Zijiang "Zijiang Kong Hui”, Jakarta, yaitu Pak Ying Jing 
Gue. Beliau dengan banyak pemimpin masyarakat Tionghoa Wei-guo,  setelah 
kekerasan dan arestasi semua yang kiri sewaktu peristiwa G-30S. Tuan Ying 
sendiri lalu tinggal di Hong Kong dan membuka kantor import-eksport dan rumah 
mewah beliau di kota Shanghai Hua Chiao Xin Chun (Daerah perumahan untuk Hua 
Chiao) aku dibolehkan pakai dengan tanpa membayar satu senpun. 
            Untuk pekerjaan saya, saya mendapat bantuyan dari teman saya Wang 
Sen-Ming, mantan perwira Tentara Pembebasan RRT, “arek” surabaya. Berkat 
dukungan beliau sebagai seorang perwira dari Tentara Pembebasan Tiongkok dalam 
Perang Korea dan kegiatan-kegiatan saya bagi masyarakat Hua Chiao di luar 
negeri, meskipun sewaktu Revolusi Besar Kebudayaan Proletar saya tokh dapat 
dikatakan cepat mendapatkan pekerjaan, bahkan bukan itu saja, saya dapar kerja 
dirumah sakit yang saya berharap, ialah di Rumah Sakit Shanghai Nomor 6, 
departemen ortopedi. Di bagian inilah  lengan dan jari yang putus jadi dua 
karena kecelakaan mesin dengan sukses disambung kembali. Di departemen ini saya 
bekerja di bawah Prof. Dr Chen Zhong Wei, dikenal di seluruh dunia, sebagai 
pionir terkemuka bedah mikro. Untuk dokter Tiongkok sulit untuk bisa bekerja 
didepartemen ortopedi ini. Jadi itu adalah kehormatan besar bagi saya untuk 
bisa bekerja didepartemen ortopedi yang terkenal didunia. 
            Bahkan ketika aku meninggalkan People's Republic of China untuk 
emigrasi ke Hong Kong, sebagai batu loncatan ke Negara Barat, karena saya sudah 
punya keluarga, saya baru berani mengajukan permintaan izin keluar negeri 
sesudah bapak Tan Huan Swie, sekretaris organisasi massa Baperki, untuk 
sementara ditampung di apartemennya di Hong Kong. Apartemen beliau berada di 
lingkungan elit dijalan Donglouwan, dan mereka memberi kami satu kamar. Dua 
anak-anak mereka dan tiga anak-anak kami tidur di kasur di lantai! Setiakawan 
teman seorganisasi Baperki yang saya hormati! Pengalaman hidup saya dapat 
diringkas sebagai berikut: "Barang siapa yang berbuat baik, akan bertemu dengan 
kebaikan!" 
            Setelah sekitar dua-tiga bulan kami bertrimakasih kepada keluarga 
Tan, meskipun mereka masih menahan kami agar tetap tinggal dirumahnya sampai 
kami sudah bisa “berdiri sendiri dengan tegap”. Kami menyewa sebuah apartemen 
di Quarry Bay. Kami tahu kami mampu karena aku mulai melakukan praktek pribadi 
akupunktur. Metode pengobatan tradisional Tiongkok ini saya alami ketika saya 
bekerja dibagian ortopedi di Shanghai. Pasien mengeluh kesakitan di malam hari, 
aku lakukan akupunktur, ia merasa lebih tenang setelah itu karena rasa sakit 
sudah hilang dan bisa tidur. 
            Pengalaman saya terlalu banyak untuk ditulis, ini hanyalah sebagian 
kecil dari gunung es. Dan kemudian masih ada kisah kecintaan nenekku, ibu, dan 
cinta saya untuk wanita yang selalu care dan concern pada keluarga, yaitu 
istriku yang manis Shueh Yu, dan anak-anak dan cucu-cucuku. Pula kenangan masa 
kecil yang indah, yang semuanya aku simpan di kebun bunga penyimpanan memori 
saya, dimana dimalam hari yang sunyi aku berjalan-jalan dengan tenang tenang 
dan bahagia untuk menikmati kebun yang indah ini. 

            Kedua teman tersebut diatas setuju dengan pendapat saya. Juga 
menurut pengalaman mereka sendiri, kenangan masa kecil, dan kenangan yang 
relevan dengan kehidupan yang indah, cinta orang tua, istri dan keluarga itu 
tidak pernah hilang. 
            Dari pengalaman para ahli pikir bagaimana kita harus hidup 
berbudaya, moral yang baik, selaras dengan masyarakat yang dapat mengarah ke 
negara aman dan makmur. Guru besar Konfusius mengajarkan bahwa sebagai manusia, 
masing-masing orangharus memiliki moral yang baik, etika bertindak harus 
mempertimbangkan kepentingan dan hak orang lain dengan saling menghormati 
terutama pada orang yang lebih tua. Saya berpikir bahwa ini adalah sifat 
pimpinan yang ideal! 
            Penting kiranya kita untuk membahas apa yang dikatakan tentang 
  (1) Pencerahan,  (2) Budaya dan (3) Pembentukan Karakter (Education, 
Bildung), ilmu pengetahuan keterampilan sehingga mereka dapat berfungsi dengan 
baik dalam masyarakat. (J.D. Snel: Filsafat kalender 2008) 
            Menurut filsuf Mendelssohn pencerahan dan budaya merupakan dua 
faktor penting untuk pembentukan karakter. Pembentukan karakter ini harus kita 
terus lakukan sampai kita mati. Budaya Tionghoa mengatakan bahwa pembentukan 
karakter ini tidak lain adalah pendidikan dan latihan untuk membentuk dirinya. 
Pencerahan terkait erat dengan teori ilmu pengetahuan, logika dan pemikiran 
rasionil. Budaya memiliki banyak hal yang berhubungan dengan peradaban, 
termasuk norma-norma, nilai, kebajikan dan moralitas dan faktor-faktor yang 
baru saya sebutkan di atas hanya penting bagi orang yang berkomunikasi sosial. 
Budaya Tionghoa melihat pentingnya pendidikan, serta ilmu pengetahuan dan 
apabila kepandaian ini dipraktekkan tidak hanya menguntungkan bagi diri mereka 
sendiri, tetapi juga bagi negara 
            Jika kita mengikuti ajaran-ajaran dari beberapa filsuf Tiongkok, 
terutama Konfusianisme, Taoisme dan Chan (Zen) Buddhisme bahwa kata pencerahan 
(启示) sudah dibicaran sangat lama sekali dan terutama dalam teori-teori Taoisme 
dan Zen Buddhisme (kombinasi dari Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme). 
            Dengan bertukar pengalaman dan percakapan dengan teman-teman dalam 
suasana yang nyaman banyak dibicarakan, didiskusikan terutama tentang 
pengalaman hidup, jadi aku menyimpulkan "Hidup adalah sebuah pengalaman." 
Sebagai kata terakhir dalam esai ini, aku berkata "tanpa suasana bagus dan 
menarik diskusi antara teman baik, artikel ini tidak akan muncul! 
  
  
Dr Han Hwie Song - 
Breda, 2 Desember 2009 
Holland 
  
  





--------------------------------------------------------------------------------



Internal Virus Database is out of date.
Checked by AVG - www.avg.com 
Version: 9.0.707 / Virus Database: 270.14.75/2516 - Release Date: 11/21/09 
03:43:00

Kirim email ke